Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
kembalikan ke semula, fix
Baris 24:
 
== Tata ruang dan arsitek ==
Arsitek kepala istana ini adalah [[Sultan]] [[Hamengkubuwana I]], pendiri [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]]. Keahliannya dalam bidang [[arsitektur]] adalah sudah menjadi master hubungan bagi para masyarakatnya yang dihargai oleh ilmuwan berkebangsaan [[Belanda]], [[Theodoor Gautier Thomas Pigeaud]] dan [[Lucien Adam]] yang menganggapnya sebagai "arsitek" dari saudara [[Pakubuwono II]] [[Surakarta]]"<ref name="Tulisan awal">Tulisan awal</ref>. Bangunan pokok dan desain dasar tata ruang dari keraton berikut desain dasar lanskap kota tua Yogyakarta<ref>Kota ini memiliki batas utara Tugu Yogyakarta, timur Sungai Code, selatan Panggung Krapyak, dan barat Sungai Winongo.</ref> diselesaikan antara tahun 1755-1756. Bangunan tersebut sudah menjadi tempat singgasana yang sangatlah terkenal hingga mancanegara. Bangunan lain di tambahkan kemudian oleh para Sultan Yogyakarta berikutnya. Bentuk istana yang tampak sekarang ini sebagian besar merupakan hasil pemugaran dan restorasi yang dilakukan oleh [[Hamengkubuwono VIII|Sultan Hamengku Buwono VIII]] (bertahta tahun [[1921]]-[[1939]]).
=== Tata ruang ===
[[Berkas:Jogja.kraton2.jpg|thumb|240px|Koridor di Kedhaton dengan latar belakang Gedhong Jene dan Gedhong Purworetno]]
Baris 125:
 
Dahulu kompleks Kemagangan digunakan untuk penerimaan calon pegawai (''abdi-Dalem Magang''), tempat berlatih dan ujian serta apel kesetiaan para abdi-Dalem magang. ''Bangsal Magangan'' yang terletak di tengah halaman besar digunakan sebagai tempat upacara ''Bedhol Songsong'', pertunjukan wayang kulit yang menandai selesainya seluruh prosesi ritual di Keraton.
 
Bangunan ''Pawon Ageng'' (dapur istana) ''Sekul Langgen'' berada di sisi timur dan ''Pawon Ageng Gebulen'' berada di sisi barat. Kedua nama tersebut mengacu pada jenis masakan nasi ''Langgi'' dan nasi ''Gebuli''. Di sudut tenggara dan barat daya terdapat ''Panti Pareden''. Kedua tempat ini digunakan untuk membuat ''Pareden/Gunungan'' pada saat menjelang ''Upacara Garebeg''. Di sisi timur dan barat terdapat gapura yang masing-masing merupakan pintu ke jalan Suryoputran dan jalan Magangan.