Candi Jago: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k WPCleaner v1.33 - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Templat dengan kontrol karakter Unicode) |
|||
Baris 1:
[[Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Tempel_Jago_Malang_Oost-Java_TMnr_10016221.jpg|thumb|300px|Candi Jago]]
Menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, nama '''Candi Jago''' sebenarnya berasal dari kata "Jajaghu",
Candi ini cukup unik, karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat karena tersambar petir. Relief-relief [[Kunjarakarna]] dan [[Pancatantra]] dapat ditemui di candi ini.
Pada candi inilah [[Adityawarman]] kemudian menempatkan Arca Manjusri seperti yang disebut pada [[Prasasti Manjusri]]. Sekarang Arca ini tersimpan di Museum Nasional dengan nomor inventaris D. 214.
Baris 9:
Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Keseluruhannya memiliki panjang 23,71 m, lebar 14 m, dan tinggi 9,97 m. Bangunan Candi Jago nampak sudah tidak utuh lagi; yang tertinggal pada Candi Jago hanyalah bagian kaki dan sebagian kecil badan candi. Badan candi disangga oleh tiga buah teras. Bagian depan teras menjorok dan badan candi terletak di bagian teras ke tiga. Atap dan sebagian badan candi telah terbuka. Secara pasti bentuk atap belum diketahui, namun ada dugaan bahwa bentuk atap Candi Jago menyerupai Meru atau Pagoda.
Pada dinding luar kaki candi dipahatkan relief-relief cerita
Pada sudut kiri
Pada sudut timur laut terdapat rangkaian cerita Buddha yang meriwayatkan ''Yaksa Kunjarakarna''. Ia pergi kepada dewa tertinggi, yaitu Sang [[Wairocana]] untuk mempelajari ajaran Buddha. Beberapa hiasan dan relief pada kaki candi berupa cerita ''Kunjarakarna''. Cerita ini bersifat dedaktif dalam kepercayaan Buddha, antara lain dikisahkan tentang raksasa Kunjarakarna ingin menjelma menjadi manusia. Ia menghadap Wairocana dan menyampaikan maksudnya. Setelah diberi nasihat dan patuh pada ajaran Buddha, akhirnya keinginan raksasa terkabul.
[[Berkas:Statue of Bhrkuti from Candi Jago.jpg|thumb|right|150px|Salah satu patung yang awalnya terdapat pada Candi Jago, yang merupakan perlambangan Dewi Bhrkuti]]
Pada teras ketiga terdapat cerita ''Arjunawiwaha'' yang meriwayatkan perkawinan Arjuna dengan Dewi Suprabha sebagai hadiah dari Bhatara Guru setelah Arjuna mengalahkan raksasa Niwatakawaca.▼
Hiasan pada badan Candi Jago tidak sebanyak pada kakinya. Yang terlihat pada badan adalah relief adegan ''Kalayawana'', yang ada hubungannya dengan cerita ''Kresnayana''. Relief ini berkisah tentang peperangan antara raja Kalayawana dengan Kresna. Sedangkan pada bagian atap candi yang dikirakan dulu dibuat dari atap kayu/ijuk, sekarang sudah tidak ada bekasnya.▼
▲Pada teras ketiga terdapat cerita Arjunawiwaha yang meriwayatkan perkawinan Arjuna dengan Dewi Suprabha sebagai hadiah dari Bhatara Guru setelah Arjuna mengalahkan raksasa Niwatakawaca.
▲Hiasan pada badan Candi Jago tidak sebanyak pada kakinya. Yang terlihat pada badan adalah relief adegan Kalayawana, yang ada hubungannya dengan cerita Kresnayana. Relief ini berkisah tentang peperangan antara raja Kalayawana dengan Kresna. Sedangkan pada bagian atap candi yang dikirakan dulu dibuat dari atap kayu/ijuk, sekarang sudah tidak ada bekasnya.
== Asal Usul ==
Masih menurut kitab Negarakertagama dan Pararaton, pembangunan Candi Jago atas perintah Raja [[Kertanagara]] ini berlangsung sejak tahun 1268 M sampai dengan tahun 1280 M, sebagai penghormatan bagi ayahandanya Raja Singasari ke-4, Sri Jaya Wisnuwardhana, yang mangkat pada tahun 1268. Walaupun dibangun pada masa pemerintahan Kerajaan Singasari, disebutkan dalam kedua kitab tersebut bahwa Candi Jago selama tahun 1359 M merupakan salah satu tempat yang sering dikunjungi Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit. Keterkaitan Candi Jago dengan Kerajaan Singasari terlihat juga dari pahatan padma (teratai), yang menjulur ke atas dari bonggolnya, yang menghiasi tatakan arca-arcanya. Motif teratai semacam itu sangat populer pada masa Kerajaan Singasari.
Candi ini mula-mula didirikan atas perintah raja [[Kertanagara]] untuk menghormati ayahandanya, raja Wisnuwardhana, yang mangkat pada tahun 1268. Dan kemudian Adityawarman mendirikan candi tambahan dan menempatkan Arca Manjusri<ref>Brandes, J.L.A., (1904), ''Beschrijving van de ruïne bij de desa Toempang, genaamd Tjandi Djago in de Residentie Pasoeroean'', 's-Gravenhage-Batavia, Nijhoff/Albrecht.</ref>.▼
Yang perlu dicermati dalam sejarah Candi Jago adalah adanya kebiasaan raja-raja zaman dahulu untuk memugar candi-candi yang didirikan oleh raja-raja sebelumnya. Beberapa tahun berselang, Candi Jago juga telah mengalami pemugaran pada tahun 1343 M atas perintah Raja Adityawarman dari Melayu yang masih memiliki hubungan darah dengan Raja Hayam Wuruk.
▲
== Referensi ==
|