Hakim-Hakim 17: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 4:
* Naskah sumber utama: [[Teks Masoret|Masoretik]], [[Septuaginta]] dan [[Naskah Laut Mati]].
* Pasal ini terdiri dari 13 ayat.
* Berisi kisah tentang patung sembahan [[Mikha orang Efraim|Mikha]], yang berakhir di [[Hakim-hakim 18|pasal 18]], berkaitan dengan sejarah [[suku Dan]].
* Merupakan satu dari 2 apendiks dari [[Kitab Hakim-hakim]]. Apendiks yang lain adalah [[Hakim-hakim 19|pasal 19]] [[Hakim-hakim 21|sampai 21]].
 
== Waktu ==
* Kisah yang dicatat di pasal ini terjadi di awal masa Hakim-hakim, karena di pasal 18 dikisahkan tentang perjalanan [[suku Dan]] yang disinggung dalam [[Hakim-hakim 1|pasal 1]].
 
== Struktur ==
Baris 16:
 
== Ayat 1 ==
:''Ada seorang dari pegunungan Efraim, Mikha namanya.''<ref>{{Alkitab|Hakim-hakim 17:1}}</ref>
Sejarah kronologis [[kitab Hakim-hakim]] berakhir dengan [[Hakim-hakim 16|pasal 16]] ({{Alkitab|Hakim-hakim 16:1-31}}). Mulai dengan episode Mikha, bagian terakhir kitab Hakim-Hakim ({{Alkitab|Hakim-hakim 17:1-21:25}}) menguraikan standar-standar moral yang rendah, upacara-upacara keagamaan yang sesat, dan tatanan sosial yang kacau di Israel selama periode hakim-hakim. Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa jikalau firman Allah dan prinsip-prinsip moral yang benar diabaikan, maka baik individu maupun masyarakat secara keseluruhan akan dibinasakan (bandingkan {{Alkitab|Amsal 14:34; 21:7}}). Dua kali penulis mengatakan bahwa "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" ({{Alkitab|Hakim-hakim 17:6; 21:25}}; bandingkan {{Alkitab|Amsal 14:12}}). Jalan Allah ditolak sehingga mengakibatkan keputusasaan, kekacauan, dan kematian.<ref name=fulllife>The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994.</ref>
 
== Ayat 2 ==
:''Berkatalah ia (Mikha) kepada ibunya: "<u>Uang perak yang seribu seratus</u> itu, yang diambil orang dari padamu dan yang karena itu kauucapkan kutuk--aku sendiri mendengar ucapanmu itu--memang uang itu ada padaku, akulah yang mengambilnya." Lalu kata ibunya: "Diberkatilah kiranya anakku oleh TUHAN."<ref>{{Alkitab|Hakim-hakim 17:2}}</ref>
Jumlah 1100 uang perak tepat sama dengan jumlah uang yang dijanjikan akan diberikan oleh setiap raja (= kepala daerah, walikota) orang [[Filistin]] kepada [[Delila]], jika ia dapat menyerahkan [[Simson]] untuk ditangkap mereka. Peristiwa ini dicatat di [[Kitab Hakim-hakim]] [[Hakim-hakim 16|pasal sebelumnya (pasal 16)]].<ref>{{Alkitab|Hakim-hakim 16:5}}</ref>
 
== Ayat 5 ==
:''Mikha ini mempunyai kuil. Dibuatnyalah [[efod]] dan [[terafim]], ditahbiskannya salah seorang anaknya laki-laki, yang menjadi imamnya.''<ref>{{Alkitab|Hakim-hakim 17:5}}</ref>
Karena Mikha tidak tunduk kepada kekuasaan dari penyataan Allah yang diilhamkan dan tertulis dan diberikan melalui Musa, ia menipu dirinya sendiri dan melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri (ayat {{Alkitab|Hakim-hakim 17:6}}; bandingkan {{Alkitab|Ulangan 11:18-25}}; {{Alkitab|Yosua 1:5-8}}). Ia menipu dirinya sampai percaya bahwa ia dapat menerima berkat Allah (ayat {{Alkitab|Hakim-hakim 17:13}}) dan pada saat bersamaan melanggar semua perintah Alkitab yang jelas. Dosa-dosanya meliputi mencuri (ayat {{Alkitab|Hakim-hakim 17:2}}), menyembah berhala (ayat {{Alkitab|Hakim-hakim 17:3-5}}), tidak menaati perintah-perintah Allah (ayat {{Alkitab|Hakim-hakim 17:6}}), dan mengangkat anaknya sendiri sebagai imam (ayat {{Alkitab|Hakim-hakim 17:5-13}}; {{Alkitab|Bilangan 16:17}}; {{Alkitab|Ulangan 21:5}}; bandingkan {{Alkitab|2 Timotius 4:3}}). Pemahaman yang benar dan pertimbangan moral yang sehat hilang di Israel ketika bangsa itu meninggalkan perjanjian Allah.<ref name=fulllife />
 
== Ayat 6 ==
:''Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya.''<ref>{{Alkitab|Hakim-hakim 17:6}}</ref>
Orang yang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri sudah pasti akan melakukan perkara yang jahat dipandangan Allah (bandingkan {{Alkitab|Hakim-hakim 2:11; 4:1; 6:1; 10:6}}). Sikap yang ingkar akan hukum ini adalah sama lazim pada zaman kita ini seperti pada masa Mikha. Orang mau berbuat sekehendak hatinya sendiri dan merasa tersinggung bila diberi tahu apa yang dapat dan yang tidak dapat mereka lakukan -- bahkan oleh Allah dan Firman-Nya. Orang yang mengabaikan standar-standar mutlak Allah demi keinginan manusiawi yang subyektif akhirnya akan mengalami kekacauan rohani, moral, dan sosial. Pada pihak lain, orang percaya sejati akan dengan senang hati tunduk kepada standar-standar dan pendirian Allah sebagaimana dinyatakan dalam Firman-Nya yang tertulis.<ref name=fulllife />