Mogadishu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Berkas Mogadishu_waterfront.jpg dibuang karena dihapus dari Commons oleh High Contrast
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 48:
}}
[[Berkas:Somalia&land map.png|thumb|250px|Peta Somalia]]
'''Mogadishu''' ([[bahasa Somali]]: '''Muqdisho''') adalah sebuah [[kota]] di [[Afrika Timur]]. Mogadishu merupakan kota terbesar sekaligus [[ibu kota]] nominal otoritas sementara [[Somalia]]. Uniknya, Somalia tidak memiliki pemerintahan ''[[de facto]]'' selama lebih dari satu dasawarsa. Penduduknya berjumlah 2.450.000 (perkiraan [[2004]]). Kota ini juga dikenal dengan nama ''Hamar'' oleh penduduk Somalia.
 
Sebagai pusat finansial dan komersial di Somalia, industri terbesarnya ialah tekstil dan pangan. Jalanan di Mogadishu menghubungkannya dengan kota-kota lain serta negara [[Kenya]] dan [[Ethiopia]]. Layanan transportasi udara masih terbatas. Mogadishu terletak pada koordinat [http://kvaleberg.com/extensions/mapsources/index.php?params=2_02_N_45_21_E_ 2°02′ LU 45°21′ BT].
 
== Sejarah ==
Mogadishu ditemukan oleh penghuni etnik Muslim Arab pada [[abad ke-10]], menurut Ross E. Dunn (''The Adventures of Ibn Battuta'' [1986]). Menurut penjelasan Dunn, Mogadishu dan pemukiman Muslim lainnya di Afrika Timur tampaknya "mirip dengan Amerika pada zaman pertengahan, suatu daratan subur berpeluang emas dan tempat untuk berlindung dari kemarau, kelaparan, overpopulasi, dan perang yang melanda tanah air." Kebanyakan pendatang tergolong kaya dan mereka berasal dari [[Jazirah Arab]]. Perkawinan mereka dengan penduduk pribumi menghasilkan hubungan yang menguntungkan dari segi ekonomi. Mogadishu berlokasi di ujung bagian utara [[negara Kota Afrika Timur]]. Ajaran Islam tersebar di seluruh wilayah Somalia.
 
Ketika [[Ibnu Batuta]] mengunjungi Mogadishu pada 1330, dia kagum melihat makanan yang berlimpah-limpah dan bergumam bahwa seseorang di sana "porsi makanannya sama banyak dengan porsi rombongan kami, dan tubuh mereka sangat gemuk."
 
Asal usul nama "Mogadishu" masih samar-samar; suatu cerita mengklaim nama itu sebagai istilah [[bahasa Arab]] versi etnik Somali "maqad shah" (kursi kekaisaran shah), cerita yang lain mengklaimnya sebagai istilah [[bahasa Swahili]] versi Somali "mwyu ma" (kota terakhir di bagian utara). Bangunan-bangunan bersejarah di Mogadishu antara lain Masjid Fakr ad-Din ([[1269]]) dan Istana Garesa, dibangun pada akhir [[abad ke-19]] untuk kediaman administrator lokal dari sultan [[Zanzibar]] yang kini menjadi museum dan perpustakaan.
 
Pada [[1871]] Mogadishu diduduki oleh sultan Zanzibar, yang kemudian menyewakannya kepada [[Italia]] tahun [[1892]]. Pada [[1905]] Italia membeli kota tersebut, menamakannya '''Mogadiscio''', dan menjadikannya ibu kota koloni [[Somaliland Italia]]. Pada [[Perang Dunia II]] Mogadishu dikuasai oleh pasukan [[Britania Raya|Britania]] yang bermarkas di [[Kenya]]. Selama perang saudara berkepanjangan yang melanda Somalia sejak [[1970-an]], pasukan pemberontak berhasil menguasai Mogadishu pada [[1990]]. Pertempuran sengit antara faksi-faksi pemberontak berbasis klan menghancurkan sebagian besar wilayah Mogadishu pada [[1991]]-[[1992]]. Pasukan penjaga perdamaian bertugas di sana pada [[1992]]-[[1995]].
 
Pada [[3 Oktober]] [[1993]], [[Amerika Serikat]] melaksanakan misi untuk menangkap dua anak buah seorang pemimpin militan bernama [[Mohamed Farrah Aidid]], walaupun sukses, misi ini menelan banyak korban jiwa. Pada [[Pertempuran Mogadishu]], 19 serdadu AS tewas dan beberapa lainnya mengalami cedera, tetapi jumlah korban di pihak Somalia diperkirakan antara 500-1.000 militan dan warga sipil tewas serta 3.000-4.000 lainnya cedera. Kejadian tersebut kemudian menjadi tema utama novel ''[[Black Hawk Down: A Story of Modern War]]'' dan film ''[[Black Hawk Down]]'' (2001).
 
== Mogadishu kini ==
Mogadishu merupakan ibu kota Pemerintah Nasional Transisi Somalia yang diakui oleh dunia internasional. Sesi Parlemen diselenggarakan di luar negeri ([[Nairobi]]).
 
Kondisi di wilayah Mogadishu bagian selatan lebih tenang dan modern. Sebaliknya, bagian utara kota itu dikuasai oleh klan-klan militan. Beberapa di antaranya telah membentuk wilayahnya masing-masing dan mengklaim kemerdekaan dari negara itu.
 
Walaupun dililit oleh banyak masalah, kondisi Mogadishu telah pulih dari segi ekonomi. Perdagangan bebas tanpa berkuasanya pemerintah ''de facto'' berarti tidak ada pajak sehingga berbisnis di sana relatif murah. Para pebisnis menyewa petugas keamanan untuk melindungi diri dari kaum militan. Kerusuhan makin jarang terjadi.
 
Di antara kota-kota di Afrika Timur, Mogadishu tumbuh pesat di bidang [[telekomunikasi]] dan [[internet]] dengan jaringan telepon modern. Warung-warung internet bertebaran di Mogadishu.
 
== Geografi ==