Kesultanan Sambas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks otomatis (- dibawah, +di bawah)
Otohodox (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 40:
|footnotes =
}}
'''Kesultanan Sambas''' adalah kesultanan yang terletak di wilayah pesisir utara [[Provinsi Kalimantan Barat]] atau wilayah barat laut [[Pulau Kalimantan]] dengan pusat pemerintahannya adalah di Kota [[Sambas]] sekarang. Kesultanan Sambas adalah penerus pemerintahan dari kerajaan-kerajaan Sambas sebelumnya. Kerajaan yang bernama "Sambas" di wilayah ini paling tidak telah berdiri dan berkembang sebelum abad ke-14 M sebagaimana yang tercantum dalam Kitab [[Negarakertagama]] karya [[Mpu Prapanca]]. Pada masa itu rajanya bergelar "NekNeng", salah satunya bernama NekNeng Rio (Ne" Riuh menurut versi Dayak kanayatn). Setelah masa NekNe' Riuh, pada sekitar abad ke-15 M muncul pemerintahan raja yang bernama Tan Unggal yang terkenal sangat kejam. Karena kekejamannya ini Raja Tan Unggal kemudian dikudeta oleh rakyat dan setelah itu selama puluhan tahun rakyat di wilayah Sungai Sambas ini tidak mau mengangkat raja lagi. Pada masa kekosongan pemerintahan di wilayah Sungai Sambas inilah kemudian pada awal abad ke-16 M ([[1530]]) datang serombongan besar orang-orang dari [[Pulau Jawa]] (sekitar lebih dari 500 orang) yaitu dari kalangan Bangsawan Kerajaan [[Majapahit]] yang masih beragama [[Hindu]], yaitu keturunan dari Raja Majapahit sebelumnya yang bernama Wikramawardhana.
 
Pada saat itu di pesisir dan tengah wilayah Sungai Sambas ini telah sejak ratusan tahun didiami oleh orang-orang Melayu yang telah mengalami asimilasi dengan orang-orang [[Dayak]] pesisir di mana karena saat itu wilayah ini sedang tidak ber-Raja (sepeninggal Raja Tan Unggal) maka kedatangan rombongan pelarian [[Majapahit]] ini berjalan mulus tanpa menimbulkan konflik. Rombongan [[Majapahit]] ini kemudian menetap di hulu Sungai Sambas yaitu di suatu tempat yang sekarang disebut dengan nama "Kota Lama". Setelah sekitar lebih dari 10 tahun menetap di "Kota Lama" dan melihat keadaan wilayah Sungai Sambas ini aman dan kondusif maka kemudian para pelarian [[Majapahit]] ini mendirikan sebuah Kerajaan hindu yang kemudian disebut dengan nama "Panembahan Sambas". Raja Panembahan Sambas ini bergelar "Ratu" (Raja Laki-laki) di mana Raja yang pertama tidak diketahui namanya yang kemudian setelah wafat digantikan oleh anaknya yang bergelar Ratu Timbang Paseban, setelah Ratu Timbang Paseban wafat lalu digantikan oleh adindanya yang bergelar Ratu Sapudak. Pada masa Ratu Sapudak inilah untuk pertama kalinya diadakan kerjasama perdagangan antara Panembahan Sambas ini dengan [[VOC]] yaitu pada tahun [[1609]].
Baris 52:
 
# Kerajaan Wijaya Pura sekitar abad 7 M - 9 M.
# Kerajaan Nek Sanujuh (Neng rio / Ne' Riuh) Milik Dayak bakati utara, sekitar abad 13 M - 14 M.
# Kerajaan Tan Unggal sekitar abad 15 M.
# Panembahan Sambas pada abad 16 M.