Sumber hukum Islam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RusdianaDablang (bicara | kontrib)
RusdianaDablang (bicara | kontrib)
Baris 82:
Dalam yurisprudensi Islam, ''[[qiyas|qiyās]]'' (bahasa Arab: قياس) adalah proses [[analogi|analogi deduktif]] dimana ajaran hadits dibandingkan dan dibandingkan dengan Alquran, untuk menerapkan perintah umum (''nass'') ke keadaan baru dan membuat perintah baru. Di sini keputusan Sunnah dan Alquran dapat digunakan sebagai sarana untuk memecahkan atau memberikan respon terhadap masalah baru yang mungkin timbul. Ini, bagaimanapun, hanya kasus yang menyediakan bahwa preseden atau paradigma yang telah ditetapkan dan masalah baru yang akan terjadi akan menghasilkan penyebab operasi (علة,'illah). '' 'illah'' adalah seperangkat keadaan tertentu yang memicu tindakan hukum tertentu. Contoh penggunaan qiyās adalah kasus larangan [[perdagangan|menjual atau membeli]] barang setelah panggilan terakhir [[shalat Jum'at]] sampai akhir [[shalat]] yang dinyatakan dalam Quran 62: 9. Dengan analogi larangan ini diperluas ke transaksi dan kegiatan lain seperti pekerjaan dan [[pertanian|administrasi pertanian]]. <ref name=uf>{{cite web|title=Usul Fiqh: THE RULE OF QIYAS: ITS MEANING, JUSTIFICATION, TYPES, SCOPE, APPLICATION, FEASIBILITY AND REFORM PROPOSALS|url=http://ufaoil.blogspot.com/2008/02/rule-of-qiyas-its-meaning-justification_09.html|publisher=Islamic Jurisprudence - The Collection of articles for Islamic Jurisprudence II, LLM- Administration Of Islamic Law, International Islamic Universiti of Malaysia. session 2007/2008.|accessdate=8 September 2015|date=February 10, 2008}}</ref>
 
Yurisprudensi Sunni yang terlambat dan modern menganggap alasan analogis sebagai sumber hukum Islam keempat, mengikuti tradisi suci Nabi Muhammad, dan konsensus yang mengikat. Sementara beasiswa Muslim pada periode kemudian secara tradisional mengklaim bahwa analogi telah ada dalam hukum Islam sejak awal agama mereka, <ref name=walid>Walîd b. Ibrâhîm al-`Ujajî, [http://www.alfalahconsulting.com/2011/04/qiyas-in-islamic-law-brief-introduction.html Qiyas in Islamic Law – A Brief Introduction], Alfalah Consulting, FRIDAY, 29 APRIL 2011</ref> beasiswa modern pada umumnya menunjuk pada sarjana Muslim Abu Hanifa sebagai orang pertama yang memasukkan alasan analogis sebagai sumber hukum. <ref>[[Reuben Levy]], ''Introduction to the Sociology of Islam'', pg. 236-237. [[London]]: Williams and Norgate, 1931-1933.</ref><ref name=ali280>[[Chiragh Ali]], The Proposed Political, Legal and Social Reforms. Taken from Modernist Islam 1840-1940: A Sourcebook, pg. 280. Edited by [[Charles Kurzman]]. [[New York City]]: [[Oxford University Press]], 2002.</ref><ref name=mansoormansoor2>Mansoor Moaddel, ''Islamic Modernism, Nationalism, and Fundamentalism: Episode and Discourse'', pg. 32. [[Chicago]]: [[University of Chicago Press]], 2005.</ref><ref>Keith Hodkinson, ''Muslim Family Law: A Sourcebook'', pg. 39. Beckenham: Croom Helm Ltd., Provident House, 1984.</ref><ref name=hisham>''Understanding Islamic Law: From Classical to Contemporary'', edited by Hisham Ramadan, pg. 18. [[Lanham, Maryland]]: [[Rowman & Littlefield]], 2006.</ref><ref>Christopher Roederrer and Darrel Moellendorf, ''Jurisprudence'', pg. 471. Lansdowne: Juta and Company Ltd., 2007.</ref><ref>Nicolas Aghnides, ''Islamic Theories of Finance'', pg. 69. New Jersey: Gorgias Press LLC, 2005.</ref><ref name=kojiro>Kojiro Nakamura, "Ibn Mada's Criticism of Arab Grammarians." ''Orient'', v. 10, pgs. 89-113. 1974</ref> Sejak awal, alasan analogis telah menjadi subyek studi ekstensif mengenai tempat yang tepat dalam hukum Islam dan penerapannya yang tepat.
 
=== Kebijaksanaan hukum ===