Suku Tidung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 24:
 
Persamaan kosakata bahasa Tidung dengan bahasa-bahasa Kalimantan lainnya, misalnya :
* ''matonandow'' dalam bahasa Tidung sama dengan ''matanandau'' ([[bahasa Ngaju]]) artinya matahari.
* ''bubuan'' dalam bahasa Tidung sama dengan ''[[bubuhan]]'' ([[bahasa Banjar]]) artinya keluarga, kerabat.
* ''taka'' dalam bahasa Tidung sama dengan ''takam'' ([[bahasa Maanyan]]), ''ta'am'' ([[bahasa Abal]]), ''taka'' ([[bahasa Pasir]]) artinya kita.
Baris 110:
 
== Tradisi Lisan atau tertulis ==
Dahulu pernah ada cerita tentang masyarakat Tidung yang tertulis, terutama yang berhubungan dengan riwayat para raja atau cerita kepahlawanan orang Tidung. akan tetapi, kini tulisan seperti itu tidak pernah ditemukan lagi. Yang masih hidup adalah cerita rakyat Tidung yang diwariskan secara lisan dari orang tua kepada anaknya.
Beberapa cerita lisan rakyat Tidung itu, antara lain sebagai berikut :
# [[Asal-usul Orang Tidung Tengara]]
# [[Lasedne sinan pagun / Tenggelamnya kampung Jelutung]]
# [[Seludon Ibenayuk / Cerita Ibenayuk]]
# [[Si Benua dan Si Sumbing]]
# [[Seludon Yaki Yamus / Cerita Raja Empat Mata]]
# [[Seludon Batu Tinagad / Cerita Batu di tebang]]
# [[Yaki Balak / Aki Balak]]
 
== Huruf yang dipakai ==
Orang Tidung tidak mempunyai tradisi tulisan sendiri. Untuk keperluan tulis-menulis mereka menggunakan huruf arab melayu
sebelum mengenal huruf latin seperti sekarang. Masyarakat Tidung menganut Agama Islam sekitar abad ke 18. Bersamaan dengan masuknya
agama Islam, ikut pula masuk tradisi tulisan arab melayu itu.
 
== Kesultanan Sulu ==
{{artikel|Kesultanan Sulu}}
Dikatakan Sultan Sulu yang bernama Sultan Salahuddin-Karamat atau Pangiran Bakhtiar telah berkahwin dengan seorang gadis Tionghoa yang berasal dari daerah Tirun (Tidung). Dan juga karena ingin mengamankan wilayah North-Borneo (Kini Sabah) selepas mendapat wilayah tersebut dari Sultan Brunei, seorang putera Sultan Salahuddin-Karamat iaitu Sultan Badaruddin-I juga telah memperisterikan seorang Puteri Tirun atau Tidung (isteri kedua) yang merupakan anak kepada pemerintah awal di wilayah Tidung. (Isteri pertama Sultan Badaruddin-I, dikatakan adalah gadis dari [[Soppeng]], [[Sulawesi Selatan]]. Maka lahirlah Datu Lagasan yang kemudianya menjadi Sultan Sulu bergelar, Sultan Alimuddin-I ibni Sultan Badaruddin-I). Dari zuriat Sultan Alimuddin-I inilah dikatakan datangnya Keluarga Kiram dan Shakiraullah di Sulu.
 
Maka dari darah keturunan dari '''Puteri Tidung''' ini lah seorang putera bernama '''Datu Bantilan''' dan seorang puteri bernama Dayang Meria. Datu Bantilan kemudiannya menaiki takhta Kesultanan Sulu (menggantikan abangnya Sultan Alimuddin-I) pada tahun sekitar 1748, bergelar '''Sultan Bantilan Muizzuddin'''. Adindanya '''Dayang Meria''' dikatakan berkahwin dengan seorang pedagang Tionghoa, dan kemudiannya melahirkan '''Datu Teteng''' atau '''Datu Tating'''. Dan dari '''zuriat Sultan Bantilan''' '''Muizzuddin''' inilah datangnya '''Keluarga Maharajah Adinda''', yang kini merupakan ''"Pewaris Sebenar"'' kepada Kesultanan Sulu mengikut Sistem Protokol Kesultanan yang dipanggil''' "Tartib Sulu".'''