Sejarah Bumi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks otomatis (-antarktika +antartika) [sesuai KBBI]
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 239:
Selama lebih dari 90% dari [[sejarah dunia|masa keberadaannya di Bumi]], ''[[Homo sapiens]]'' hidup dalam kelompok kecil sebagai [[pemburu-pengumpul makanan]] nomadis.{{r|McNeill|page1=8}} Ketika [[bahasa]] menjadi lebih kompleks, kemampuan mengingat dan menyebarkan informasi menghasilkan replikator baru: [[meme]].{{r|dawkins-sg}} Gagasan-gagasan dapat saling ditukar secara cepat dan diturunkan dari generasi ke generasi. [[Evolusi kebudayaan]] berhasil mendahului [[Evolusi|evolusi biologis]], dan catatan [[sejarah]] pun dimulai. Antara masa 8500 dan 7000 [[Sebelum Masehi]] (SM), manusia di kawasan [[Hilal Subur]] di [[Timur Tengah]] memulai budi daya tanaman dan hewan yang sistematis; suatu budaya yang kini dikenal di seluruh dunia sebagai [[pertanian]].{{r|Tudge}} Hal ini menyebar ke daerah-daerah sekitarnya, serta berkembang secara mandiri di sejumlah kawasan dunia, hingga akhirnya sebagian besar ''Homo sapiens'' hidup menetap di permukiman permanen sebagai petani. Tidak semua masyarakat dunia meninggalkan tradisi nomadis, terutama manusia yang tinggal di kawasan terisolasi yang miskin tanaman pertanian, seperti [[Australia]].{{r|diamond}} Bagaimanapun, pada peradaban-peradaban yang mengembangkan pertanian, stabilitas relatif dan pertambahan produktivitas karena bercocok tanam mengakibatkan populasi bertambah.
 
Pertanian memberi pengaruh yang kuat bagi manusia. Mereka mulai memberi dampak pada lingkungannya lebih besar daripada sebelumnya. Surplus makanan mengakibatkan kemunculan golongan [[rohaniwan]] dan [[bangsawan]], diikuti oleh bertambahnya pembagian tenaga kerja. Hal ini mengawali kelahiran [[peradaban]] pertama di Bumi, tepatnya di [[Sumeria]] (kawasan [[Timur Tengah]]), antara 4000 dan 3000 SM.{{r|McNeill|page1=15}} Peradaban-peradaban lainnya muncul tak lama kemudian di [[Mesir Kuno|Mesir]], [[Peradaban Lembah Sungai Indus|lembah Sungai Indus]], dan [[CinaTiongkok]]. Penemuan [[aksara]] mengakibatkan kemunculan masyarakat yang lebih kompleks. Catatan dan [[perpustakaan]] berfungsi sebagai gudang pengetahuan dan menambah transmisi informasi kultural. Umat manusia tidak lagi menghabiskan seluruh waktunya untuk bekerja, dan [[pendidikan]] mengantarkannya pada upaya pencarian pengetahuan dan kebijaksanaan.
 
Periode dari 900–200 SM dinyatakan sebagai [[Zaman Poros]] bagi peradaban manusia, yaitu zaman ketika fondasi spiritualitas umat manusia terjadi serentak dan mandiri di beberapa belahan dunia. Tradisi filosofis yang berkembang pada zaman tersebut meliputi: [[monoteisme]] di [[Persia]] dan [[Kanaan]]; [[Platonisme]] di [[Yunani]]; [[Buddhisme]], [[Jainisme]], dan [[Hinduisme]] di India; [[Konfusianisme]] dan [[Taoisme]] di CinaTiongkok. Berbagai adat dan [[sains]] (dalam bentuk primitif) bermunculan, seperti sistem [[teokrasi]] dan produksi [[kereta perang]]. Di [[Mediterania]] dan [[Timur Tengah]], peradaban-peradaban kuno berkembang dan melakukan perdagangan, serta bertempur demi wilayah dan sumber daya. Tak lama kemudian sistem [[imperium]] mulai berkembang. Sekitar 500 SM, ada sejumlah peradaban maju di [[Timur Tengah]], [[Iran]], [[India]], [[CinaTiongkok]], dan [[Yunani]], yang sedang menuju masa kejayaannya atau menuju masa keruntuhannya.{{r|McNeill|page1=3}} Beberapa peradaban bertahan hingga abad modern meskipun tidak sejaya dulu, dan beberapa di antaranya memberi pengaruh atau fondasi bagi [[Dunia Barat]], seperti [[Yunani Kuno|Yunani]] dan [[Romawi Kuno]]. Seiring perkembangan peradaban, beberapa agama didirikan, seperti [[Kristen]] (abad ke-1) dan [[Islam]] (abad ke-7).
 
[[Berkas:Tokyo at dusk.jpg|240px|thumb|Panorama [[Tokyo]], kota dengan penduduk terpadat di dunia, dan salah satu kota yang berpengaruh dalam perekonomian dunia.<ref>{{cite book|author=Sassen, Saskia|title=The Global City: New York, London, Tokyo|year=2001|publisher=Princeton University Press|edition=2nd|isbn=0-691-07063-6|authorlink=Saskia Sassen}}</ref>]]