Maulana Muhammad Shafiuddin dari Banten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Igho (bicara | kontrib)
Igho (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 110:
Anak-anak Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin sempat disalah kira dalam beberapa penulisan sebagai anak dari Sultan Tituler Bupati Rafiuddin. Hal ini dikarenakan masyhur dikenal bahwa merekalah anak-anak Sultan Terakhir Banten, namun terjadi kesalah fahaman mengenai Sultan Terakhir Banten yang resmi dari trah Kesultanan Banten yang semestinya pada Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin, bukan pada nama Rafiuddin dari Rembang yang sekadar Sultan Tituler Bupati yang diangkat Belanda dan bukan dari keturunan para Sultan Banten. <ref>{{citeweb|url=http://id.rodovid.org/wk/Orang:1012399|title=Anak-Anak Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin|website=id.rodovid.org}}</ref>
 
== Pengasingan dan Kematiankematian ==
Semenjak tahun [[1809]], Wilayah [[Kesultanan Banten]] sudah banyak diotak-atik penjajah Asing dengan pembagian-pembagian wilayah yang meminimalisir kekuatan pengaruh Kesultanan Banten dan untuk memperlemah perlawanan Rakyat Banten yang seringkali terus melawan. Pada saat terjadi peralihan kekuasaan di [[Nusantara]] dari [[Belanda]] kepada [[Inggris]], diakibatkan kekalahan [[Napoleon Bonaparte]] dari [[Perancis]] kepada Inggris. [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Hindia Belanda]], [[Thomas Stamford Raffles]] dari pemerintahan Inggris tahun [[1813]] membagi wilayah [[Banten]] menjadi 4 [[Kabupaten]] yakni '''Banten Lor''' (Banten Utara kelak menjadi [[Kabupaten Serang]]), '''Banten Kidul''' (Banten Selatan kelak menjadi [[Kabupaten Caringin]] yang pada tahun [[1907]] masuk kedalam [[Kabupaten Pandeglang]]), '''Banten Tengah''' (Kelak menjadi [[Kabupaten Pandeglang]]) dan Banten Kulon (Banten Barat kelak menjadi [[Kabupaten Lebak]]). Pada tahun [[1816]] kekuasaan dikembalikan dari [[Inggris]] kepada [[Belanda]].
 
Pada tahun [[1832]], dikarenakan adanya perlawanan dari rakyat Banten yang terus menerus kepada pemerintah [[Hindia Belanda]], terutama dengan adanya Bajak Laut [[Selat Sunda]]. Pemerintah Belanda menganggap adanya bantuan [[Kesultanan Banten]] dalam perlawanan tersebut, sehingga pada tahun tersebut Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin dan keluarga dibuang [[Belanda]] ke [[Surabaya]] hingga wafatnya di tahun [[1899]] dan dimakamkan di Pemakaman Boto Putih Surabaya di seberang pemakaman [[Sunan Ampel]]. <ref>{{citeweb|url=http://kesultananbanten.id|title=Sejarah Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin|website=kesultananbanten.id}}</ref>