Keselamatan dalam Kekristenan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 6:
Keselamatan berasal dari [[anugerah]] Allah. [[Perjanjian Lama]] menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya adalah berdosa, dan menceritakan tentang perjanjian yang diberikan Tuhan kepada umat pilihan. Perjanjiannya termasuk Perjanjian kepada [[Abraham]], yaitu bahwa melalui Abraham semua bangsa di bumi akan diberkati. Tuhan menunjukkan karya penyelamatannya di sepanjang sejarah [[Israel]] dan juga menjanjikan [[Mesias]] yang akan menyelamatkan manusia dari kuasa dan hukuman dosa. Sosok Mesias tersebut dipenuhi oleh Yesus yang akhirnya mengalahkan seluruh karya Iblis, termasuk penderitaan, penyakit, dan kematian.<ref>"Salvation." Macmillan Dictionary of the Bible. London: Collins, 2002. Credo Reference. 19 July 2009. ISBN 0-333-64805-6</ref>
 
Di dalam [[Perjanjian Baru]] dijelaskan bahwa "karena kasih karunia [kita] diselamatkan oleh [[Iman dalam Kekristenan|iman]]; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." {{Alkitab|Efesus 2:8-9}}
 
Orang yang diselamatkan diampuni dosanya dan akan menerima hidup yang kekal. Mereka disebut sebagai anak-anak Allah dan menerima [[Roh Kudus]] yang memampukan mereka untuk [[lahir baru]].
Baris 17:
 
== Konsep keselamatan dalam Perjanjian Baru ==
Dalam Perjanjian Baru tema keselamatan merupakan salah satu yang menonjol terutama dalam tulisan-tulisan Paulus. Yesus dalam pengajarannya mengecam bahwa seseorang bisa membenarkan dirinya sendiri.<ref name="bambang">{{id}}Bambang Subandrijo. ''Menyingkap pesan-pesan perjanjian baru 1''. 2010.. Bandung: Bina Media Informasi.</ref> Misalnya saja dalam Lukas 18:9-14 mengenai orang farisi dan pemungut cukai dan Lukas 16:15 mengenai orang farisi yang merasa diri benar akibat perbuatannya.<ref name="bambang"/> Yesus sangat menginginkan agar manusia dapat mencari kebenaran namun tidak dengan usaha sendiri.<ref name="bambang"/> [[Pembenaran (teologi)|Pembenaran]] itu dicapai melalui pertobatan di dalam kerendahan hati.<ref name="Guthrie">{{id}}Donald Guthrie. '' Teologi perjanjian baru 2: Keselamatan dan hidup baru ''. 1992. Jakarta: BPK Gunung Mulia</ref>
Paulus pun sangat menentang pemahaman bahwa seseorang diselamatkan karena perbuatannya.<ref name="Guthrie"/> Paulus menolak pemahaman bahwa seseorang bisa diselamatkan melalui Hukum Taurat dan tradisi-tradisinya (sunat, kurban, dan sebagainya.Dalam bahasa Ibrani kata kebenaran adalah sedaqa, dapat pula berarti kelepasan.Terjemahan kebenaran dalam konsep Ibrani ke dalam PB yaitu dikaiosune. Dari sisi manusia dikaiousune ialah tindakan manusia yang sesuai dengan kehendak Allah sedangkan dari sisi Allah ialah tindakan Allah yang membenarkan manusia. Menurut Paulus kebenaran Allah merupakan cara Allah untuk menilai manusia. Kebenaran itu seharusnya merupakan “status pribadi”. Bangsa-bangsa non Yahudi memperoleh kebenaran walaupun mereka tidak mengejarnya sedangkan bangsa Israel tidak. Hal ini terjadi karena bangsa Israel mengejar kebenaran itu melalui perbuatan bukan melalui iman.
 
Baris 47:
|[[Sola fide|Penebusan untuk semua orang]] telah selesai ketika Kristus mati.
|[[Calvinisme#TULIP|Penebusan terbatas]] hanya pada umat pilihan Allah, telah selesai ketika Kristus mati.
|[Pembenaran (teologi)|Pembenaran]] dimungkinkan untuk semua orang (penebusan universal), namun hanya terjadi ketika seseorang memanfaatkannya/menentukan pilihan yang didasarkan oleh imannya. Semua umat manusia mempunyai kemungkinan untuk dapat ditebus sebagai akibat dari pekerjaan Kristus di kayu salib.
|-
|'''Pekerjaan Roh Kudus/{{br}}Anugerah keselamatan'''
Baris 71:
* [[Dosa asal]]
* [[Kabar baik]]
* [[Pembenaran (teologi)]]
 
<!--