Abdul Karim al-Bantani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '{{Infobox Ulama Muslim |honorific_prefix = Syekh Abdul Karim al-Bantani |image =Syekh Abdul Karim al-Bantani.jpg |caption = Syekh Abdul Karim al-Bantani |titl...'
Tag: tanpa kategori [ * ]
 
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 40:
|signature =
}}
'''Syekh Abdul Karim al-Bantani''' adalah Mursyid [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] terakhir yang mampu menyatukan kepemimpinan keseluruhan cabang tarekat tersebut. Syekh Abdul Karim merupakan murid dan salah satu khalifah [[Syekh]] [[Achmad Khotib al-Syambasi]], penyusun Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://www.nu.or.id/post/read/40163/abdul-karim-peletak-tarekat-qadiriyah-wa-naqsyabandiyah|title=Abdul Karim, Peletak Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah {{!}} NU Online|last=Online|first=NU|website=nuonline|language=en-GB|access-date=2017-04-07}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://www.pejalanruhani.com/2012/10/tarekat-qadiriyah-di-indonesia.html|title=Tarekat Qadiriyah di Indonesia|last=Teguh|website=www.pejalanruhani.com|access-date=2017-04-07}}</ref>
== Biografi ==
Tidak banyak diketahui data tentang tanggal kelahiran Syekh Abdul Karim, tetapi sebuah sumber memperkirakan dia dilahirkan pada tahun 1830 [[Masehi]]/1250 [[Hijriyah]] di [[Desa]] [[Lempuyang, Tanara, Serang|Lempuyang]], [[Tanara, Serang|Tanara]], [[Serang]], [[Banten]]. Nama orang tua dan masa pendidikan kecilnya juga tidak banyak diketahui, kecuali dia tinggal di daerah [[Banten]]. Tokoh ini dikenal kemudian belajar ke [[Mekkah]], sezaman dengan para sahabat yang ditemuinya, yaitu [[Syekh]] [[Nawawi al-Bantani]], [[Syaikhona Kholil al-Bangkalani|Syaikhona Muhammad Kholil al-Bangkalani]], [[Syekh]] [[Muhammad Mahfudz at-Tarmasi]], dan lain-lain. Di Kota [[Mekkah]] ini, dia belajar di antaranya kepada [[Syekh]] [[Achmad Khotib al-Syambasi]] yang saat itu sudah menjadi pengajar di [[Masjidil Haram]], sekaligus mursyid [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]]. Dari bimbingan Ahmad Khatib Sambas ini, Abdul Karim mumpuni di bidang ilmu tasawuf, dan diangkat sebagai salah satu khalifahnya. Selain Abdul Karim, Ahmad Khatib juga dikenal mengangkat beberapa khalifah untuk menyebarkan tarekatnya ke [[Nusantara]], yaitu: Syekh Tholhah Cirebon dan Syekh Ahmad Hasbullah al-Maduri yang tinggal di [[Mekkah]]. Beberapa murid Ahmad Khatib juga mengajarkan Qadiriyah wa Naqsyabandiyah meskipun tidak ada keterangan apakah benar-benar telah diangkat sebagai khalifah ataukah sekadar sebagai badal.<ref>{{Cite web|url=http://mequran.com/mequran/k-h-abdul-karim-banten/|title=K.H. Abdul Karim, Banten|website=mequran.com|language=en-US|access-date=2017-04-07}}</ref><ref name=":0" />
== Peran Kebangsaan di Banten ==
Setelah memperoleh ilmu di [[Mekkah]], Abdul Karim kembali ke Banten diperkirakan pada tahun 1860-an, dia kembali ke tanah kelahirannya pada umur akhir 20 atau 30-an. Ia kemudian mendirikan pesantren dan menyebarkan tarekat yang diperoleh dari gurunya. Murid-muridnya tersebar di berbagai pelosok Banten dan daerah lain. Di antara murid-muridnya adalah [[Tubagus Falak|Tubagus Muhammad Falak]] [[Pandeglang]] (yang kemudian menetap di Pagentongan, [[Bogor]], dan menyebarkan [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]])<ref>{{Cite web|url=http://m.inilah.com/news/detail/2182543/wali-sufi-dari-bogor-yang-terlupakan|title=Wali Sufi dari Bogor yang Terlupakan - mozaik islam www.inilah.com|last=Center|first=PT Indonesia News|website=m.inilah.com|access-date=2017-04-07}}</ref>. Para pejabat pemerintah juga menghormatinya, karena Abdul Karim telah menjadi tokoh terkenal, karismatik, dan oleh masyarakat disebut sebagai Kiai Agung dan waliyullah. Pada saat dia tinggal di Banten ini, kondisi sosial masyarakat tengah terhimpit oleh pemerintah kolonial, utamanya di kalangan petani. Semangat melakukan perlawanan telah muncul lama di kalangan masyarakat, hingga sebagian murid-murid dan tokoh-tokoh di Banten ingin melakukan pemberontakan kepada pemerintah kolonial. Sebagai tokoh karismatik, dia selalu dimintai restu oleh tokoh-tokoh Banten, baik pejabat pemerintah maupun para pemimpin perancang pemberontakan. Beberapa muridnya yang kemudian dianggap berperan dalam mengajak pemberontakan adalah [[Ki Tubagus Ismail]], [[Ki Wasyid]], dan H. Marzuki (yang menjadi salah satu khalifahnya dalam tarekat).
=== Geger Cilegon 1888 ===
{{main|Geger Cilegon 1888}}
Syekh Abdul Karim memang tidak terjun langsung dalam pertempuran melawan [[Belanda]] pada [[Geger Cilegon 1888]], namun pengaruhnya sangat besar terhadap peristiwa tersebut. Seperti diungkapkan sejarawan ''Sartono Kartodirdjo'', gerakan kebangkitan kembali yang dipimpin Syekh Abdul Karim memang memperlihatkan sikap yang keras dalam soal-soal keagamaan dan bernada puritan. Tetapi ia bukan seorang revolusioner yang radikal. Kegiatan-kegiatannya terbatas pada tuntutan agar ketentuan-ketentuan agama dilaksanakan. Syekh Abdul Karim disebut sebagai salah satu di antara tiga kiai utama yang memegang peranan penting dalam pemberontakan rakyat Banten di Cilegon tersebut. Dua tokoh kunci lainnya adalah [[Ki Wasyid|K.H. Wasyid]] dan [[Ki Tubagus Ismail|K.H. Tubagus Ismail]]. Syekh Abdul Karim memang tidak terlibat secara langsung pemberontakan yang meletus 12 tahun setelah keberangkatannya ke Tanah Suci itu (karena sebelum pemberontakan benar-benar pecah di Banten tahun 1888, Abdul Karim pergi ke Mekkah pada tanggal [[13 Februari]] [[1876]], setahun setelah meninggalnya [[Syekh]] [[Achmad Khotib al-Syambasi]]), Tapi dialah yang menjadi perata jalan bagi murid-murid dan pengikutnya untuk melakukan jihad atau perang suci melawan kolonial [[Belanda]].<ref>{{Cite web|url=http://www.bantenhits.com/unggulan/mega-babad-banten/read/2787/haji-abdul-karim-sang-mahdi-pemantik-revolusi-di-banten|title=Haji Abdul Karim; "Sang Mahdi" Pemantik Revolusi di Banten - Situs Berita Banten|last=Hits|first=Banten Hits {{!}} Tangerang|website=www.bantenhits.com|language=id-id|access-date=2017-04-07}}</ref>
== Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah ==
Syekh Abdul Karim merupakan ulama besar dan orang suci di mata rakyat. Ia adalah seorang pemimpin agama pada umumnya dan sebagai guru [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] pada khususnya. Sejak masa mudanya ia mendalami ajaran-ajaran [[Syekh]] [[Achmad Khotib al-Syambasi]], dan kemudian menjadi seorang ulama besar yang sangat terkenal. Karena sifat-sifatnya yang luar biasa, ia dianggap cocok untuk berdakwah bagi Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Tugas pertama yang diberikan kepadanya adalah sebagai guru tarekat di [[Singapura]] selama beberapa tahun. Pada tahun 1872 ia kembali lagi ke desa asalnya, [[Lempuyang, Tanara, Serang|Lempuyang]], [[Tanara, Serang|Tanara]], [[Serang]], [[Banten]], dan tinggal disana selama kurang lebih tiga tahun. Syekh Abdul Karim dipercaya bahwa dia adalah seorang wali Allah yang telah dilimpahkan barakat. Di masa belakangan, dia menjadi terkenal dengan sebutan kyai Agung.<ref>{{Cite news|url=http://www.dokumenpemudatqn.com/2012/06/asal-usul-tarekat-qodiriyah-wa_30.html|title=Asal-usul Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah dan Perkembangannya di Nusantara (Bagian III)|last=Bersama|first=Pengelola|newspaper=Dokumen Pemuda TQN Suryalaya News|access-date=2017-04-07}}</ref>
 
Pada tahun [[1875]], [[Syekh]] [[Achmad Khotib al-Syambasi]] wafat, kemudian Syekh Karim al-Bantani diminta untuk menggantikan Syekh al-Syambasi sebagai mursyid (guru besar) [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]] di Tanah Suci. Di Mekkah, Abdul Karim semakin dipandang sebagai khalifah yang ditaati oleh para khalifah yang telah diangkat Ahmad Khatib. Sampai akhir hayatnya, dia tinggal di Mekkah dan memimpin tarekat ini, tetapi angka tahunnya tidak diketahui pasti. Sepeninggal Abdul Karim, tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah tidak memiliki pemimpin tunggal yang ditaati oleh seluruh anggota dan hanya menjadi kelompok tarekat dengan kepemimpinan lokal, meskipun memiliki pengikut yang sangat besar.<ref>{{Cite web|url=http://www.pmii.or.id/syekh-nawawi-al-bantani-gurunya-para-ulama/|title=Syekh Nawawi Al-Bantani, Gurunya Para Ulama {{!}} Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia|website=www.pmii.or.id|language=en-US|access-date=2017-04-07}}</ref>
== Referensi ==
{{Reflist}}
== Pranala Luar ==
* [http://www.nu.or.id Website resmi] [[Nahdlatul 'Ulama]]
 
== Bacaan Lanjutan ==