Pendudukan Jepang di Hindia-Belanda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 103:
Perlawanan fisik ini terjadi di pesantren Sukamanah Singaparna [[Tasikmalaya, Jawa Barat]] di bawah pimpinan KH. [[Zainal Mustafa]], tahun 1943. Dia menolak dengan tegas ajaran yang berbau Jepang, khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei setiap pagi, yaitu memberi penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari terbit. Kewajiban Seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam Indonesia karena termasuk perbuatan syirik/menyekutukan Tuhan. Selain itu diapun tidak tahan melihat penderitaan rakyat akibat tanam paksa.
 
:Saat utusan Jepang akan menangkap, KH. [[Zainal Mustafa]] telah mempersiapkan para santrinya yang telah dibekali ilmu beladiri untuk mengepung dan mengeroyok tentara Jepang, yang akhirnya mundur ke Tasikmalaya.
 
:Jepang memutuskan untuk menggunakan kekerasan sebagai upaya untuk mengakhiri pembangkangan ulama tersebut. Pada tanggal 25 Februari 1944, terjadilah pertempuran sengit antara rakyat dengan pasukan Jepang setelah salat Jumat. Meskipun berbagai upaya perlawanan telah dilakukan, namun KH. Zainal Mustafa berhasil juga ditangkap dan dibawa ke [[Tasikmalaya]] kemudian dibawa ke [[Jakarta]] untuk menerima [[hukuman mati]] dan dimakamkan di [[Ancol]].
Baris 110:
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja paksa/Romusha yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan.
 
:Pemberontakan ini dipimpin oleh [[Haji Madriyan]] dan kawan-kawan di desa Karang Ampel, Sindang, Kabupaten Indramayu.
 
:Pasukan Jepang sengaja bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah (Lohbener dan Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah mengetahi kekejaman yang dilakukan pada setiap pemberontakan.
Baris 123:
;Pemberontakan Peta:
* Perlawanan PETA di [[Blitar]] (29 Februari 1945)
Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco [[Supriyadi]], Syodanco [[Muradi]], dan [[Dr. Ismail]]. Perlawanan ini disebabkan karena persoalan pengumpulan padi, Romusha maupun Heiho yang dilakukan secara paksa dan di luar batas perikemanusiaan. Sebagai putera rakyat para pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat. Di samping itu sikap para pelatih militer Jepang yang angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit Indonesia. Perlawanan PETA di Blitar merupakan perlawanan yang terbesar di Jawa. Tetapi dengan tipu muslihat Jepang melalui Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang), pasukan PETA berhasil ditipu dengan pura-pura diajak berunding.
Empat perwira PETA dihukum mati dan tiga lainnya disiksa sampai mati. Sedangkan Syodanco Supriyadi berhasil meloloskan diri.
* Perlawanan PETA di [[Meureudu]]-[[Pidie]], [[Aceh]] (November 1944)
Perlawanan ini dipimpin oleh Perwira Gyugun [[Teuku Hamid]]. Latar belakang perlawanan ini karena sikap Jepang yang angkuh dan kejam terhadap rakyat pada umumnya dan prajurit Indonesia pada khususnya.
* Perlawanan PETA di Gumilir, [[Cilacap]] (April 1945)
Perlawanan ini dipimpin oleh pemimpin regu (''Bundanco''), [[Kusaeri]] bersama rekan-rekannya. Perlawanan yang direncanakan dimulai tanggal 21 April 1945 diketahui Jepang sehingga [[Kusaeri]] ditangkap pada tanggal 25 April 1945. [[Kusaeri]] divonis hukuman mati tetapi tidak terlaksana karena Jepang terdesak oleh Sekutu.
 
;Perlawanan [[Pang Suma]]:
Perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Pang Suma berkobar di [[Kalimantan Barat]]. [[Pang Suma]] adalah pemimpin [[suku Dayak]] yang besar pengaruhnya di kalangan suku-suku di daerah [[Tayan]] dan [[Meliau]]. Perlawanan ini bersifat gerilya untuk mengganggu aktivitas Jepang di [[Kalimantan]].
 
:Momentum perlawanan [[Pang Suma]] diawali dengan pemukulan seorang tenaga kerja Dayak oleh pengawas Jepang, satu di antara sekitar 130 pekerja pada sebuah perusahaan kayu Jepang. Kejadian ini kemudian memulai sebuah rangkaian perlawanan yang mencapai puncak dalam sebuah serangan balasan Dayak yang dikenal dengan Perang Majang Desa, dari April hingga Agustus 1944 di daerah Tayan-Meliau-Batang Tarang (Kab. [[Sanggau]]). Sekitar 600 pejuang kemerdekaan dibunuh oleh Jepang, termasuk Pang Suma.
 
;Perlawanan Koreri di [[Biak]]di Irian Barat tahun 1943
Perlawanan ini dipimpin oleh [[L. Rumkorem]], pimpinan Gerakan ''Koreri'' yang berpusat di Biak. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat yang diperlakukan sebagai budak belian, dipukuli, dan dianiaya. Dalam perlawanan tersebut rakyat banyak jatuh korban, tetapi rakyat melawan dengan gigih. Akhirnya Jepang meninggalkan Pulau Biak.
 
;Perlawanan di Pulau [[Yapen Selatan]]:
Perlawanan ini dipimpin oleh [[Nimrod]]. Ketika Sekutu sudah mendekat maka memberi bantuan senjata kepada pejuang sehingga perlawanan semakin seru. [[Nimrod]] dihukum pancung oleh Jepang untuk menakut-nakuti rakyat. Tetapi rakyat tidak takut dan muncullah seorang pemimpin gerilya yakni [[S. Papare]].
 
;Perlawanan di [[Tanah Besar]] [[Papua]]:
Perlawanan ini dipimpin oleh [[Simson]]. Dalam perlawanan rakyat di Papua, terjadi hubungan kerja sama antara gerilyawan dengan pasukan penyusup Sekutu sehingga rakyat mendapatkan modal senjata dari Sekutu.
 
;Gerakan bawah tanah:
Baris 149:
* Kelompok [[Sukarni]], [[Adam Malik]] dan Pandu Wiguna. Mereka berhasil menyusup sebagai pegawai kantor pusat propaganda Jepang Sendenbu (sekarang kantor berita Antara).
* Kelompok [[Syarif Thayeb]], Eri Sudewo dan [[Chairul Saleh]]. Mereka adalah kelompok mahasiswa dan pelajar.
* Kelompok [[Achmad Subardjo|Mr. Achmad Subardjo]], [[Sudiro]] dan [[Wikana]]. Mereka adalah kelompok gerakan Kaigun (AL) Jepang.
 
:Mereka yang tergabung dalam kelompok di bawah tanah, berusaha untuk mencari informasi dan peluang untuk bisa melihat kelemahan pasukan militer Jepang dan usaha mereka akan dapat Anda lihat hasilnya pada saat Jepang telah kalah dari Sekutu, kelompok pemudalah yang lebih cepat dapat informasi tersebut serta merekalah yang akhirnya mendesak golongan tua untuk secepatnya melakukn proklamasi.