Kerajaan Inderapura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks otomatis (-dibawah, +di bawah)
Baris 49:
 
== Perekonomian ==
Berdasarkan laporan [[Belanda]], pada tahun 1616 Inderapura digambarkan sebagai sebuah kerajaan yang makmur dibawahdi bawah pemerintahan Raja Itam, serta sekitar 30.000 rakyatnya terlibat dalam [[pertanian]] dan [[perkebunan]] yang mengandalkan komoditi [[beras]] dan [[lada]]. Selanjutnya pada masa Raja Besar sekitar tahun 1624, [[VOC]] berhasil membuat perjanjian dalam pengumpulan hasil pertanian tersebut langsung dimuat ke atas kapal tanpa mesti merapat dulu di pelabuhan, serta dibebaskan dari cukai pelabuhan. Begitu juga pada masa Raja Puti, pengganti Raja Besar, Inderapura tetap menerapkan ''pelabuhan bebas cukai'' dalam mendorong perekonomiannya.<ref name="Kat1"/>
 
Setelah ekspedisi penghukuman tahun 1633 oleh [[Kesultanan Aceh]], sampai tahun 1637 Inderapura tetap tidak mampu mendongkrak hasil pertaniannya mencapai hasil yang telah diperoleh pada masa-masa sebelumnya. Di saat penurunan pengaruh Aceh, [[Muzzaffar Syah dari Inderapura|Sultan Muzzaffar Syah]] mulai melakukan konsolidasi kekuatan, yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya Sultan Muhammad Syah yang naik tahta sekitar tahun 1660 dan mulai kembali menjalin hubungan diplomatik dengan Belanda dan Inggris.
Baris 62:
Pada masa Sultan Muhammad Syah, Inderapura dikunjungi oleh para pelaut [[Bugis]] yang dipimpin oleh ''Daeng Maruppa'' yang kemudian menikah dengan saudara perempuan Sultan Muhammad Syah, kemudian melahirkan ''Daeng Mabela'' yang bergelar Sultan Seian,<ref>Helfrich, O. L., (1923), ''De Adel van Bengkoelen en Djambi (1892-1901)'', Adatrechtbundels, XXll:Gemengd, 's-Gravenhage: Martinus Nijhoff, pp. 316-319.</ref> berdasarkan catatan [[Inggris]], Daeng Mabela pada tahun 1688 menjadi komandan pasukan Bugis untuk [[EIC]].<ref>Winter, (1874), ''De familie Daing Mabela., volgens een Maleisch handscbrilt'', Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie, Vol. 3, no. 2, pp. 115-121.</ref>
 
Sultan Muhammad Syah digantikan oleh anaknya [[Mansur Syah dari Inderapura|Sultan Mansur Syah]] (1691-1696), pada masa pemerintahannya bibit ketidakpuasan rakyatnya atas penerapan cukai yang tinggi serta dominasi monopoli dagang VOC kembali muncul. Namun pada tahun 1696 Sultan Mansur Syah meninggal dunia dan digantikan oleh Raja Pesisir, yang baru berusia 6 tahun dan pemerintahannya berada dibawahdi bawah perwalian neneknya.<ref>{{cite journal | last = Coolhaas| first = W.P. | year = 1964 | title = Generale Missiven der V.O.C.| journal = Journal of Southeast Asian History | volume =2 | issue = 7 | doi =10.1017/S0217781100003318 }}</ref> Puncak perlawanan rakyat Inderapura menyebabkan hancurnya pos VOC di [[Pulau Cingkuak]], sebagai reaksi terhadap serbuan itu, tanggal 6 Juni [[1701]] VOC membalas dengan mengirim pasukan dan berhasil mengendalikan Inderapura.
 
Inderapura akhirnya benar-benar runtuh pada [[1792]] ketika garnisun VOC di [[Air Haji]] menyerbu Inderapura karena pertengkaran komandannya dengan Sultan Inderapura, kemudian Sultan Inderapura mengungsi ke [[Bengkulu]] dan meninggal di sana (1824).<ref name="ref2">{{cite book