Żul Qarnain: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
SkullSplitter (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
SkullSplitter (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 17:
Menurut kisah dari [[Ubaid bin Umair]] (tokoh dari kalangan [[tabi'in]]) bahwa Żul Qarnain adalah [[sepupu]] [[Khidir|Khidr]] dari pihak ibu, bertepatan dengan masa [[Ibrahim]] dan [[Luth]], dikatakan pula bahwa Khidr menjadi penasehat spiritualnya.
 
Sedangkan menurut sejarawan Muslim yang lain, Żul Qarnain memiliki nama asli '''Abu KarbBakr Al-Himyari''' atau '''Abu Bakar bin Ifraiqisy''' dari daulah Al-Jumairiyah (115 SM – 552 M) dan kerajaannya disebut ''At-Tababi’ah.''<ref>[http://www.oaseimani.com/yajuj-dan-majuj-dan-dzulqornain.html] Ya’juj Ma’juj & Dzulqornain ditulis oleh Budi Yahya di Oaseimani.com.</ref>
 
Dalam buku yang berjudul Jejak Yakjuj dan Makjuj karya [[Wisnu Sasongko]] di [[Google Books|''Books.google.com'']], Dzul Qarnain seorang raja Arab memiliki nama asli '''Abdullah bin adh Dhahhak''', catatan lain mengisahkan namanya '''Mush'ab bin Abdullah''' keturunan Kahlal bin [[Saba']].<ref>[http://books.google.co.id/books?id=EGhiZpqzEnIC&pg=PA85&lpg=PA85&dq=dzulqarnain+bertemu+dengan+ibrahim&source=bl&ots=K63BW4UzY5&sig=jCSP_D1oDkcWtbxhBbfPvMLJfFw&hl=id&sa=X&ei=Pv64T-XBO4mIrAfqhJ3eBw&ved=0CFMQ6AEwBQ#v=onepage&q=dzulqarnain%20bertemu%20dengan%20ibrahim&f=false Jejak Yakjuj Dan Makjuj oleh Wisnu Sasongko hal.85 di Google Books.]</ref>
Baris 23:
== Kisah Żul Qarnain ==
=== Pertemuan dengan Nabi Ibrahim ===
Telah disebutkan alAl-Azraqi dan lainnyamenyebutkan bahwa Żul Qarnain beragama Islam atas ajakan Khalilullah [[Ibrahim]] dan melakukan tawaf di [[Ka'bah|Ka’bah al-Mukarramah]] bersama [[Ismail]], diriwayatkan dari Ubaid bin Umair dan anaknya Abdullah dan lainnya bahwa Żul Qarnain melakukan ibadah Haji dengan jalan kaki, tatkala Ibrahim mengetahui kehadirannya, ia menemuinya, mendoakan dan meridainya. Kemudian Allah menundukkan untuknya awan yang bisa membawanya kemana ia mau.
 
Menurut [[Ibnu Katsir]] Żul Qarnain hidup di masa Nabi Ibrahim, 2.000 tahun sebelum masa [[Aleksander Agung]] orang [[Macedonia]], [[Yunani]]. Ibnu Katsir juga menuliskan dalam ''Kitab [[Al-Bidayah wa an-Nihayah]]'', bahwa Nabi Khadr adalah menterinya dan pergi haji dengan berjalan kaki. Ketika Ibrahim mengetahui bahwa kedatangannya, maka ia keluar dari Mekkah untuk menyambutnya. Ibrahim juga mendoakan dan memberikan nasihat-nasihat yang baik kepadanya.<ref>''Al-Bidayah wa an-Nihayah'', hal. 108, jilid 3.</ref>
 
Dalam ''Kitab [[Tafsir Ibnu Katsir]]'', menuliskan kisah dari [[Adhraqi]] bahwa Żul Qarnain melakukan [[thawaf]] dengan Ibrahim kemudian melaksanakan [[kurban]].
 
=== Petualangan Żul Qarnain ===
{{Utama|Surah Al-Kahf}}
Kisah perjalanan-perjalanan Żul Qarnain berikut ini terdapat pada [[Al-Qur'an]] surah Al-Kahfi 18:83-98. Berikut adalah kisah-kisah yang ditanyakan oleh [[sahabat nabi]] kepada Nabi Muhammad yang di wahyukan melalui [[Jibril]] kepadanya.
 
==== Menemukan umat tak beragama ====
Baris 63 ⟶ 67:
{{Utama|Khadr|Air Kehidupan}}
 
Menurut sebuah kitab<ref>Kisah Dzul Qarnain, Nabi Khadr dan Malaikat Rofa'il mencari Air Kehidupan, diriwayatkan oleh Ats-tsa’Labi dari [[Ali]]. ''Kitab Baidai’iz'', karangan Syeikh [[Muhammad bin Ahmad bin Iyas]]., halaman 166 – 168.</ref> Żul Qornain pernah mencari ''Ayn‘Ayn al-Hayat'' (Air Kehidupan) yang didampingi oleh [[Malaikat]] [[Rofa'il]] dan [[Nabi]] [[Khidr]] diriwayatkan oleh Ats-tsa’LabiTsa’Labi dari [[Ali]], kemudian cerita ini disalin dari ''Kitab Baidai’iz'', karangan Syeikh [[Muhammad bin Ahmad bin Iyas]].
 
* '''Ketertarikan Żul Qarnain'''
Pada saat Raja Żul Qarnain pada tahun 322 S. M. berjalan di atas bumi menuju ke tepi bumi, [[Allah]] mewakilkan seorang malaikat yang bernama Rofa’il untuk mendampingi Raja Żul Qarnain. Di tengah perjalanan mereka berbincang-bincang, Raja Żul Qarnain berkata kepada Malaikat Rofa’il: “Wahai Malaikat Rofa’il ceritakan kepadaku tentang ibadah para malaikat di [[langit]].”
 
Malaikat Rofa’il berkata, “Ibadah para mailaikatmalakat di [[langit]] di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya.”
 
Kemudian Żul Qarnain berkata, “Alangkah senangnya seandainya aku hidup bertahun-tahun dalam beribadah kepada Allah.” Lalu malaikat Rofa’il berkata, “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air bumi, namanya ''‘Ayn al-Hayat’'' yang berarti, sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminumnya seteguk, maka tidak akan mati sampai hari [[kiamat]] atau sehingga ia mohon kepada Allah agar supaya dimatikan.”
 
Kemudianya Żul Qarnain bertanya kepada malaikat Rofa’il, “Apakah kau tahu tempat ''Ayn‘Ayn al-Hayat'' itu?” MailaikatMalakat Rofa’il menjawab, “Bahwa sesungguhnya ''Ayn‘Ayn al Hayat'' itu berada di bumi yang gelap."
 
* '''Persiapan pencarian'''
Setelah raja mendengar keterangan dari Malaikat Rofa’il tentang ''Ayn‘Ayn al hayat'', maka raja segera mengumpulkan ‘Alim Ulama’ pada zaman itu, dan raja bertanya kepada mereka tentang ''Ayn‘Ayn al Hayat'' itu, tetapi mereka menjawab, “Kita tidak tahu khabarnya, namun seoarng yang alim di antara mereka menjawab, “Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat Nabi [[Adam]], beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan ''Ayn‘Ayn al Hayat'' di bumi yang gelap.”
 
“Di manakah tempat bumi gelap itu?” tanya raja. Seorang yang alim menjawab, “Di tempat keluarnya [[matahari]].” Kemudian raja bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu raja bertanya kepada sahabatnya. “[[Kuda]] apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap?” Para sahabat menjawab, “Kuda betina yang perawan.”
Baris 83 ⟶ 87:
Di antara mereka adalah Nabi Khidir, bahkan ia menjabat sebagai [[perdana menteri]]. Kemudian berjalanlah mereka dan Nabi Khidir berjalan di depan pasukannya dan mereka jumpai dalam perjalanan, bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat.
 
* '''Perjalanan yang sangat jauh dan tempat yang gelap'''
Kemudian mereka tidak berhenti-henti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai ditepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu memancar seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam.
 
Baris 94 ⟶ 98:
Kemudian Raja Żul Qurnain masuk ke tempat yang gelap itu bersama sekelompok pasukannya, mereka berjalan di tempat yang gelap itu selama 18 hari tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat malam dan siang, tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan raja berjalan dengan didampingi oleh Nabi Khadr.
 
* '''Ditemukan oleh Nabi Khidr '''
Di saat mereka berjalan, maka Allah memberi [[wahyu]] kepada Nabi Khidr, ”Bahwa sesungguhnya ''Ayn‘Ayn al Hayat'' itu berada di sebelah kanan jurang dan ''Ayn‘Ayn al Hayat'' ini Aku khususkan untuk kamu.”
 
Setelah Nabi Khidr menerima [[wahyu]] tersebut, kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya: “Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian.”
 
Kemudian beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang, maka didapatilah oleh beliau sebuah Ayn''‘Ayn al Hayat'' yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidr turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke ''Ayn‘Ayn al Hayat'' (sumber air kehidupan) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air kehidupan tersebut, maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis daripada [[madu]].
 
Setelah ia mandi dan minum ''Ayn‘Ayn al Hayat'' tersebut, kemudian ia keluar dari tempat ''Ayn‘Ayn al Hayat'' itu terus menemui Raja Żul Qarnain, sedangkan raja tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Nabi Khidr, tentang melihat ''Ayn‘Ayn al Hayat'' dan mandi di sumber air tersebut.
 
* '''Penyesalan pasukan Żul Qarnain'''
Menurut riwayat yang diceritakan oleh [[Wahab bin Munabbah]], dia berkata, bahwa Nabi Khidr adalah anak dari bibi Raja Żul Qarnain, dan Raja Żul Qarnain keliling di dalam tempat yang gelap itu selama 40 hari, tiba-tiba tampak oleh raja sinar seperti kilat, maka terlihat oleh raja, bumi yang berpasir merah dan terdengar oleh raja suara gemercik di bawah kaki kuda, kemudian raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: “Gemercik ini adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya, niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya, niscaya ia akan menyesal juga. ”
 
Baris 139 ⟶ 143:
== Referensi ==
{{reflist|2}}
{{Refbegin}}
Kisah Dzul Qarnain, Nabi Khadr dan Malaikat Rofa'il mencari Air Kehidupan, diriwayatkan oleh Ats-tsa’Labi dari [[Ali]], kemudian cerita ini disalin dari ''Kitab Baidai’iz'', karangan Syeikh [[Muhammad bin Ahmad bin Iyas]]., halaman 166 – 168. Penerbit: Usaha Keluarga Semarang. Ana Ghoib Al Hina Syeikh Malaya.
{{Refend}}
 
== Pranala luar ==