Muhammad Ali Jinnah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Baris 148:
=== Latar belakang menuju kemerdekaan ===
[[Berkas:All India Muslim League, 26th Session at Patna, December 1938 (Photo 429-5).jpg|thumb|right|Jinnah memberikan pesan pada sesi Liga Muslim di Patna, 1938]]
Sampai akhir 1930an, sebagian besar Muslim di Kemaharajaaan Britania menolak, setelah kemerdekaan, untuk menjadi bagian dari sebuah negara persatuan yang meliputi seluruh India Britania, karena umat Hindu dan lainnya yang mengadvokasikan pemerintahan sendiri.{{sfn|Moore|p=532}} Disamping itu, proposal-proposal nasionalis lainnya dibuat. Dalam [[pengalamatanpidato Allahabad|pidato yang diberikan di Allahabad]] kepada sebuah sesi Liga pada 1930, Sir [[Muhammad Iqbal]] menyerukan sebuah negara untuk kaum Muslim di India. [[Choudhary Rahmat Ali]] menerbitkan [[Now or Never; Are We to Live or Perish Forever?|sebuah pamflet]] pada 1933 yang mengadvokasikan negara "Pakistan" di [[Lembah Indus]], dengan nama-nama lainnya yang diberikan kepada kawasan-kawasan mayoritas Muslim lainnya di India.{{sfn|Malik|p=121}} Jinnah dan Iqbal berkoresponden pada 1936 dan 1937; pada tahun-tahun berikutnya, Jinnah menyebut Iqbal sebagai mentornya, dan menggunakan retorik dan pencitraan Iqbal dalam pidato-pidatonya.{{sfn|Ahmed|p=80}}
 
Meskipun beberapa pemimpin Kongres sangat mendukung pemerintahan pusat untuk sebuah negara India, beberapa politikus Muslim, termasuk Jinnah, menolak untuk menerima pemerintahan tersebut tanpa perlindungan kuat terhadap komunitas mereka.{{sfn|Moore|p=532}} Muslim lainnya mendukung Konres, yang secara resmi memperjuangkan sebuah negara sekuler setelah kemerdekaan, meskipun sayap tradisionalis (yang meliputi para politikus seperti [[Madan Mohan Malaviya]] dan [[Vallabhbhai Patel]]) meyakini bahwa India saat sudah merdeka harusnya mengeluarkan hukum-hukum seperti melarang pembunuhan sapi dan menjadikan [[Hindi]] sebagai bahasa nasional. Kegagalan kepemimpinan Kongres membuat [[Komunalisme (Asia Selatan)|kaum komunalis]] Hindu mengkhawatirkan kaum Muslim yang mendukung Kongres. Selain itu, Kongres meraih dukungan Muslim sampai sekitar tahun 1937.{{sfn|Hibbard|pp=121–124}}