Cheng Ho: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Ekpermana (bicara | kontrib)
Baris 5:
 
== Biografi ==
Zheng He (di Indonesia lebih dikenal dengan nama Cheng Ho) adalah orang Suku Hui. Nama Persianya adalah Haji Mahmud Shamsuddin. Jika merunut leluhurnya enam generasi yang lalu adalah Sayyid Ajjal Shamsud-Din Omar al-Bukhari, seorang aristokrat dari Asia Tengah yang datang pada awal Dinasti Yuan. Adapun leluhur ketiga puluh enam Sayyid Ajjal adalah Muhammad, nabi pendiri Islam. Sebagai keturunan raja Bukhara, ia pernah menjabat sebagai xingfu pingzhang (pejabat setingkat gubernur) Propinsi Yunnan, dan setelah meninggal Sayyid Ajjal kemudian diberi gelar Raja Xianyang oleh Khubilai Khan. Sejak itu, klannya menyebut keluarga mereka Keluarga Xianyang.
Cheng Ho adalah seorang [[Orang kasim|kasim]] [[Budha]] yang menjadi orang kepercayaan [[Kaisar Yongle]]<nowiki/> dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari [[Dinasti Ming]]. Ia berasal dari provinsi [[Yunnan]]. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan "Sanbao" (三寶) selama masa pelayanannya di istana Pangeran Yan.<ref>Levathes 1996, 63.</ref> Nama "Sanbao" mengacu pada Tiga Mustika dalam agama [[Buddha]]<ref>Dreyer 2007, 12.</ref> dan ia juga dikenal dengan nama Sam Po Bo<ref name="Muljana">{{id}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma%20oriental&pg=PA61#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|last=Muljana|first=Slamet|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|year=2005|isbn=9798451163|pages=61}}ISBN 978-979-8451-16-4</ref> , Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, '''Cheng Ho''' ditangkap dan kemudian dijadikan orang kasim. Ia adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.
 
Kakek dari pihak ayah Zheng He, Bayan, pada tahun ke 11 Dade Dinasti Yuan (1307 M) menjabat sebagai zhongshu pingzhang, nenek buyutnya aslinya bermarga Ma. Kakek dari pihak ayah Zheng He, Bayan, adalah seorang haji, sedangkan nenek dari pihak ayah berasal dari Keluarga Wen. Nama asli ayah Zheng He adalah Milijin, nama Hannya adalah Haji Ma (Marga Ma adalah transliterasi nama Arab Muhammad dalam Bahasa China). ia mewarisi gelar Dianyang Hou, ibunya aslinya bermarga Wen.
Cheng Ho berlayar ke [[Melaka]] pada abad ke-15.
 
ChengZheng HoHe adalahdilahirkan seorangdi [[Orangtahun kasim|kasim]]keempat [[Budha]]Hongwu yangDinasti menjadi orang kepercayaan [[Kaisar Yongle]]<nowiki/> dari TiongkokMing (berkuasa1371 tahun 1403-1424M), kaisarsebagai ketigaanak darikedua [[DinastiHaji Ming]]Ma. Ia berasal dari Kunyang, provinsi [[Yunnan]]. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan "Sanbao" (三寶) selama masa pelayanannyapengabdiannya di istana Pangeran Yan.<ref>Levathes 1996, 63.</ref> Nama "Sanbao" mengacu pada Tiga Mustika dalam agama [[Buddha]]<ref>Dreyer 2007, 12.</ref>. danSelain itu, ia juga dikenal dengan nama Sam Po Bo<ref name="Muljana">{{id}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma%20oriental&pg=PA61#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|last=Muljana|first=Slamet|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|year=2005|isbn=9798451163|pages=61}}ISBN 978-979-8451-16-4</ref> , Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, '''Cheng Ho''' ditangkap dan kemudian dijadikan orang kasim. Ia adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.
Pada tahun [[1424]], kaisar Yonglex wafat. Penggantinya, [[Kaisar Hongxi]] (berkuasa tahun [[1424]]-[[1425]], memutuskan untuk mengurangi pengaruh kasim di lingkungan kerajaan. Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi pada masa kekuasaan [[Kaisar Xuande]] (berkuasa 1426-1435).
 
Cheng Ho adalah seorang [[Orang kasim|kasim]] yang menjadi orang kepercayaan [[Kaisar Yongle]]<nowiki/> (1403-1424), kaisar ketiga dari [[Dinasti Ming]]. Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, '''Cheng Ho''' ditangkap dan kemudian dijadikan Kasim. Ia adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.
 
== Penjelajahan ==
Baris 26 ⟶ 28:
* [[Laut Merah]], ke utara hingga [[Mesir]]
* [[Afrika]], ke selatan hingga [[Selat Mozambik]]
Ma He adalah seorang Hui beragama Islam. Ahli Sejarah Ming (''Ming Shi'') Tuan Wu Han menjelaskan bahwa karena di banyak negara di Asia Tenggara, agama Islam dan Buddha merupakan kepercayaan utama, maka pemerintah Ming memilih seorang Muslim supaya dapat ‘mengurangi kesalahpahaman dan melakukan tugas dengan baik’. Sebagai diplomat, Cheng Ho mengambil kebijaksanaan untuk bersikap toleran dan hormat pada agama-agama lain.
Karena beragama [[Islam]], para temannya mengetahui bahwa Cheng Ho sangat ingin melakukan [[Haji]] ke [[Mekkah]] seperti yang telah dilakukan oleh almarhum ayahnya, tetapi para [[arkeolog]] dan para [[ahli]] [[sejarah]] belum mempunyai bukti kuat mengenai hal ini. Cheng Ho melakukan ekspedisi paling sedikit tujuh kali dengan menggunakan kapal [[armada]]nya.
 
Selain itu dalam rombongan yang pergi ke Lautan Hindia terdapat para penganut Islam yaitu Ma Huan (penulis buku Yingya Shenglan tentang perjalanan Zheng He), Guo Chongli (ulama Masjid Agung Xian), Hasan dari Quanzhou (keturunan Pu Shougeng, seorang pedagang Arab yang menetap di Quanzhou pada akhir Dinasti Song), Pu Rihe (imam masjid Quanzhou), Xia Wennan (cucu Xia Bulu Han), dan lain-lain.
 
Karena beragama [[Islam]], para temannya tersebut juga mengetahui bahwa Cheng Ho sangat ingin melakukan [[Haji]] ke [[Mekkah]] seperti yang telah dilakukan oleh almarhum ayahnya, tetapi para [[arkeolog]] dan para [[ahli]] [[sejarah]] belum mempunyai bukti kuat mengenai hal ini. Cheng Ho melakukan ekspedisi paling sedikit tujuh kali dengan menggunakan kapal [[armada]]nya. Setelah kematian kaisar Yongle pada tahun [[1424]], [[Kaisar Hongxi]] ([[1424]]-[[1425]]), memutuskan untuk mengurangi pengaruh kasim di lingkungan kerajaan. Selanjutnya, Cheng Ho melakukan satu ekspedisi lagi pada masa kekuasaan [[Kaisar Xuande]] (1426-1435).
 
== Pelayaran ==
Baris 53 ⟶ 59:
Cheng Ho memimpin tujuh ekspedisi ke tempat yang disebut oleh orang Tionghoa '''''Samudera Barat''''' ([[Samudera Indonesia]]). Ia membawa banyak hadiah dan lebih dari 30 utusan kerajaan ke Tiongkok - termasuk Raja [[Alagonakkara]] dari [[Sri Lanka]], yang datang ke Tiongkok untuk meminta maaf kepada Kaisar.
 
Catatan perjalanan Cheng Ho pada dua pelayaran terakhir, yang diyakini sebagai pelayaran terjauh, sayangnya dihancurkan oleh Kaisar dari [[Dinasti ching|Dinasti Ching]]
 
<!--The records of Zheng's last two voyages, which are believed to be his farthest, were unfortunately destroyed by the [[Ming Dynasty|Ming]] emperor. Therefore it is never certain where Zheng has sailed in these two expeditions. The traditional view is that he went as far as to [[Iran|Persia]]. It is now the widely accepted view that his expeditions went as far as the [[Mozambique Channel]] in East Africa, from the Chinese ancient artifact discovered there. The latest view, advanced by [[Gavin Menzies]] (see below) suggested Zheng's fleet has travelled every part of the world. However, virtually every authority in the field denounces Menzies' claims as baseless.
Baris 70 ⟶ 76:
 
A related book, [http://www.islandofsevencities.com/ ''The Island of Seven Cities: Where the Chinese Settled When They Discovered America''] by [[Paul Chiasson]] maintains that a nation of native peoples known as the [[Mi'kmaq]] on the east coast of Canada are descendants of Chinese explorers, offering evidence in the form of archaeological remains, customs, costume, artwork, etc. It is worth noting that several advocates of these theories believe that Zheng He also discovered modern day New Zealand on either his sixth or seventh expedition.-->
 
== Armada ==
 
[[Berkas:Treasure Ship and Santa Maria.gif|thumb|200px|right|Perbandingan antara kapal jung Cheng Ho ("kapal harta") ([[1405]]) dengan kapal "[[Santa Maria (kapal)|Santa Maria]]" [[Christopher Columbus|Colombus]] ([[1493|1492/93]])]]
 
[[Armada]] ini terdiri dari 27.000 anak buah kapal dan 307 (armada) kapal laut. Terdiri dari kapal besar dan kecil, dari kapal bertiang layar tiga hingga bertiang layar sembilan buah. Kapal terbesar mempunyai panjang sekitar 400 ''feet'' atau 120 meter dan lebar 160 ''feet'' atau 50 meter. Rangka layar kapal terdiri dari bambu [[Tiongkok]]. Selama berlayar mereka membawa perbekalan yang beragam termasuk binatang seperti sapi, ayam dan kambing yang kemudian dapat disembelih untuk para anak buah kapal selama di perjalanan. Selain itu, juga membawa begitu banyak bambu [[Tiongkok]] sebagai [[suku]] [[cadang]] rangka tiang kapal berikut juga tidak ketinggalan membawa kain [[Sutera]] untuk dijual.
Selama berlayar mereka membawa perbekalan yang beragam termasuk binatang seperti sapi, ayam dan kambing yang kemudian dapat disembelih untuk para anak buah kapal selama di perjalanan. Selain itu, juga membawa begitu banyak bambu [[Tiongkok]] sebagai [[suku]] [[cadang]] rangka tiang kapal berikut juga tidak ketinggalan membawa kain [[Sutera]] untuk dijual.
 
== Kepulangan ==
Dalam ekspedisi ini, Cheng Ho membawa balik berbagai penghargaan dan utusan lebih dari 30 kerajaan - termasuk Raja [[Alagonakkara]] dari [[Sri Lanka]], yang datang ke [[Tiongkok]] untuk meminta maaf kepada kaisar Tiongkok. Pada saat pulang Cheng Ho membawa banyak barang-barang berharga diantaranya kulit dan getah pohon [[Kemenyan]], batu permata ([[ruby]], [[emerald]] dan lain-lain) bahkan beberapa orang [[Afrika]], [[India]] dan [[Arab Saudi|Arab]] sebagai bukti perjalanannya. Selain itu juga membawa pulang beberapa binatang asli [[Afrika]] termasuk sepasang [[jerapah]] sebagai hadiah dari salah satu [[Monarki|Raja]] [[Afrika]], tetapi sayangnya satu jerapah mati dalam perjalanan pulang.
Pada saat pulang Cheng Ho membawa banyak barang-barang berharga diantaranya kulit dan getah pohon [[Kemenyan]], batu permata ([[ruby]], [[emerald]] dan lain-lain) bahkan beberapa orang [[Afrika]], [[India]] dan [[Arab Saudi|Arab]] sebagai bukti perjalanannya.
Selain itu juga membawa pulang beberapa binatang asli [[Afrika]] termasuk sepasang [[jerapah]] sebagai hadiah dari salah satu [[Monarki|Raja]] [[Afrika]], tetapi sayangnya satu jerapah mati dalam perjalanan pulang.
 
== Rekor ==
Majalah ''Life'' menempatkan laksamana Cheng Ho sebagai nomor 14 orang terpenting dalam milenium terakhir. Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan ''Peta Navigasi Cheng Ho'' yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan.
Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan ''Peta Navigasi Cheng Ho'' yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan.
<!--[[Berkas:ChengHoTreasureBoat.gif|thumb|left|300px|Miniatur kapal Cheng Ho]]-->
 
Cheng Ho adalah penjelajah dengan [[armada]] kapal terbanyak sepanjang sejarah dunia yang pernah tercatat hingga saat ini. JugaIa juga memiliki kapal kayu terbesar danyang terbanyakdinamakan 'Kapal Harta' yang berukuran panjang 420 kaki berdasarkan catatan sejarah yang akurat. Sebagai perbandingan, kapal Columbus dalam penjelajahannya ke Amerika adalah sepanjang masa62 hinggakaki. saatPada iniekspedisi pertamanya, ia membawa crew sebanyak 27.800 orang, 62 kapal harta dan 190 kapal besar lainnya uantuk mendukung Kapal Harta milik Cheng Ho. Selain itu dia adalah pemimpin yang arif dan bijaksana, mengingat dengan armadanya yang begitu banyak, dia dan para anak buahnya tidak pernah menjajah [[negara]] atau [[wilayah]] dimanapun tempat armadanya merapat.
Selain itu dia adalah pemimpin yang arif dan bijaksana, mengingat dengan armada yang begitu banyaknya dia dan para anak buahnya tidak pernah menjajah [[negara]] atau [[wilayah]] dimanapun tempat para armadanya merapat.
 
Semasa di [[India]], termasuk ke [[Kalkuta]], para anak buah juga membawa [[seni]] [[beladiri]] lokal yang bernama ''Kallary Payatt,'' yang mana setelahkemudian dikembangkan di negeri [[Tiongkok]] menjadi [[seni beladiri]] [[Kungfu]].
 
== Cheng Ho dan Indonesia ==
Baris 98:
Cheng Ho mengunjungi kepulauan di Indonesia selama tujuh kali. Ketika ke [[Kesultanan Samudera Pasai|Samudera Pasai]], ia memberi lonceng raksasa "Cakra Donya" kepada Sultan Aceh, yang kini tersimpan di museum [[Banda Aceh]].
 
Cheng Ho (Sam Po Kong) juga mengunjungi Lamuri dari ketujuh kali perjalanannya. Cheng Ho menyebutkan bila bertolak dari Kerajaan Samudera Pasai menuju ke arah barat, kapal akan sampai di Kerajaan Lambri (Lamuri), dengan lama perjalanan 3 hari 3 malam jika keadaan angin baik. Di pantai Lambri terdapat lebih dari seribu kepala keluarga., Baikdimana baik sang raja maupun rakyatnya muslim.
 
Tahun 1415, Cheng Ho berlabuh di Muara Jati ([[Cirebon]]), dan menghadiahi beberapa cindera mata khas [[Tiongkok]] kepada Sultan Cirebon. Salah satu peninggalannya, sebuah piring yang bertuliskan ayat Kursi masih tersimpan di Keraton Kasepuhan Cirebon.
 
Pernah dalam perjalanannya melalui [[Laut Jawa]], Wang Jinghong (orang kedua dalam armada Cheng Ho) sakit keras. Karena itu, Cheng Ho memerintahkan untuk membuang sauh dengan menyusuri sebuah sungai yang sekarang dikenal dengan sungai Kaligarang. Wang akhirnya turun di pantai sebuah desa bernama Simongan, [[Semarang]], dan menetapmemutuskan diuntuk sana.menetap Salahsementara satuwaktu buktiditempat peninggalannyatersebut; antarasedangkan lainawak [[Kelentengkapalnya Samyang Posakit, Kong]]dirawat (Gedungdan Batu)diberi sertaobat patungdari yangramuan disebutdedaunan Mbah Ledakar Juragan Dampoyang Awangada Samdisekitar Potempat Kongitu.
 
Setelah sampai didaratan, ia menemukan sebuah gua batu dan dipergunakan sebagai tempat untuk bersemedi dan bersembahyang. Lambat laun, akhirnya dia memutuskan untuk mendirikan sebuah masjid di tepi pantai tersebut, yang sekarang telah berubah fungsi menjadi sebuah kelenteng. Kelenteng tersebut bernama [[Kelenteng Sam Po Kong]] (Gedung Batu) serta terdapat sebuah patung yang disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong. Tanda yang menunjukan bahwa kelenteng tersebut bekas petilasan yang berciri keislamanan adalah dengan ditemukannya tulisan berbunyi “marilah kita mengheningkan cipta dengan mendengarkan bacaan Al Qur’an”. Disebut Gedung Batu karena bentuknya merupakan sebuah Gua Batu besar yang terletak pada sebuah bukit batu. Orang Indonesia keturunan China menganggap bangunan itu adalah sebuah kelenteng, mengingat bentuknya yang berarsitektur China.{{Http://www.tionghoa.info/laksamana-zheng-he-cheng-ho/}}
 
Cheng Ho juga sempat berkunjung ke [[Kerajaan Majapahit]] pada masa pemerintahan raja [[Wikramawardhana]].