Faisal dari Arab Saudi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks otomatis (- diatas, + di atas)
Baris 41:
Raja Faisal dikenal sebagai pemimpin yang shalih dan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Ia sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya, banyak sekali program-program baru yang dicanangkannya selepas penobatannya sebagai kepala negara. Beberapa diantaranya adalah, pada tahun 1967 Raja Faisal menggalakkan program penghapusan perbudakan, program ini ia lakukan dengan membeli seluruh budak di Arab Saudi dengan kas pribadinya hingga tak tersisa satupun budak yang dimiliki seorang majikan di negara itu, bahkan ada budak yang ia beli itu memiliki harga sangat mahal (dengan nilai mata uang dimasa itu), yaitu 2.800 dolar. Kemudian ia bebaskan budak-budak yang dibelinya tersebut dan dilanjutkan dengan pemberlakuan aturan tentang pelarangan adanya perbudakan di Arab Saudi untuk selamanya.
 
Raja Faisal juga melakukan penyederhanaan gaya hidup keluarga kerajaan serta melakukan penghematan kas kerajaan dengan menarik 500 mobil mewah [[Cadillac]] milik istana, dana dari hasil program diatasdi atas salah satunya terealisasi pada pembangunan sumur raksasa hingga sedalam 1.200 meter sebagai tambahan sumber air rakyat untuk dialirkan pada lahan-lahan tandus disemenanjung Arab.
 
Pada tahun yang sama dengan pencanangan program penghapusan perbudakan, Raja Faisal menyerukan Agresi melawan [[Israel]] dalam rangka pembelaannya terhadap tanah suci Al-Quds ([[Yerusalem]]) dan menghentikan [[Israel]] dari program pemekaran wilayah negaranya atas daerah-daerah disekitarnya. Seruan ini dijawab positif oleh [[Mesir]] dan [[Syria]] yang kemudian tiga negara ini membentuk koalisi militer melawan [[Israel]] yang pada saat itu diback-up secara besar-besaran dalam modal dan persenjataan oleh sekutunya, [[Amerika Serikat]]. Pada awalnya pasukan koalisi Arab (kaum Muslimin) berada diatasdi atas angin dan menguasai pertempuran dengan mudah, setelah pasukan koalisi Arab dari negara [[Mesir]] berhasil memukul mundur pasukan [[Israel]] dari Syam dan berencana masuk ke wilayah negara [[Israel]] untuk memperkuat Al-Quds, tiba-tiba [[Amerika Serikat]] mengumumkan pernyataan ancaman terhadap [[Mesir]] tentang akan terjadinya pembantaian besar-besaran atas rakyat [[Mesir]] oleh Amerika jika [[Mesir]] nekat masuk ke wilayah [[Israel]]. Maka dalam rangka menyelamatkan negara dan rakyatnya, [[Gamal Abdul Nasir]] selaku pemimpin [[Mesir]] waktu itu pun terpaksa menarik mundur pasukannya dan mengurungkan niatnya masuk ke wilayah [[Israel]].
 
Raja Faisal yang mendengar intimidasi itupun marah dan menyerukan perang secara ekonomi melawan Amerika, yaitu dengan mengembargo ekspor minyak [[Arab Saudi]] ke Amerika. Negara-negara [[Pakta Pertahanan Atlantik Utara]] (N.A.T.O) yang tadinya mendukung Amerika pun berbalik diam dan meninggalkan dukungannya atas Amerika dikarenakan takut terkena embargo besar Raja Faisal tersebut. Akibat dari embargo tersebut atas [[Amerika Serikat]] adalah lumpuhnya sektor industri dan transportasi, bahkan perekonomiannya menjadi kacau hingga mengalami krisis berkepanjangan yang diperkirakan baru bisa pulih selama sepuluh tahun kedepan (sejak dimulainya embargo).