Pangeran Puger: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- tapi + tetapi)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 16:
Sementara itu [[Amangkurat I]] meninggal dunia dalam pengungsiannya di daerah [[Tegal]]. ia sempat menunjuk [[Adipati Anom]] sebagai raja Mataram yang baru bergelar [[Amangkurat II]]. Sesuai wasiat ayahnya tersebut, Amangkurat II pun meminta bantuan [[VOC]] - [[Belanda]]. pemberontakan [[Trunajaya]] akhirnya berhasil ditumpas pada akhir tahun [[1679]].
 
Amangkurat II merupakan raja tanpa istana karena Plered telah diduduki Sunan Ingalaga, adiknya sendiri. Ia pun membangun istana baru di hutan Wanakerta, yang diberi nama [[Kartasura]] pada bulan [[September]] [[1680]]. Amangkurat II kemudian memanggil Sunan Ingalaga supaya bergabung dengannya tetapi panggilan tersebut ditolak.
 
Penolakan tersebut menyebabkan terjadinya perang saudara. Akhirnya, pada tanggal [[28 November]] [[1681]] Sunan Ingalaga menyerah kepada Jacob Couper, perwira [[VOC]] yang membantu Amangkurat II. Sunan Ingalaga pun kembali bergelar Pangeran Puger dan mengakui kedaulatan kakaknya sebagai [[Amangkurat II]].
Baris 23:
 
== Kematian Kapten Tack ==
[[Amangkurat II]] berhasil naik takhta berkat bantuan [[VOC]], namun disertai dengan perjanjian yang memberatkan pihak [[Kasunanan Kartasura|Kartasura]]. Ketika keadaan sudah tenang, Patih Nerangkusuma yang anti [[Belanda]] mendesaknya supaya mengkhianati perjanjian tersebut.
 
Pada tahun [[1685]] Amangkurat II melindungi buronan VOC bernama [[Untung Suropati]]. Kapten [[François Tack]] datang ke Kartasura untuk menangkapnya. Amangkurat II pura-pura membantu VOC. Namun diam-diam, ia juga menugasi Pangeran Puger supaya menyamar sebagai anak buah Untung Suropati.
 
Dalam pertempuran sengit yang terjadi di sekitar keraton Kartasura pada bulan [[Februari]] [[1686]], tentara VOC sebanyak 75 orang tewas ditumpas pasukan Untung Suropati.Pasukan Untung Suropati berhasil membunuh Kapten Tack yang tidak berhasil turun dari kudanya.Setelah itu hujan lebat turun.
 
== Terusir dari Kartasura ==
[[Amangkurat II]] meninggal dunia pada tahun [[1703]]. Takhta [[Kasunanan Kartasura|Kartasura]] jatuh ke tangan putranya yang bergelar [[Amangkurat III]]. Menurut ''[[Babad Tanah Jawi]]'', ketika Pangeran Puger datang melayat, ia melihat kemaluan jenazah kakaknya "berdiri". Dari ujung kemaluan muncul setitik cahaya yang diyakini sebagai [[wahyu keprabon]]. Barang siapa mendapatkan wahyu tersebut, maka ia akan menjadi raja [[Pulau Jawa|Tanah Jawa]]. Pangeran Puger pun menghisap sinar tersebut tanpa ada seorang pun yang melihat.
 
Sejak saat itu dukungan terhadap Pangeran Puger berdatangan karena banyak yang tidak menyukai tabiat buruk Amangkurat III. Hubungan antara paman dan keponakan tersebut pun diwarnai ketegangan. Kebencian Amangkurat III semakin bertambah ketika Raden Suryokusumo putra Puger memberontak.
 
Pada puncaknya, yaitu bulan [[Mei]] [[1704]] Amangkurat III mengirim pasukan untuk membinasakan keluarga Puger. Namun Pangeran Puger dan para pengikutnya lebih dahulu mengungsi ke [[Semarang]]. Yang ditugasi mengejar adalah [[Adipati Jangrana|Tumenggung Jangrana]] bupati [[Surabaya]]. Namun Jangrana sendiri diam-diam memihak Puger sehingga pengejarannya hanya bersifat sandiwara belaka.
Baris 38:
Bupati Semarang yang bernama Rangga Yudanegara bertindak sebagai perantara Pangeran Puger dalam meminta bantuan [[VOC]]. Kepandaian diplomasi Yudanegara berhasil membuat VOC memaafkan peristiwa pembunuhan Kapten Tack. Bangsa Belanda tersebut menyediakan diri membantu perjuangan Pangeran Puger, tentu saja dengan perjanjian yang menguntungkan pihaknya.
 
Isi Perjanjian Semarang yang terpaksa ditandatangani Pangeran Puger antara lain penyerahan wilayah [[Pulau Madura|Madura]] bagian timur kepada VOC.
 
== Merebut Kartasura ==
Pada tanggal [[6 Juli]] [[1704]] Pangeran Puger diangkat menjadi raja bergelar Susuhunan Paku Buwana Senapati Ingalaga Ngabdurahman Sayidin Panatagama Khalifatulah Tanah Jawa, atau lazim disingkat Pakubuwana I.
 
Setahun kemudian, yaitu tahun [[1705]], Pakubuwana I dikawal gabungan pasukan [[VOC]], [[Semarang]], [[Pulau Madura|Madura]] (barat), dan [[Surabaya]] bergerak menyerang [[Kasunanan Kartasura|Kartasura]]. Pasukan Kartasura yang ditugasi menghadang dipimpin oleh [[Arya Mataram]], yang tidak lain adalah adik Pakubuwana I sendiri. Arya Mataram berhasil membujuk [[Amangkurat III]] supaya mengungsi ke timur, sedangkan ia sendiri kemudian bergabung dengan Pakubuwana I.
 
Dengan demikian, takhta Kartasura pun jatuh ke tangan Pakubuwana I, tepatnya pada tanggal [[17 September]] [[1705]].
 
== Masa pemerintahan ==
Baris 57:
 
== Akhir hayat ==
Sunan Pakubuwana I meninggal dunia pada tahun [[1719]]. Yang menggantikannya sebagai raja [[Kasunanan Kartasura|Kartasura]] selanjutnya adalah putranya, yang bergelar [[Amangkurat IV]].
 
Pemerintahan Amangkurat IV ini kemudian dihadapkan pada pemberontakan saudara-saudaranya sesama putra Pakubuwana I, antara lain Pangeran Blitar, Pangeran Purbaya, dan Pangeran Dipanegara Madiun.
 
== Pangeran Puger yang lain ==
Baris 77:
* H.J.de Graaf. 1989. ''Terbunuhnya Kapten Tack, Kemelut di Kartasura Abad XVII'' (terj.). Jakarta: Temprint
* M.C. Ricklefs. 1991. ''Sejarah Indonesia Modern'' (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
* Moedjianto. 1987. ''Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram''. Yogyakarta: Kanisius
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
<br />