Krakatau Steel: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ahmaditya Irsyad (bicara | kontrib)
Ahmaditya Irsyad (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 39:
}}
 
'''PT Krakatau Steel''' adalah perusahaanmerupakan [[BUMN]] yang bergerak dibidang produksi baja. Perusahaan produsen baja terbesar di Indonesia ini beroperasi di [[Kota Cilegon|Cilegon]], [[Banten]]. SejakAwal disahkanmulanya, pendiriannyaperusahaan padadibentuk tanggalsebagai 31wujud Agustuspelaksanaan 1970,Proyek KrakatauBaja SteelTrikora telahyang menghasilkandiinisiasi beberapaoleh produkPresiden utamaSoekarno industripada produksitahun baja1960 sepertiuntuk [[bajamemiliki lembaranpabrik panas]], [[baja lembaranyang dingin]],mampu danmendukung [[bajaperkembangan batangindustri kawat]]. Kinerjanasional yang ditorehkanmandiri, Krakataubernilai Steeltambah sebagaitinggi BUMNdan produsenberpengaruh bajabagi cukuppembangunan signifikanekonomi dalamnasional. perkembangannya,Ketika daridibentuk perluasanpada infrastrukturtanggal produksi20 hinggaMei diversifikasi1962, produkperusahaan bajayang industridulunya mendorongbernama perusahaanCilegon untukSteel mensejajarkanMill diriini denganresmi perusahaan produsen bajaberdiri dengan menjalin kerjasama strategis dengan Perusahaan baja seperti [[POSCO|Pohang Steel Corporation]]Tjazpromexport dari Korea Selatan dan [[OsakaUni SteelSoviet]]. dariNamun, Jepang untuk mengembangkan kualitas dan kuantitas hasil produksi industri baja dalam negeri yang bernilai tambah tinggi dan terjangkau bagi industri turunan yang menggunakan baja sebagai bahan olahannya.
 
== Sejarah Singkat ==
Jauh sebelum gagasan industri baja nasional muncul, cikal bakal pengolahan bijih besi telah lahir sejak tahun [[1861]]. Kala itu, pemerintah kolonial [[Hindia Belanda]] membangun tanur di [[Lampung]]. Pembangunan Tanur di Lampung berfungsi untuk mengolah hasil tambang bijih besi berbahan bakar [[batubara]]. Meski berukuran kecil, industri pengolahan tersebut mampu menghasilkan baja kasar yang berfungsi untuk membuat suku cadang pabrik gula, pabrik karet dan peralatan pertanian. Namun industri pengolahan bijih besi tersebut tutup lantaran pengelolaannya yang tidak profesional.
 
Pada masa pendudukan [[Jepang]], sebuah tanur pernah dibangun di [[Kalimantan Selatan]] dengan bahan bakar batu bara. Namun, banyaknya gejolak perang dan revolusi fisik mengakibatkan perintisan industri baja sempat terhenti. Baru pada tahun [[1956]], industri baja mulai mendapat perhatian dengan diperkuat adanya gagasan mendirikan industri baja nasional. Menteri Perindustrian dan Pertambangan, [[Chaerul Saleh]] bersama Djuanda dari Biro Perancang Negara (kini [[Bappenas]]), mulai menyusun cetak biru industri baja nasional. Indonesia yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan sangat membutuhkan keberadaan industri pengolahan bijih besi. Biro Perancang Negara menggandeng konsultan asing untuk merintis industri baja yang bernama ''Proyek Besi Baja Trikora''. Setelah studi kelayakan selesai disusun, [[Cilegon]] dipilih sebagai tempat pengolahan bijih besi dan produksi hasil olahan bijih besi karena memiliki sejumlah keuntungan: tersedia tanah yang cukup luas tanpa mengganggu lahan sawah, ada sumber air, mudah dijangkau dari berbagai pulau untuk mendatangkan besi tua, ada pelabuhan Merak. Penandatanganan kerjasama pembangunan dengan Tjazpromex PertTjazpromexport (All Union Export-Import Corporation) dari [[Uni Soviet|Uni Soviet (Rusia)]] pada [[7 Juni]] [[1960]] berlanjut dengan peletakan batu pertama pada [[20 Mei]] [[1962]]. Sekali lagi, pembangunan ini kembali terhenti karena gonjang-ganjing politik G30S/PKI. Setelah vakum selama lima tahun, Proyek Besi Baja Trikora dilanjutkan lewat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35, [[31 Agustus]] [[1970]] dengan didirikannya PT Krakatau Steel (Persero). Pendirian Krakatau Steel disahkan dengan Akte Notaris Tan Thong Kie Nomor 34, pada tanggal [[23 Oktober]] [[1971]] di Jakarta.
 
Sejak itu, Krakatau Steel mulai mengejar ketertinggalannya dengan mempercepat pembangunan industri baja terpadu di Indonesia. Gerak maju dan usaha keras itu dapat dilihat dari serangkaian peresmian unit-unit pabrik dan sarana pendukungnya. Pada tahun [[1977]], peresmian perdana oleh Presiden Soeharto sejumlah pabrik seperti, pabrik Besi Beton, pabrik Besi Profil dan Pelabuhan Cigading. Dua tahun kemudian, secara resmi pembangunan pabrik Besi Spons, pabrik Billet Baja, pabrik Batang Kawat, Pembangkit Listrik Tenaga Uap 400 MW, pusat pengolahan air dan PT KHI Pipe selesai dan beroperasi penuh. Pada tahun [[1983]] pembangunan pabrik Slab Baja, pabrik Baja Lembaran Panas dan pabrik Besi Spons selesai dibangun dan resmi dioperasikan. Hingga pada 1993, masih ada peresmian perluasan dan modernisasi.