Muhammad Ali Jinnah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Membatalkan 1 suntingan oleh Hidayatsrf (bicara): Salah bencet. (TW)
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Baris 110:
Pada 1918, Jinnah menikahi istri keduanya [[Rattanbai Petit]] ("Ruttie") yang berusia 24 tahun lebih muda darinya. Ia merupakan putri muda yang bermode dari temannya [[baronet Petit#Baronet Petit, dari Petit Hall (1890)|Sir Dinshaw Petit]], dan merupakan bagian dari dua keluarga [[orang Parsi|Parsi]] elit dari Bombay, [[keluarga Tata]] dan [[baronet Petit|Petit]].<ref name="Mehmood p725" /> Terdapat penentangan besar terhadap pernikahan tersebut dari keluarga Rattanbai dan komunitas Parsi, serta beberapa pemimpin agama Muslim. Rattanbai dikeluarkan dari keluarganya dan berpindah ke Islam, mengadopsi (meskipun tak pernah digunakan) nama Maryam Jinnah, yang mengakibatkan pengucilan permanen dari keluarganya dan masyarakat Parsi. Pasangan tersebut tinggal di Bombay, dan kemudian berjalan-jalan ke seluruh India dan Eropa. Anak tunggal dari pasangan tersebut, seorang putri bernama [[Dina Wadia|Dina]], lahir pada 15 Agustus 1919.<ref name="Mehmood p725" /><ref name="Urdu Columns December 2010" /> Pasangan tersebut berpisah sebelum Ruttie meninggal pada 1929, dan kemudian saudari Jinnah [[Fatima Jinnah|Fatima]] merawatnya dan anaknya.{{sfn|Ahmed|pp=11–15}}
 
Hubungan antara bangsa India dan Inggris merenggang pada 1919 saat Dewan Legislatif Kekaisaran menolak permintaan kemerdekaan sipil pada masa perang; Jinnah mengundurkan diri dari Dewan tersebut saat Dewan tersebut melakukannya. Ketegangan terjadi di India, yang memburuk setelah [[pembantaian Jallianwala Bagh]] di [[Amritsar]], dimana pasukan Inggris menembaki sebuah pertemuan pengunjuk rasa dan menewaskan ratusan orang. Amritsar, Gandhi, yang pulang ke India dan menjadi pemimpin paling menonjol dan berpengaruh dalam Kongres, menyerukan ''satyagraha'' melawan Inggris. Rencana Gandhi meraih dukungan dari kaum Hindu, dan juga sokongan beberapa Muslim dari faksi [[Gerakan Khilafat|Khilafat]]. Muslim-Muslim yang didukung oleh Gandhi, menjadi ingat kembali dengan [[kekhalifahan Utsmaniyah]], yang menyuplai kepemimpinan spiritual kepada beberapa Muslim. Kalifahnya adalah [[Kaisar Utsmaniyah]], yang bakal memberikan dua jabatan setelah negaranya kalah pada Perang Dunia Pertama. Gandhi meraih ketenaran dari kalangan Muslim karena karyanya pada masa perang atas perantara Muslim yang ditahan atau terbunuh.{{sfn|Singh|pp=90–93}}{{sfn|Wolpert|pp=61–71}}{{sfn|Mohiuddin|p=61}} Tak seperti Jinnah dan pemimpin Kongres lainnya, Gandhi tak mengenakan busana gaya Barat, lebih suka menggunakan [[Bahasa di India|sebuah bahasa India]] ketimbang Inggris, dan sangat mendalami budaya India. Gaya kepemimpinan lokal Gandhi meraih ketenaran besar pada bangsa India. HinnahJinnah mengkritik advokasi Khilafat-nya Gandhi, yang ia anggap sebagai dukungan kefanatikan agama.{{sfn|Jalal|p=8}} Jinnah menganggap kampanye ''satyagraha'' yang diproposalkan Gandhi sebagai anarki politik, dan meyakini bahwa pemerintahan sendiri harusnya dilakukan melalui cara konstitusional. Ia menentang Gandhi, namun masyarakat India menentangnya. Pada sesi Kongres pada tahun 1920 di [[Nagpur]], Jinnah dicibir oleh para delegasi yang mengesahkan proposal Gandhi, yang menganggap ''satyagraha'' membuat India dapat meraih kemerdekaan. Jinnat tidak menghadiri Liga berikutnya, yang diadakan di kota yang sama, yang mengesahkan resolusi yang sama. Karena tindakan Kongres dalam mendukung kampanye Gandhi, Jinnah mengundurkan diri dari partai tersebut, meninggalkan seluruh jabatan kecuali dalam Liga Muslim.{{sfn|Bolitho|pp=84–85}}{{sfn|Wolpert|pp=71–72}}
 
== Tahun-tahun di Inggris ==