Sejarah Asia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RusdianaDablang (bicara | kontrib)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
[[FileBerkas:Chinese silk, 4th Century BC.JPG|thumb|300px|right|Selembar [[sutra]] Tiongkok dari abad ke-4 SM. Perniagaan sutra melalui [[Jalur Sutra]] menghubungkan berbagai negeri mulai dari Tiongkok, India, Asia Tengah dan Timur Tengah, hingga Eropa dan Afrika.]]
 
'''Sejarah Asia''' dapat dilihat sebagai sejarah kolektif dari tiga wilayah di pesisir benua Asia, yakni Asia Timur, Asia Selatan, dan Timur Tengah, yang dipertautkan satu sama lain oleh bentangan luas [[stepa]] Eurasia.
Baris 7:
Kawasan stepa sejak lama dihuni oleh kaum pengembara berkuda, dan dari tengah-tengah kawasan itu mereka sanggup berkelana sampai ke seluruh pelosok benua Asia. Bagian utara benua, yang meliputi sebagian besar [[Siberia]], adalah wilayah yang tak dapat dimasuki para pengembara stepa ini karena dihalangi hutan-hutan lebat dan [[tundra]]. Di Siberia, kawasan-kawasan ini sangat jarang penduduknya.
 
Pedalaman dan pesisir dipisahkan oleh pegunungan-pegunungan dan gurun-gurun. [[Pegunungan Kaukasus|Kaukasus]], [[Pegunungan Himalaya|Himalaya]], [[Gurun Karakum]], dan [[Gurun Gobi]] menjadi penghalang yang hanya dapat diterobos oleh para penunggang kuda dari stepa dengan susah-payah. Meskipun di bidang teknologi dan budaya para penghuni kota lebih maju, tak banyak yang dapat mereka lakukan di bidang militer untuk mempertahankan diri terhadap gerombolan-gerombolan berkuda dari stepa. Akan tetapi para pemukim lembah pesisir tidak memiliki bentangan padang rumput yang cukup luas untuk menampung sebala besar pasukan berkuda. Oleh karena itulah kaum pengembara yang menaklukkan negara-negara di Timur Tengah tak lama kemudian terpaksa beradaptasi dengan masyarakat-masyarakat setempat.
 
Sejarah Asia memperkenalkan perkembangan-perkembangan besar yang tampak di belahan-belahan dunia lainnya, serta peristiwa-peristiwa yang berdampak terhadap kawasan-kawasan lain. Termasuk di dalamnya adalah perniagaan di [[Jalur Sutra]], yang menyebarkan budaya-budaya, bahasa-bahasa, agama, dan penyakit di sepanjang jalur perniagaan Afrika-Eurasia. Kemajuan besar lainnya adalah penemuan [[bubuk mesiu|serbuk mesiu]] di Tiongkok pada zaman pertengahan, yang menjadi cikal bakal kemajuan dalam cara-cara berperang melalui penggunaan [[senjata api]].
 
== Prasejarah ==
{{Utama|Prasejarah Asia}}
Dalam sebuah laporan yang ditulis oleh arkeolog Rakesh Tewari perihal Lahuradewa di [[India]], tercantum penanggalan atas dasar uji C14 baru yang berkisar antara 9000 sampai 8000 SM sehubungan dengan padi, yang menjadikan Lahuradewa sebagai situs Zaman Batu Muda terawal di seluruh Asia Selatan.<ref name="archae">{{cite web
Baris 32:
Di kawasan selatan Mesopotamia terdapat dataran tanah endapan tempat [[Sumer]] dan [[Elam]] berdiri. Karena rendahnya curah hujan di daerah itu, maka diperlukan sistem [[irigasi]]. [[Peradaban Ubaid]] berkembang semenjak 5500 SM.
 
== Sejarah kuno ==
=== Zaman perunggu ===
{{Main|Timur Dekat Kuno}}
[[Zaman Tembaga]] bermula sekitar 4500 SM, disusul [[Zaman Perunggu]] yang bermula sekitar 3500 SM, menggantikan peradaban [[Neolitikum|Zaman Batu Muda]].
Baris 43:
Di [[Ban Chiang]], Thailand (Asia Tenggara), telah ditemukan artefak-artefak perunggu yang berasal dari 2100 SM. Pada penggalian di Nyaunggan, Birma, telah didapati peralatan perunggu bersama dengan tembikar dan artefak-artefak batu. Rentang waktu yang meliputi perkiraan penanggalannya sampai sekarang masih sangat panjang (3500 sampai 500 SM).
 
=== Zaman besi ===
{{Main|Zaman Besi}}
 
Pada Zaman Besi terjadi perluasan penggunaan peralatan, persenjataan, dan perlengkapan pelindung dari besi di seluruh peradaban besar Asia.
 
==== Timur Tengah ====
[[Kekaisaran Akhemeniyah|Wangsa Akhaimeni]] di [[Kekaisaran Persia]], didirikan oleh [[Koresh yang Agung|Koresy Agung]], menguasai wilayah luas yang membentang dari [[Yunani]] dan [[Turki]] sampai ke [[Sungai Indus]] dan Asia Tengah pada abad ke-6 sampai abad ke-4 SM. Kebijakan-kebijakan pemerintah Persia di antaranya adalah toleransi terhadap budaya-budaya lain, struktur pemerintahan yang sangat terpusat, dan pengembangan infrastruktur yang signifikan. Kelak, pada masa pemerintahan [[Darius I|Darius Agung]], wilayah-wilayah kekuasaan dipersatukan, suatu sistem birokrasi dikembangkan, kaum bangsawan diberi jabatan-jabatan militer, pemungutan cukai diatur dengan saksama, dan mata-mata disebar untuk menyelidiki kesetiaan kepala-kepala daerah. Agama utama di Persia kala itu adalah [[Zoroastrianisme]], yang diajarkan oleh filsuf [[Zoroaster]]. Agama ini memperkenalkan suatu bentuk awal [[monoteisme]] di wilayah itu. Agama ini melarang kurban hewan dan pemakaian ramuan-ramuan memabukkan dalam upacara-upacara keagamaan; serta memperkenalkan konsep keselamatan rohani melalui amal dan perbuatan pribadi, konsep [[akhir zaman]], dan konsep [[Pengadilan terakhir|penghakiman]] baik atas bangsa-bangsa maupun atas pribadi-pribadi dengan ganjaran [[surga]] atau [[neraka]]. Konsep-konsep ini kelak sangat mempengaruhi para penguasa dan rakyat kekaisaran Persia. Lebih dari pada itu, Zoroastrianisme adalah agama terpenting yang mendahului keberadaan [[agama Abrahamik|agama-agama samawi]] seperti Kristen, Islam, dan Yahudi. Kekaisaran Persia berjaya menegakkan perdamaian dan stabilitas di seluruh Timur Tengah dan memberi pengaruh besar terhadap seni rupa, politik (mempengaruhi para pemimpin Helenistis), dan agama.
 
[[Aleksander Agung]] menaklukkan wangsa ini pada abad ke-4 SM, dan menciptakan suatu [[periode Hellenistik|zaman Helenistis]] yang berlangsung singkat. Ia tidak sanggup menegakkan stabilitas dan sesudah kematiannya, Persia pecah menjadi wangsa-wangsa kecil yang lemah, termasuk [[Kekaisaran Seleukia|wangsa Seleukia]], disusul oleh [[Kekaisaran Parthia]]. Menjelang akhir Zaman Kuno, Persia telah dikonsolidasikan kembali menjadi [[Kekaisaran Sasaniyah|Kekaisaran Sasania]] yang dikenal pula sebagai Kekaisaran Persia yang kedua.
 
[[Kekaisaran Romawi]] kelak menguasai sebagian Asia Barat. Wangsa-wangsa [[Seleukia]], [[Kekaisaran Parthia|Parthia]], dan [[Kekaisaran Sasaniyah|Sasania]] dari Persia menguasai Asia Barat selama berabad-abad.
 
==== India ====
Kekaisaran Maurya dan Kekaisaran Gupta disebut-sebut sebagai Zaman Keemasan India dan ditandai oleh banyak penemuan dan hasil karya di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni rupa, agama, dan filsafat yang mengkristalisasi unsur-unsur dari apa yang secara umum dikenal sebagai kebudayaan India. [[Agama Hindu]] dan [[agama Buddha]], yang bermula di Anak Benua India, berpengaruh besar atas Asia Selatan, Timur, dan Tenggara.
 
Baris 62:
Kekaisaran Kusyan tumbang menjelang 220 Masehi, menambah kisruh politik di India. Kemudian pada 320, [[Kekaisaran Gupta]] (bahasa Sanskerta: गुप्त राजवंश, Gupta Rājawangśya) berdiri dan meliputi sebagian besar Anak Benua India. Didirikan oleh [[Maharaja Sri-Gupta]], wangsa ini menjadi suri-teladan dari peradaban kuno. Raja-raja Gupta lebih sering mempersatukan daerah-daerah kekuasaannya melalui perundingan dengan para penguasa dan keluarga-keluarga setempat serta melalui taktik perkawinan putra-puteri antar daerah.{{sfn|Stearns|2011|page=66}} Pemerintahan mereka meliputi wilayah yang tidak seluas wilayah Kekaisaran Maurya, tetapi sangat berhasil menegakkan stabilitas.{{sfn|Stearns|2011|page=66}} Pada 535, kekaisaran ini berakhir tatkala India dikuasai bangsa [[Hun]].
 
==== Tiongkok kuno ====
===== Wangsa Zhou =====
{{utama|Dinasti Zhou}}
Sejak 1029 SM, [[Dinasti Zhou|wangsa Zhou]] ({{zh|c=周朝|p=Zhōu Cháo|w=Chou Ch'ao}}) sudah bertahta di Tiongkok dan terus memerintah sampai pada 258 SM.{{sfn|Stearns|2011|page=43}} Wangsa Zhou telah memberlakukan suatu [[Feodalisme|sistem feodal]] dengan cara memberi wewenang kepada kaum bangsawan di tiap-tiap daerah asalnya dan mengandalkan kesetiaan mereka untuk mengendalikan wilayah kekuasaannya yang begitu luas.{{sfn|Stearns|2011|page=43}} Kebijakan ini mengakibatkan pemerintah Tiongkok kala itu cenderung tidak terpusat dan lemah, kerap kali hanya sedikit yang dapat diperbuat kaisar untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan bangsa. Sekalipun demikian, pemerintah mampu mempertahankan keberadaannya dengan menciptakan gagasan [[Tianming|Mandat Langit]], yang mengagung-agungkan kaisar sebagai pemimpin pilihan ilahi. Wangsa Zhou juga melarang [[kurban manusia]] yang berasal dari zaman-zaman sebelumnya dan mempersatukan [[bahasa Tionghoa]]. Pada akhirnya, pemerintah Zhou mendorong warganya untuk berpindah ke lembah [[Sungai Yangtze]], sehingga membentuk Kerajaan Tengah Tiongkok.
Baris 69:
Tetapi menjelang 500 SM, stabilitas politiknya mulai merosot akibat berulang kali diterjang kaum pengembara{{sfn|Stearns|2011|page=43}} dan juga akibat pertikaian internal yang timbul dari perselisihan antar petinggi dan antar keluarga. Keadaan ini tertolong oleh banyaknya gerakan filsafat, dimulai dengan kehidupan [[Konfusius]]. Tulisan-tulisan filfasatnya (disebut [[Konfusianisme]]) mengenai hormat pada tetua dan negara kelak luas digunakan di masa kekuasaaan wangsa Han. Selain itu, konsep-konsep [[Taoisme]] dari [[Laozi]], termasuk konsep [[yin dan yang]], serta konsep dualitas dan keseimbangan asali alam dan jagad raya, menjadi populer pada zaman itu. Meskipun demikian, wangsa Zhou akhirnya tercerai-berai begitu para bangsawan daerah mulai meraup kekuasaan yang lebih besar dan perselisihan di antara mereka lambat-laun menggiring Tiongkok memasuki [[Periode Negara Perang|zaman negara-negara berperang]], mulai 402 sampai 201 SM.{{sfn|Stearns|2011|page=44}}
 
===== Wangsa Qin =====
{{main|Dinasti Qin}}
Salah satu pemimpin daerah akhirnya berjaya menempati posisi puncak, [[Qin Shi Huang]] ({{zh|c=始皇帝}}, ''Shǐ Huángdì''), yang menjatuhkan kaisar Zhou terakhir dan mendirikan wangsa Qin.{{sfn|Stearns|2011|page=43}} [[Dinasti Qin|Wangsa Qin]] (bahasa Tionghoa: 秦朝; pinyin: Qín Cháo) adalah wangsa pertama yang memerintah atas Kekaisaran Tiongkok, bertahan sejak 221 sampai 207 SM.{{sfn|Stearns|2011|page=42}} Kaisar baru ini menghapuskan sistem feodal dan secara langsung menunjuk sebuah birokrasi yang bergantung padanya demi kekuasaan. Pasukan-pasukan kekaisaran Huang memberantas setiap pembangkangan di daerah-daerah, dan memajukan Kekaisaran Tiongkok dengan berekspansi ke [[Laut Tiongkok Selatan]] dan kawasan utara [[Vietnam]]. Organisasi yang lebih besar menghasilkan sistem cukai yang seragam, sensus nasional, regulasi pembangunan jalan raya (dan lebar kereta), ukuran-ukuran standar, uang logam standar, serta bahasa lisan dan tulisan yang resmi.{{sfn|Stearns|2011|page=45}} Perbaikan-perbaikan selanjutnya mencakup pula proyek-proyek irigasi baru, peningkatan produksi [[sutra]],{{sfn|Stearns|2011|page=45}} dan (yang paling masyhur) dimulainya pendirian Tembok Besar Tiongkok—dirancang untuk menghalangi kaum pengembara yang terus-menerus datang merampok dan menindas rakyat. Meskipun demikian, Shi Huang juga dikenal karena tindakan sewenang-wenangnya, memaksa rakyat membangun Tembok Besar, mengenakan cukai yang memberatkan, dan menghukum dengan kejam semua orang yang berani menentangnya. Ia menekan Konfusius dan mempromosikan paham [[Legalisme]] yang mengajarkan bahwa rakyat pada hakikatnya jahat sehingga diperlukan pemerintah yang kuat dan berkuasa untuk mengendalikan mereka. Legalisme dipekatkan dengan pandangan-pandangan logis yang realistis dan menolak kegemaran berbincang secara ilmiah sebagai perbuatan yang tidak berfaedah. Semua ini menjadikan Shi Huang sangat tidak populer di mata rakyat. Begitu Qin mulai melemah, berbagai golongan pun mulai bangkit bertarung memperebutkan kekuasaan atas Tiongkok.
 
===== Wangsa Han =====
{{main|Dinasti Han}}
[[Dinasti Han|Wangsa Han]] (bahasa Tionghoa: 汉朝 (aksara yang disederhanakan) atau 漢朝 (aksara tradisional); pinyin: Hàn Cháo; 206 SM – 220 Masehi) adalah wangsa penguasa kekaisaran Tiongkok yang kedua, didahului oleh wangsa Qin dan digantikan oleh Tiga Kerajaan (220–265 Masehi). Rentang masa kekuasaannya yang mencapai empat abad menjadikan zaman wangsa Han dipandang sebagai zaman keemasan dalam sejarah Tiongkok. Salah satu kaisar terbesar wangsa Han, [[Kaisar Wu dari Han|Kaisar Wu dari wangsa Han]], menegakkan perdamaian di seluruh Tiongkok, sebanding dengan [[Pax Romana]] di Mediterania seratus tahun kemudian.{{sfn|Stearns|2011|page=45}} Sampai sekarang, kelompok etnis mayoritas di Tiongkok menyebut dirinya "orang Han". Wangsa Han bermula ketika dua orang pria dari kalangan rakyat jelata berjaya bangkit melawan pengganti Shi Huang yakni puteranya yang jauh lebih lemah. Pemerintah Han yang baru mempertahankan sistem sentralisasi dan birokrasi warisan Qin, tetapi mengurangi banyak sekali penindasan yang dilakukan pemerintah sebelumnya. Pemerintah Han memperluas wilayah teritorial sampai ke [[Korea]], [[Vietnam]], dan [[Asia Tengah]], menjadikan Kekaisaran Tiongkok jauh lebih besar dibanding pada zaman Qin.
 
Melalui [[Jalur Sutra]], pemerintah Han menjalin kontak dengan Kekaisaran Persia di Timur Tengah dan dengan bangsa Romawi, sehingga dapat memperdagangkan banyak komoditas dengan mereka, terutama sutra. Banyak peradaban kuno mendapatkan pengaruh dari luar melalui [[Jalur Sutra]], yang menghubungkan Tiongkok, [[India]], Timur Tengah, dan Eropa. Kaisar-kaisar Han seperti Wu juga mempromosikan ajaran Konfusius sebagai "agama" bangsa (meskipun para teolog memperdebatkan, apakah konfusianisme dimaknai sebagai suatu agama ataukah filsafat). Rumah-rumah peribadatan yang dibaktikan bagi Konfusius didirikan dan filsafat Konfusius diajarkan kepada semua cendekiawan yang masuk ke birokrasi Tiongkok. Birokrasi dikembangkan lebih lanjut dengan memperkenalkan sebuah sistem ujian yang menyaring para cendekiawan berilmu tinggi. Kebanyakan para birokrat ini adalah warga kelas atas yang dididik di sekolah-sekolah khusus, tetapi kekuasaan mereka diimbangi pemeriksaan oleh warga kelas bawah yang dimasukkan ke dalam birokrasi berkat keterampilan mereka. Birokrasi Kekaisaran Tiongkok sangat efektif, sangat dihormati seluruh rakyat, dan bertahan lebih dari 2.000 tahun. Pemerintah Han yang sangat teratur itu mengurusi bidang militer, kehakiman (yang mempergunakan sistem peradilan dan hukum-hukum yang tegas), produksi pertanian, perekonomian, dan kehidupan rakyat pada umumnya. Pemerintah juga mempromosikan filsafat intelektual, kajian ilmiah, dan pencatatan sejarah secara rinci.
Baris 81:
Meskipun demikian, dengan segala stabilitas yang mengagumkan ini, kekuasaan pusat mulai kehilangan kendali menjelang peralihan dari kurun Sebelum Masehi ke [[Masehi|kurun Masehi]]. Seiring kemerosotan wangsa Han, banyak permasalahan datang bertubi-tubi menimpa dan menjadikannya tak berdaya sehingga Tiongkok terpuruk dalam kekacauan. Menjelang 100 Masehi, kegiatan filsafat melamban, dan korupsi dalam birokrasi tak terbendung lagi. Para tuan tanah di daerah mulai mengambil alih kendali tatkala para cendekiawan menelantarkan tugas-tugas mereka, akibatnya rakyat jelata harus menanggung beban cukai yang berat. Para pengikut ajaran Tao mulai mendapat dukungan yang signifikan dan memprotes kemerosotan yang tengah berlangsung. Mereka mulai mengaku-aku menguasai ilmu sihir dan berjanji akan menggunakannya demi menyelamatkan Tiongkok; [[Pemberontakan Serban Kuning]] yang dikobarkan kaum Tao pada 184 (dipimpin para pemberontak yang mengenakan destar kuning) berakhir dengan kegagalan namun mampu melemahkan pemerintah. Serbuan bangsa Hun bersamaan dengan merebaknya wabah penyakit membunuh setengah dari keseluruhan populasi dan secara resmi mengakhiri kekuasaan wangsa Han pada 220. Zaman kekacauan yang mengikutinya teramat parah sampai-sampai berlangsung selama tiga abad. Selama itu pula tak satu pun pemimpin dan wangsa daerah yang mampu menegakkan ketertiban di Tiongkok. Zaman kekacauan beserta upaya-upaya penegakkan ketertiban ini secara umum dikenal sebagai zaman [[Enam dinasti|enam wangsa]]. Babak pertama dari zaman ini meliputi zaman [[Zaman Tiga Negara|tiga kerajaan]] yang dimulai pada 220 dan diisi oleh "wangsa-wangsa" lemah yang silih berganti berkuasa dalam jangka pendek sesudah tumbangnya pemerintah Han. Pada 265, [[Dinasti Jin (265-420)|wangsa Jin]] di Tiongkok mulai berkuasa dan tak lama kemudian pecah menjadi dua kekaisaran, yang satu menguasai wilayah barat laut Tiongkok, dan yang lain menguasai wilayah tenggara Tiongkok. Pada 420, penaklukan dan pengunduran diri kedua wangsa ini berujung pada zaman kekuasaan perdana [[Dinasti Selatan dan Utara|wangsa-wangsa selatan dan utara]]. Zaman kekuasaan wangsa-wangsa selatan dan utara terus berlangsung hingga akhirnya, menjelang 557, [[Dinasti Zhou Utara|wangsa Zhou Utara]] memerintah atas wilayah utara dan [[Dinasti Chen|wangsa Chen]] memerintah atas wilayah selatan.
 
== Sejarah pertengahan ==
{{further|Sejarah pascakuno}}
Pada zaman ini, kekaisaran-kekaisaran [[dunia Timur]] terus-menerus berekspansi melalui perniagaan, perpindahan penduduk, dan penaklukkan wilayah-wilayah jiran. Serbuk mesiu dipergunakan secara luas seawal abad ke-11, dan alat cetak yang dapat dibongkar-pasang sudah dipergunakan lima ratus tahun sebelum Gutenberg menciptakan mesin cetaknya. Ajaran-ajaran Buddha, Tao, dan Konfusius adalah paham-paham filsafat yang dominan di Timur Jauh pada zaman pertengahan. Marco Polo bukanlah orang barat pertama yang berkunjung ke timur lalu pulang membawa kisah-kisah menakjubkan tentang peradaban lain, tetapi catatan kisah-kisahnya yang diterbitkan pada penghujung abad ke-13 dan permulaan abad ke-14 adalah yang pertama dibaca khalayak ramai di seluruh Eropa.
 
=== Timur Tengah Islam ===
{{See also|Budaya Islam|Ilmu pengetahuan di dunia Islam pada Zaman Pertengahan}}
[[Kekhalifahan]] Islam dan negara-[[negara Islam]] lainnya mengambil alih kekuasaan atas Timur Tengah, [[Kaukasus]], dan Asia Tengah selama [[penaklukan Islam|penaklukan kaum Muslim]] di abad ke-7, dan di kemudian hari berekspansi ke [[Subbenua India|Anak Benua India]] dan [[Kepulauan Melayu]].
Baris 91:
Di awal Zaman Pertengahan pada 500, Timur Tengah terdiri atas negara-negara kecil yang lemah; dua negara yang paling terkemuka adalah [[Kekaisaran Sasaniyah|Kekaisaran Sasania]] di Persia (sekarang Iran), dan Kekaisaran Bizantium di Turki. Di semenanjung Arabia (sekarang [[Arab Saudi]]), suku-suku pengembara [[Suku Badui (Arab)|Badawi]] mendominasi wilayah padang pasir, tempat mereka menyembah berhala-berhala dan hidup dalam puak-puak kecil yang saling berkerabat.{{sfn|Stearns|2011|page=138}} Urbanisasi dan pertanian sangat terbatas, kecuali di beberapa daerah dekat pesisir pantai. [[Mekah]] dan [[Madinah]] adalah dua di antara kota-kota yang menjadi pangkalan-pangkalan dagang di antara [[Afrika]] dan [[Eurasia]]. Perdagangan menjadi urat nadi kehidupan kota, sehingga sebagian besar warganya adalah para saudagar.
 
==== Kekaisaran Islam perdana ====
{{main|Kekhalifahan Umayyah}}
[[FileBerkas:Muhammad 11.jpg|thumb|left|190px|Muhammad digambarkan berada dalam sebuah mesjid tanpa memperlihatkan satu pun anggota tubuhnya.]]
Sejak 613 sampai pada 630, [[Muhammad]] menyebarkan agama Islam di gurun Arabia, berpuncak pada kemenangannya di [[Mekah]]. Ia kemudian mempersatukan suku-suku Arab menjadi sebuah Kekaisaran Islam yang dikepalai oleh seorang pemimpin agama dan politik, [[khalifah]]. Gabungan suku-suku Arab ini kelak maju menaklukkan Kekaisaran Sasania serta wilayah-wilayah yang kini disebut [[Suriah]], [[Palestina]], [[Mesir]], dan [[Libya]].{{sfn|Stearns|2011|page=148=149}} Sebuah bala pasukan laut Arab dibentuk dan tak lama kemudian menguasai Mediterania, membuat Kekaisaran Bizantium tidak berdaya dalam kepungannya sampai berabad-abad kemudian.{{sfn|Stearns|2011|page=148-149}} Permasalahan-permasalahan seputar penentuan para khalifah pengganti Muhammad berakibat meletusnya [[Perang Riddah]] dan pada akhirnya mengakibatkan perpecahan [[Sunni]]-[[Syi'ah]], dua golongan umat Islam yang saling bertentangan; kaum Sunni pada akhirnya menjadi golongan yang dominan dan mendirikan [[Kekhalifahan Umayyah|Kekhalifahan Umawiyah]].{{sfn|Stearns|2011|page=148-149}}
 
Kekhalifahan Umawiyah berpusat di ibu kota mereka, [[Damaskus|Damsyik]] di Suriah sekarang ini. Bani Umayyah melakukan lebih banyak lagi penaklukan yang menjadikan mereka penguasa atas Asia Tengah, sebagian besar Afrika Utara, dan dari situ ke [[Semenanjung Iberia]] (sekarang [[Spanyol]] dan [[Portugal]]). Hanya sedikit konversi agama yang terjadi kala itu akibat dari kurangnya rasa hormat terhadap kaum Muslim non-Arab ([[bahasa Arab]]: موالي, Mawali), yang ditunjukkan oleh Bani Umayyah. Umat [[Kristen]] dan [[Yahudi]] lebih dihargai sebagai kaum yang dilindungi (bahasa Arab: أهل الذمة, Ahl al-Dzimmah), dan khususnya sebagai kaum berkitab (bahasa Arab: أهل الكتاب, Ahl al-Kitab), mengacu pada [[Alkitab|Kitab Suci]] mereka. Di masa kekuasaan Bani Umayyah, posisi perempuan meningkat ke taraf yang lebih baik dibanding semasa Arab pra-Islam; ajaran Muhammad melarang zinah, mendorong perkawinan dan perlakuan baik terhadap isteri dan anak perempuan, serta memproklamirkan kesetaraan wanita dan pria "di mata Tuhan."{{sfn|Stearns|2011|page=151}}
 
==== Kekaisaran Abbasiyah ====
{{main|Kekhalifahan Abbasiyah}}
[[FileBerkas:Abbasid Caliphate most extant.png|230px|thumb|Keseluruhan wilayah yang pernah dikuasai Kekaisaran Abbasiyah]]
Kekaisaran Umawiyah mengalami kemunduran sejak permulaan abad ke-8 tatkala para pemimpinnya makin lama makin menjauh dari rakyat, terutama dari para pejuang yang telah mempertaruhkan nyawa dalam perang-perang penaklukan.{{sfn|Stearns|2011|page=151}} Sebuah golongan politik baru, Bani Abbas, bergabung dengan golongan-golongan yang memendam kekecewaan, yakni para pejuang, kaum Syi'ah, dan kaum Mawali, kemudian menumbangkan Bani Umayyah pada 750 dalam [[Pertempuran Zab]]. Sisa-sisa Bani Umayyah melarikan diri ke [[Iberia|Semenanjung Iberia]], kemudian mendirikan di sana sebuah kerajaan Islam merdeka, [[Kekhalifahan Kordoba]]. Pembentukan [[Kekhalifahan Abbasiyah]] bermula dengan pemindahan ibu kota ke [[Baghdad]] di Persia (sekarang Irak) pada 762, dan bersamaan dengan itu terjadi pula penerapan tata lembaga politik Persia, seperti pembentukan monarki absolut yang berkuasa penuh secara mutlak tanpa tentangan, serta suatu birokrasi yang lebih baik di bawah kepemimpinan seorang [[Wazir]] yang mengambil alih hampir seluruh tanggung jawab politik dan administrasi yang sebelumnya diemban Khalifah.{{sfn|Stearns|2011|page=154}} Pemerintahan Bani Abbas juga mengalami suatu lonjakan besar di bidang perniagaan, khususnya perniagaan di laut, dengan mengirim kapal-kapal [[dhow|dow]] (bahasa Arab: داو, dāw) yang melanjutkan ekspansi, pertama-tama dengan mengutus para saudagar dan misionaris ke [[India]] dan [[Asia Tenggara]]. Pada akhirnya timbul konflik akibat dari masalah-masalah perompakan di India yang mendorong Bani Abbas mulai berupaya menaklukkan wilayah barat India yang menjadi mitra dagang mereka. Ekspedisi pertama dipimpin oleh seorang panglima berkebangsaan [[bangsa Turk|Turki]], [[Qutb-ud-din Aybak]], dan berjaya mendirikan [[Kesultanan Mamluk (Delhi)|Kesultanan Mamluk]] pada 1206 yang diperintah oleh seorang sultan (bahasa Arab: سلطان) yang berarti "penguasa."
 
[[FileBerkas:Saladin in Jerusalem.jpg|thumb|left|180px|Para prajurit Perang Salib Kristen di hadapan Saladin di Yerusalem]]
 
Akan tetapi pemerintahan Bani Abbas tak lama kemudian tumbang oleh penyebab yang sama dengan penyebab kejatuhan Bani Umayyah. Golongan-golongan yang berbeda-beda di kalangan istana, khususnya sejumlah kelompok [[bangsa Turk|orang Turki]], bertarung memperebutkan kekuasaan. Khalifah mulai bergantung pada para penasihat yang berasal dari keluarga-keluarga kaya, yang kadang-kadang menjadikannya sebagai boneka mereka belaka. Semua ini terjadi tatkala [[Dinasti Buya|wangsa Buya]] berkebangsaan Persia berdiri pada 934. Pemerintah Syi'ah ini hanya mampu bertahan selama seabad lebih, dan dengan cepat dikalahkan bangsa Turki yang kelak membentuk [[dinasti Seljuk|wangsa Seljuk]] menjelang 1051 dan menegakkan kembali pemerintahan Sunni. Meskipun demikian, masalah-masalah seputar suksesi dan selisih paham sengit antar faksi terus-menerus berlanjut selama [[Perang Salib Pertama]], yang dikobarkan oleh bangsa-bangsa Eropa Kristen pada 1095, dan yang umumnya tak diacuhkan para penguasa Muslim yang jauh lebih kuat,{{sfn|Stearns|2011|page=167}} bahkan sesudah para prajurit Perang Salib berhasil menguasai [[Yerusalem]]. Delapan [[Perang Salib]] berikutnya berakhir dengan tingkat keberhasilan berbeda-beda, dan pihak Kristen kelak kehilangan banyak wilayah setelah kaum Muslim bersatu di bawah pimpinan [[Salahuddin Ayyubi|Saladin]] pada penghujung abad ke-12.{{sfn|Stearns|2011|page=167}} Menjelang 1291, seusai [[Perang Salib Kesembilan|Perang Salib Terakhir]] dan jatuhnya kota [[Akko]], pihak Kristen telah kehilangan seluruh wilayah yang pernah direbutnya.{{sfn|Stearns|2011|page=167}}
 
Wilayah Kekhalifahan Abbasiyah yang sedikit demi sedikit terpecah-belah kelak dihadapkan pada tantangan-tantangan baru di awal abad ke-13, ketika [[Asia Tengah]] diterjang suku-suku pengembara, [[suku Mongol|bangsa Monggol]]; di bawah pimpinan [[Jenghis Khan]] yang terkenal bengis, bangsa Monggol menjarah-rayah sebagian besar wilayah imperium timur.{{sfn|Stearns|2011|page=172|chapter=7|quote=Bangsa pengembara Asia tengah lainnya, kaum Monggol, bersatu dibawah pimpinan panglima besar mereka, Chinggis Khan, pertama kali menjarah pada 1220-an dan kemudian meremukkan kerajaan-kerajaan Turki-Persia yang marak menempati kawasan-kawasan di sebelah timur dari Baghdad.}} Pada 1258, cucu Jenghis Khan, [[Hulagu Khan]], merampungkan usaha kakeknya dengan menjarah kota Baghdad dan menewaskan khalifah.{{sfn|Stearns|2011|page=172|chapter=7|quote=Pada 1258, ibu kota Bani Abbas di Baghdad direbut bangsa Monggol dan sebagian besar dari kota itu dijarah-rayah. Khalifah Bani Abbas yang ke-37 sekaligus yang penghabisan dibunuh bangsa Monggol.}} Bangsa Monggol pada akhirnya mundur, akan tetapi kekacauan yang terjadi di seluruh kekaisaran membuat wangsa Seljuk kehilangan kekuasaan. Pada 1401, kondisi kekhalifahan yang sudah lemah dan lumpuh itu semakin diperparah oleh tokoh berdarah campuran Turki-Monggol, [[Tamerlane|Timūr-i Leng]], dengan serbuan-serbuannya yang keji. Kala itu telah muncul segolongan bangsa Turki lain, yakni kaum [[Kesultanan Utsmaniyah|Osmanli]]. Dari pangkalannya di [[Anatolia]], kelak menjelang 1566 mereka maju menaklukkan [[Mesopotamia]], Balkan, Yunani, Bizantium, sebagian besar Mesir, sebagian besar Afrika Utara, dan wilayah-wilayah tertentu di Arabia, serta mempersatukan semuanya di bawah pemerintahan [[Kesultanan Utsmaniyah|Kekaisaran Osmanli]]. Masa pemerintahan sultan-sultan Osmanli menandai akhir dari zaman pascakuno di Timur Tengah, dan akhir dari zaman kekhalifahan.
 
=== India ===
Zaman Pertengahan Awal di India, 600 hingga 1200, adalah zaman kerajaan-kerajaan daerah dan keanekaragaman budaya. Tatkala [[Harsha|Harsya]] dari [[Kannauj]], yang memerintah atas sebagian besar Dataran Indus-Gangga sejak 606 sampai 647, mencoba berekspansi ke selatan, ia dikalahkan oleh penguasa Dekkan dari wangsa [[Dinasti Chalukya|Chalukya]]. Ketika penggantinya mencoba berekspansi ke timur, ia dikalahkan oleh Raja [[Benggala]] dari wangsa [[Dinasti Pala|Pala]]. Bilamana wangsa Chalukya mencoba berekspansi ke selatan, mereka dikalahkan wangsa [[Dinasti Pallawa|Pallawa]] dari ujung selatan, yang pada gilirannya harus menghadapi [[Dinasti Pandya|wangsa Pandya]] dan [[Dinasti Chola|wangsa Chola]] yang juga dari ujung selatan. Tak satu pun penguasa di kala itu mampu mendirikan kekaisaran dan mempertahankan kedaulatannya atas daerah-daerah di luar wilayah inti kekuasaannya. Pada zaman ini, suku-suku bangsa penggembala ternak yang tanahnya dialihfungsikan demi ekonomi pertanian yang terus-menerus bertumbuh, dimasukkan ke dalam jenjang kasta, sama seperti yang terjadi pada kelas-kelas penguasa non-tradisional yang baru.<ref>{{citation|last=Stein|first=B.|author-link=Burton Stein|date=16 June 1998|title=A History of India|edition=1st|publisher=Wiley-Blackwell|place=Oxford|isbn=978-0-631-20546-3|url=https://books.google.com/books?id=SXdVS0SzQSAC|pages=119–122}}</ref>
 
[[Penaklukan Muslim di India|Penaklukan kaum Muslim di Anak Benua India]] sebagian besar dilakukan semenjak abad ke-12 dan seterusnya, walaupun kaum Muslim mampu memasuki negeri itu sampai batas-batas tertentu pada penaklukan-penaklukan perdananya, mulai dari masa kekuasaan kerajaan-kerajaan [[Rajput]] di India Utara, sekalipun [[Sindh]] dan Multan direbut pada abad ke-8.
 
=== Zaman Pertengahan Tiongkok ===
Zaman pascakuno Tiongkok adalah zaman kebangkitan dan keruntuhan wangsa Sui, wangsa Tang, wangsa Song, dan wangsa Yuan, yang berdampak pada peningkatan mutu birokrasi, penyebaran [[agama Buddha]], dan munculnya filsafat [[Neo-Konfusianisme]]. Zaman Pertengahan adalah zaman tiada-banding dalam seni tembikar dan seni lukis Tiongkok. Mahakarya-mahakarya arsitektur seperti Gapura Selatan Agung di Todaiji, Jepang, dan kuil Tien-ning di Beijing, Tiongkok, adalah beberapa di antara bangunan-bangunan yang masih bertahan dari zaman ini.
 
[[FileBerkas:Tang Dynasty circa 700 CE.png|230px|thumb|Wilayah kekuasaan wangsa Tang [[circa|ca.]] 700]]
 
==== Wangsa Sui ====
{{main|Dinasti Sui}}
Pada 580-an, sebuah wangsa kuat yang baru muncul dari tengah-tengah sekian banyak faksi yang saling bertikai di Tiongkok. Semuanya bermula tatkala seorang bangsawan bernama Yang Jian menikahkan puterinya dengan kaisar dari wangsa Zhou utara. Kelak Yang Jian menyatakan diri sebagai [[Wen dari Sui|Kaisar Wen dari wangsa Sui]] dan mengambil hati bala tentara kelana dengan menelantarkan golongan cendekiawan konfusianis. Tak lama kemudian Kaisar Wen pun memimpin perang penaklukan atas wangsa Chen selatan dan berhasil mempersatukan kembali Tiongkok di bawah pemerintahan [[Dinasti Sui|wangsa Sui]]. Kaisar Wen menurunkan beban cukai dan membangun lumbung-lumbung yang ia gunakan untuk mencegah bencana kelaparan dan untuk mengendalikan pasar. Ia kelak dibunuh puteranya sendiri yang merebut takhta kekaisaran dan menyatakan diri sebagai [[Kaisar Yang dari Sui|Kaisar Yang dari wangsa Sui]]. Kaisar Yang menghidupkan kembali golongan cendekiawan konfusianis dan birokrasi, yang menimbulkan kemarahan kaum bangsawan dan para panglima bala tentara kelana. Kaisar Yang adalah seorang pemimpin yang melampaui batas, yang menghambur-hamburkan kekayaan Tiongkok untuk hidup bermewah-mewahan dan untuk membiayai usaha-usaha penaklukan atas Korea. Kegagalan-kegagalan militernya dan pengabaiannya terhadap kekaisaran memaksa menteri-menterinya sendiri untuk membunuhnya pada 618, yang menjadi akhir bagi kekuasaan wangsa Sui.
 
[[FileBerkas:Tang buddha 6.JPG|thumb|left|150px|Patung mini Sang Buddha dari Zaman wangsa Tang]]
 
==== Wangsa Tang ====
{{main|Dinasti Tang}}
Untung saja salah satu penasehat tepercaya Kaisar Yang, Li Yuan, lekas-lekas mengambil alih tahta sehingga mencegah merebaknya kekacauan menyusul runtuhnya kekaisaran. Ia menyatakan diri sebagai [[Kaisar Tang Gaozu|Kaisar Gaozu]], dan mendirikan [[dinasti Tang|wangsa Tang]] pada 623. Pada zaman wangsa Tang, wilayah Tiongkok diperluas dengan menaklukkan Tibet di sebelah barat, [[Vietnam]] di selatan, dan Manchuria di utara. Para kaisar Tang juga memperbaiki mutu pendidikan para cendekiawan penggerak birokrasi Tiongkok. Kaisar membentuk semacam Kementrian Agama dan memperbaiki sistem ujian sehingga penentuan bidang kerja bagi para peserta ujian dapat dilakukan dengan lebih tepat.{{sfn|Stearns|2011|page=270|chapter=12|quote=Pada zaman Tang dan Song, sistem ujian semakin dikembangkan, dan cara-cara meraih jabatan di bidang pelayanan masyarakat sipil ditata dengan aturan sehingga semakin tertib. Ini berarti bahwa dalam dunia perpolitikan, sistem politik bangsa Tionghoa sudah sangat maju melampaui sistem politik apapun yang ada sebelumnya (dan yang kelak muncul berabad-abad kemudian), dengan menghubungkan kelaikan, yang diukur dengan cara menguji keterampilan, dengan kewenangan dan jabatan.}} Selain itu, agama Buddha menjadi populer di Tiongkok dalam dua aliran berbeda, aliran [[Buddha Tanah Murni|Tanah Murni]] yang populer di kalangan rakyat jelata dan aliran [[Zen]] yang populer di kalangan para pembesar.{{sfn|Stearns|2011|pages=271–272|chapter=12|quote=Di tengah masyarakat, aliran agama Buddha Mahayana tanah murni yang mengajarkan keselamatan berhasil mendapatkan ramai pengikut karena aliran ini tampaknya menyediakan suatu tempat berlindung di zaman yang penuh perang dan pergolakan itu. Warga kelas atas, di lain pihak, lebih tertarik pada agama Buddha aliran Chan, atau yang dikenal di Jepang dan dunia Barat sebagai Zen.}} Tokoh yang sangat mendukung penyebaran agama Buddha adalah [[Wu Zetian|Kaisarina Wu]], yang selain itu sempat pula mendirikan "wangsa Zhou" dan memperlihatkan toleransi Tiongkok terhadap seorang penguasa perempuan, yang langka kala itu. Sekalipun demikian, agama Buddha juga kelak mengalami serangan balik, khususnya dari golongan pengikut Konfusianisme dan Taoisme. Serangan balik ini lazimnya menyertakan kritik bahwasanya keberadaan agama Buddha hanya menggerogoti kas negara, karena pemerintah tidak dapat memungut pajak dari biara-biara Buddha, dan malah mengucurkan banyak derma dan hadiah kepada biara-biara itu.{{sfn|Stearns|2011|page=273|chapter=12|quote=karena tanah-tanah biara tidak dikenai pajak, rezim Tang kehilangan sejumlah besar pendapatan sebagai akibat dari derma kekaisaran atau hadiah-hadiah dari keluarga-keluarga kaya bagi biara-biara Buddha.}}
Baris 131:
Wangsa Tang mulai mengalami kemunduran pada masa pemerintahan [[Kaisar Tang Xuanzong|Kaisar Xuanzong]], yang mula-mula mengabaikan perekonomian dan militer serta menimbulkan keresahan di kalangan istana akibat terlampau dipengaruhi selirnya, [[Yang Guifei]], beserta keluarganya.{{sfn|Stearns|2011|page=274|chapter=12|quote=Arogansi dan ambisi berlebihan dari Yang Guifei dan keluarganya membangkitkan amarah pihak-pihak penentang mereka di lingkungan istana, yang memanfaatkan setiap kesempatan untuk menjadikan tindakan berlebihan Yang sebagai penyebab keresahan masyarakat.}} Kenyataan ini mengakibatkan timbulnya pemberontakan pada 755.{{sfn|Stearns|2011|page=274|chapter=12|quote=Krisis yang semakin parah mencapai puncaknya pada 755 tatkala salah satu petinggi militer utama [Xuanzong]&nbsp;... memimpin sebuah pemberontakan yang mendapat dukungan masyarakat luas dengan tujuan mendirikan sebuah wangsa baru menggantikan Tang.}} Pemberontakan itu dapat dipadamkan meskipun dengan jalan melibatkan suku-suku pengembara yang liar dari luar Tiongkok dan dengan memberikan lebih banyak kewenangan kepada penguasa-penguasa daerah, sehingga keadaan pemerintahan dan perekonomian yang merosot dibiarkan tak tertanggulangi. Kekuasaan wangsa Tang secara resmi berakhir pada 907 dan berbagai faksi yang dipimpin suku-suku pengembara dan penguasa-penguasa daerah tersebut pun bangkit bertarung memperebutkan kekuasaan atas Tiongkok pada [[Lima Dinasti dan Sepuluh Negara|zaman Lima Wangsa dan Sepuluh Kerajaan]].
 
==== Wangsa Song ====
{{main|Dinasti Song}}
Menjelang 960, sebagian besar Tiongkok telah dipersatukan kembali di bawah kepemimpinan [[Dinasti Song|wangsa Song]], meskipun terpaksa kehilangan wilayah di utara dan tidak berhasil mengalahkan salah satu di antara suku-suku pengembara di sana, yakni [[dinasti Liao|wangsa Liao]] dari [[bangsa Khitan]] yang sudah sangat dipengaruhi budaya Tionghoa. Semenjak itu, wangsa Song terpaksa membayar upeti untuk mencegah invasi dan dengan demikian membuka jalan bagi kerajaan-kerajaan bangsa pengembara lainnya untuk menindas mereka. Pada zaman wangsa Song, Konfusianisme dihidupkan kembali dalam bentuk [[Neo-Konfusianisme]]. Hal ini menjadikan para cendekiawan beraliran Konfusianisme berstatus lebih tinggi dari pada kaum bangsawan atau penganut agama Buddha, dan juga semakin mengecilkan kekuasaan perempuan. Sebagai akibatnya, pada periode ini timbul [[tradisi mengikat kaki]]. Pada akhirnya wangsa Liao di utara ditumbangkan oleh [[Dinasti Jin (1115-1234)|wangsa Jin]] dari [[bangsa Jurchen]] yang masih berkerabat dengan bangsa Manchu. Kerajaan Jin yang baru berdiri ini [[Perang Jin-Song|menginvasi Tiongkok utara]], mengakibatkan wangsa Song harus melarikan diri jauh-jauh ke selatan Tiongkok kemudian mendirikan [[Dinasti Song|wangsa Song selatan]] pada 1126. Di tempat yang baru ini, kehidupan budaya pun tumbuh subur.
 
==== Wangsa Yuan ====
{{main|Dinasti Yuan}}
Menjelang 1227, bangsa Monggol telah menaklukkan kerajaan [[Xia Barat|Xia barat]] di barat laut Tiongkok. Tak lama kemudian orang-orang Monggol pun mulai mengincar kekaisaran Jin milik bangsa Jurchen. Kota-kota Tiongkok dengan segera dikepung pasukan berkuda Monggol yang nyaris tak berbelas kasihan terhadap siapapun yang berani melawan dan kerajaan Song Selatan pun kehilangan wilayahnya dalam waktu singkat. Pada 1271, pemegang jabatan khan agung saat itu, Kubilai Khan, menyatakan diri sebagai Kaisar Tiongkok dan secara resmi mendirikan wangsa Yuan. Menjelang 1290, seluruh Tiongkok telah dikuasai bangsa Monggol, dan untuk pertama kali dalam sejarahnya seluruh wilayah Tiongkok jatuh ke dalam kekuasaan penakluk asing; [[Khanbaliq]] (sekarang [[Beijing]]) ditetapkan sebagai ibu kota yang baru. Kubilai Khan menyekat budaya Monggol dari budaya Tionghoa dengan cara menghalang-halangi interaksi antar masyarakat kedua bangsa, memisahkan kawasan pemukiman dan tempat peribadatan mereka, dan mekhususkan jabatan puncak dalam administrasi negara bagi orang-orang Monggol, dan dengan demikian menyingkirkan para cendekiawan konfusianis dari sistem birokrasi. Sekalipun demikian, Kubilai tetap mengagumi gagasan-gagasan bangsa Tionghoa dan mengangkat para penasihat dari kalangan Tionghoa penganut agama Buddha, Tao, dan Konfusianisme.
Baris 143:
[[Maut Hitam]], yang kelak mengharubirukan Eropa Barat, mula-mula merebak di Asia dan melenyapkan sebagian besar populasi Tiongkok pada 1331.
 
=== Jepang ===
Pada zaman ini, [[Jepang]] mengalami proses [[sinifikasi]], atau penerapan gagasan-gagasan budaya dan politik bangsa Tionghoa. Penyebab utama sinifikasi Jepang adalah kekaguman kaisar dan para petinggi Jepang kala itu terhadap birokrasi Tiongkok. Pengaruh besar dari Tiongkok terhadap Jepang ditunjukkan oleh penyebaran ajaran Konfusius, penyebaran agama Buddha, dan pembentukan birokrasi Jepang (meskipun rentan berpihak pada kaum berpunya). Pada abad-abad akhir dari zaman pertengahan di Jepang, terjadi gerakan kembali pada keyakinan Shinto yang merupakan warisan leluhur mereka dan terus-menerus populernya agama Buddha mazhab Zen.
 
Zaman pertengahan Jepang ditandai oleh bermulanya [[zaman Asuka]]. Pada zaman Azuka, [[Wangsa Kekaisaran Jepang|wangsa Yamato]] terbentuk, bertepatan dengan permulaan pencatatan sejarah Jepang dan pendirian sebuah ibu kota di daerah [[Prefektur Nara|Nara]] selatan. Pada 600, Jepang mengirimkan misi diplomasi perdananya ke Tiongkok guna mempercepat proses adopsi budaya Tiongkok. Wangsa Yamato memperkokoh kekuasaan mereka dengan birokrasi ala Tiongkok dan mendukung penyebaran agama Buddha yang sampai ke Jepang melalui Tiongkok. Penyebaran agama Buddha dilakukan melalui pendirian kuil-kuil Buddha di kota-kota maupun di desa-desa.{{sfn|Bowman|2000}}
 
=== Kekaisaran Monggol ===
[[Kekaisaran Mongolia|Kekaisaran Monggol]] menaklukkan sebagian besar Asia pada abad ke-13, yakni wilayah yang membentang dari Tiongkok hingga Eropa. Asia di zaman pertengahan adalah kerajaan para Khan. Sebelum [[Jenghis Khan]], tak seorangpun pernah menguasai wilayah yang sebegitu luasnya. Ia memperkokoh kekuasaannya dengan cara mempersatukan suku-suku Monggol yang yang terpecah-belah sebelum memperluas jangkauan kekuasaannya ke selatan dan barat. Ia dan cucunya, Kubilai Khan, menguasai daerah-daerah di Tiongkok, Birma, Asia Tengah, Rusia, Iran, Timur Tengah, dan Eropa Timur. Diperkirakan bala tentara Monggol membinasakan hampir sepertiga populasi Tiongkok. Jenghis Khan adalah seorang penyembah berhala yang toleran terhadap hampir semua agama, meskipun budaya orang-orang yang beragama itu kerap mendapat perlakuan kejam dari bala tentara Monggol. Bala tentara Khan maju mendesak ke arah barat sampai ke Yerusalem sebelum akhirnya dikalahkan pada 1260.
 
== Permulaan zaman modern ==
{{further|Periode modern awal}}
[[FileBerkas:Fort St. George, Chennai.jpg|thumb|left|250 px|Pemandangan [[Fort St. George, India|Fort St. George]] di [[Madras]] pada abad ke-18.]]
 
[[Kekaisaran Rusia]] mulai berekspansi ke Asia semenjak abad ke-17, dan pada akhirnya menguasai seluruh [[Siberia]] dan sebagian besar Asia Tengah menjelang akhir abad ke-19. [[Kesultanan Utsmaniyah|Kekaisaran Osmanli]] menguasai Anatolia, Timur Tengah, Afrika Utara, dan wilayah Balkan semenjak abad ke-16. Pada abad ke-17, [[Suku Manchu|Manchu]] menaklukkan Tiongkok dan mendirikan [[Dinasti Qing|wangsa Qing]]. Pada abad ke-16, [[Kesultanan Mughal|Kekaisaran Mughal]] menguasai sebagian besar India dan menjadi perintis zaman keemasan kedua dalam sejarah India. Hampir sepanjang zaman ini Tiongkok menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia, diikuti oleh India sampai dengan abad ke-18.
 
=== Tiongkok di bawah wangsa Ming ===
Jelang 1368, [[Zhu Yuanzhang]] telah menyatakan diri sebagai [[Kaisar Hongwu]] dan mendirikan wangsa Ming di Tiongkok. Segera saja kaisar baru ini memimpin para pengikutnya menghalau bangsa Monggol berikut budayanya keluar dari Tiongkok, jauh-jauh dari Tembok Besar.{{sfn|Stearns|2011|page=503|chapter=22|quote=Segera sesudah merebut takhta, Zhu berupaya menyingkirkan dari Tiongkok semua bekas jejak bangsa "barbar" Monggol. Pakaian ala Monggol disingkirkan, nama-nama ala Monggol diganti oleh orang-orang yang dulu menggunakannya dan dihilangkan dari gedung-gedung serta catatan-catatan istana, istana-istana dan gedung-gedung administrasi Monggol di beberapa daerah diserbu dan dijarah. Suku-suku pengembara itu sendiri melarikan diri atau pun diusir keluar dari batas Tembok Besar, di mana ekspedisi-ekspedisi militer pada beberapa kesempatan melakukan pengejaran terhadap mereka.}} Kaisar baru agak berprasangka buruk terhadap para cendekiawan yang mendominasi birokrasi Tiongkok, karena ia terlahir di kalangan petani dan tidak berpendidikan.{{sfn|Stearns|2011|page=503|chapter=22|quote=Karena Kaisar Hongwu, seperti para pendiri wangsa Han yang terdahulu, berasal dari keluarga petani dan oleh karena itu kurang berpendidikan, ia memandang para pejabat-cendekiawan dengan agak curiga.}} Meskipun demikian, para cendekiawan Konfusianis penting artinya bagi birokrasi Tiongkok sehingga dipulihkan kembali berikut serta. sistem-sistem ujian juga dipulihkan dan direfromasi sehingga menjadikan peranannya semakin penting sebagai cara seleksi masuk ke birokrasi. Ujian-ujian menjadi semakin sukar, kecurangan ditindaki dengan sangat tegas, dan para lulusannya pun semakin tinggi disanjung-sanjung. Pada akhirnya, Hongwu juga mengalihkan lebih banyak kewenangan ke jabatan kaisar, guna menghentikan langkah-langkah korup para birokrat.
 
==== Masyarakat dan perekonomian ====
Mungkin karena bersimpati pada rakyat jelata, Kaisar Hongwu membangun banyak jaringan irigasi dan menyelenggarakan proyek-proyek kemasyarakatan yang membantu kaum tani.{{sfn|Stearns|2011|page=504|chapter=22|quote=Mungkin karena asal-usulnya yang bersahaja dan derita hidup yang pernah dialaminya sendiri telah menjadikannya peka akan kesukaran rakyat jelata, Hongwu memperkenalkan kebijakan-kebijakan yang dapat memperbaiki nasib rakyat jelata. Sebagaimana kebanyakan kaisar yang kuat, ia mengedepankan proyek-proyek pekerjaan umum, yang mencakup pembangunan tanggul-tanggul dan perluasan jaringan irigasi demi meningkatkan hasil panen para petani.}} Rakyat diizinkan pula untuk meneroka dan mengklaim tanah tak bertuan tanpa perlu membayar pajak apa pun dan kewajiban kerja bakti dikurangi.{{sfn|Stearns|2011|page=504|chapter=22|quote=...&nbsp;Hongwu menitahkan agar tanah-tanah tak bertuan dijadikan hak milik bebas pajak bagi barang siapa yang menebas dan menerokanya. Ia mengurangi kewajiban kerja bakti dari rakyat jelata yang dibebankan baik oleh pemerintah maupun para tuan tanah.}} Meskipun demikian, semuanya itu tidaklah cukup untuk menghentikan sepak terjang golongan tuan tanah yang semakin lama semakin kuat, yang mendapatkan banyak hak istimewa dari pemerintah dan perlahan-lahan mengambil alih kendali atas rakyat jelata. Pembelian dan penyitaan lahan oleh para rentenir sebagai ganti pinjaman yang tak terbayarkan memaksa para petani mengabdikan diri kepada para tuan tanah sebagai petani penggarap atau berkelana mencari pekerjaan ke lain tempat.{{sfn|Stearns|2011|page=505|chapter=22}} Pada zaman ini pula, paham [[Neo-Konfusianisme]] jauh lebih mengakar dibanding pada zaman dua wangsa sebelumnya (Song dan Yuan). Penitikberatan pada superioritas yang tua atas yang muda, pria atas wanita, dan guru atas murid menimbulkan sedikit diskriminasi atas golongan-golongan "bawah". Seni rupa bertumbuh pada zaman Ming, dengan teknik-teknik yang makin baik di bidang seni lukis dengan kuas yang menggambarkan suasana di dalam istana, kota dan desa; menggambarkan orang-orang seperti para cendekiawan atau para petualang; atau pun keindahan pegunungan, danau-danau, atau rawa-rawa. Novel Tionghoa berkembang penuh pada zaman ini, dengan karya-karya tulis klasik seperti ''[[Batas Air]]'', ''[[Perjalanan ke Barat]]'', dan ''[[Jin Ping Mei]]''.
 
Perekonomian juga tumbuh pesat di zaman Ming. Diperkenalkannya tanaman pangan Amerika seperti [[jagung]], [[ubi jalar]], dan [[kacang tanah]] memungkinkan pemanfaatan lahan tandus dan membantu mencegah bencana kelaparan. Pertambahan populasi, yang bermula semenjak zaman wangsa Song, terus meningkat sehingga populasi Tiongkok melonjak dari 80 atau 90 juta jiwa menjadi 150 juta jiwa dalam tiga abad, memuncak pada 1600.{{sfn|Stearns|2011|page=507|chapter=22|quote=Jelang 1600 populasi Tiongkok telah meningkat sebanyak 150 juta jiwa dari 80 sampai 90 juta jiwa pada abad ke-14.}} Kenyataan ini paralel dengan ekonomi pasar yang tengah bertumbuh baik internal maupun eksternal. Sutra, teh, keramik, dan and barang-barang lakuer hasil karya para seniman yang memperdagangkannya di Asia dan kepada orang-orang Eropa. Orang-orang Barat mulai berniaga (dalam batas-batas yang ditetapkan oleh Tiongkok), terutama di bandar [[Makau]] dan bandar [[Guangzhou|Kanton]]. Meskipun para saudagar Tionghoa sangat diuntungkan dari perniagaan ini, tanah tetaplah menjadi simbol utama kesejahteraan di Tiongkok, sehingga harta kekayaan mereka kerap dipergunakan untuk membeli lebih banyak lagi tanah.{{sfn|Stearns|2011|page=507|chapter=22|quote=Sejumlah besar kekayaan para saudagar diinvestasikan dalam bentuk tanah bukannya ditanam kembali dalam usaha dagang atau usaha manufaktur, karena kepemilikan tanah, bukan perniagaan, tetap merupakan jalur yang paling pasti untuk mencapai status sosial di Tiongkok.}} Oleh karena itu, hanya sedikit dari kekayaan hasil niaga ini yang ditanam dalam usaha-usaha swasta yang dapat memungkinkan Tiongkok untuk mengembangkan [[ekonomi pasar]] yang kerap menyertai negara-negara Barat yang sangat sukses.
 
==== Kepentingan asing ====
Demi kemuliaan bangsa, negara Tiongkok mulai mengirim [[Kapal jung|jung-jung]] yang mengesankan melayari [[Laut Tiongkok Selatan]] dan [[Samudera Hindia]]. Sejak 1403 sampai 1433, [[Kaisar Yongle]] menitahkan dilaksanakannya serangkaian [[Pelayaran Cheng Ho ke Samudra Barat|ekspedisi]] di bawah pimpinan Laksamana [[Zheng He]], seorang [[orang kasim|sida-sida]] Muslim dari Tiongkok. Jung-jung Tiongkok mengangkut ratusan prajurit, barang, dan hewan-hewan untuk kebun-kebun binatang, berlayar ke Asia Tenggara, Persia, Arabia selatan, dan Afrika timur untuk mempertontonkan kebesaran Tiongkok. Kehebatannya melampaui yang dilakukan bangsa Eropa kala itu, dan andaikata ekspedisi-ekspedisi ini tidak berakhir, perekonomian dunia mungkin akan berbeda dari yang tampak sekarang.{{sfn|Stearns|2011|page=339|chapter=15|quote=Tak dapat dipungkiri lagi bahwa haluan sejarah dunia mungkin saja berganti arah secara dramatis seandainya gerak maju bangsa Tionghoa ini terus dilanjutkan, karena ekspedisi-ekspedisi berskala kecil dari bangsa Eropa yang mulai menyusuri pesisir barat Afrika sekitar waktu yang sama bukanlah tandingan bagi perpaduan saudagar dan organisasi militer ini.}} Pada 1433, pemerintah Tiongkok memutuskan bahwa pembiayaan angkatan laut adalah pengeluaran yang tidak penting. Angkatan laut Tiongkok perlahan-lahan dibubarkan dan pemerintah mulai memusatkan perhatiannya pada perbaikan dalam negeri dan pertahanan militer. Sudah menjadi prioritas jangka panjang Tiongkok untuk melindungi diri terhadap suku-suku pengembara dan sudah sepatutnya Tiongkok kembali memusatkan perhatiannya pada hal itu.
 
[[FileBerkas:Schall-von-bell.jpg|thumb|Adam Schall von Bell (1592–1666), seorang padri [[Yesuit]], berbusana selayaknya seorang pejabat Balai Astronomi Tiongkok.]]
 
Seakan tak terhindarkan, orang-orang Barat pun berlabuh di pantai timur Tiongkok, terutama para misionaris [[Yesuit]] yang mencapai daratan Tiongkok pada 1582. Mereka berupaya [[Misi Tiongkok Yesuit|membuat orang-orang Tionghoa menjadi pemeluk agama Kristen]] dengan jalan pertama-tama mengkonversi orang-orang yang berada di puncak hierarki sosial dan selanjutnya membiarkan golongan-golongan masyarakat di bawahnya ikut beralih keyakinan dengan sendirinya. Guna menghimpun dukungan, banyak padri Yesuit mengadopsi busana, adat-istiadat, dan bahasa Tionghoa.{{sfn|Stearns|2011|page=508|chapter=22|quote=Para Yesuit meyakini bahwa cara terbaik mengkonversi sebuah peradaban agung seperti Tiongkok adalah dengan mengadopsi busana, adat-istiadat, bahasa, dan sopan-santun para pemukanya.}} Beberapa cerdik-pandai Tionghoa berminat mendalami ajaran-ajaran Barat tertentu dan khususnya teknologi Barat. Jelang 1580-an, para cendekiawan Yesuit seperti [[Matteo Ricci]] dan [[Johann Adam Schall von Bell|Adam Schall]] memukau para petinggi Tionghoa dengan kecangihan-kecanggihan teknologi seperti jam lonceng Eropa, kalender dan meriam yang sudah disempurnakan, dan prediksi waktu terjadinya gerhana secara akurat.{{sfn|Stearns|2011|page=508|chapter=22|quote=Bermula pada 1580-an, serangkaian suksesi para cendekiawan Yesuit&nbsp;... melewatkan sebagian besar waktu mereka di ibu kota kekaisaran, mengoreksi kesalahan-kesalahan pada kalender, menempa meriam, memperbaiki jam-jam lonceng yang diimpor dari Eropa, dan memukau para pejabat-cendekiawan Tionghoa dengan keakuratan peralatan mereka dan kemampuan mereka memprediksi gerhana-gerhana.}} Meskipun beberapa pejabat-cendekiawan menjadi pemeluk agama Kristen, banyak yang curiga pada orang-orang Barat yang mereka sebut "orang-orang barbar" dan bahkan jengkel pada mereka karena merasa malu dikoreksi mereka. Sekalipun demikian sejumlah kecil cendekiawan Yesuit terus hadir di istana untuk memukau kaisar dan para penasihatnya.
 
==== Kemerosotan ====
Mendekati akhir 1500-an, pemerintahan yang sangat terpusat, yang memberikan begitu banyak kewenangan kepada kaisar, mulai gagal berfungsi seiring makin seringnya pemimpin yang tidak cakap menduduki tahta. Bersamaan dengan pemimpin-pemimpin yang tidak cakap ini, berkuasa pula pejabat-pejabat yang kian korup dan memanfaatkan kemerosotan pemerintahan demi keuntungan pribadi. Proyek-proyek prasarana umum sekali lagi telantar akibat ketidakpedulian birokrasi sehingga berbuntut pada bencana banjir, kekeringan, dan kelaparan yang menyengsarakan rakyat jelata. Bencana kelaparan dengan cepat bertambah parah sampai-sampai sebagian orang terpaksa menjual anak-anak mereka sebagai budak agar tidak mati kelaparan, atau terpaksa memakan [[pepagan]], kotoran angsa, bahkan [[Kanibalisme|daging manusia]].{{sfn|Stearns|2011|page=509|chapter=22|quote=Rakyat jelata di distrik-distrik yang dilanda bencana kelaparan terpaksa memakan kulit pohon atau kotoran angsa liar. Sejumlah orang menjual anak-anak mereka sebagai budak agar tidak mati kelaparan, dan penduduk di beberapa daerah terpaksa menjadi kanibal.}} Banyak tuan tanah memanfaatkan situasi itu dengan mendirikan rumah-rumah tinggal yang besar tempat para petani yang sudah sangat tertekan itu dapat bekerja dan dieksploitasi. Pada gilirannya, ramai di antara petani-petani itu yang melarikan diri, menjadi penyamun, dan terang-terangan memberontak.
 
[[ImageBerkas:Batavia, C. de Jonghe (1740).jpg|thumb|left|160px|Kota Batavia pada abad ke-17, didirikan di tempat yang kini disebut [[Jakarta Utara]]]]
 
Semua kekacauan dan bencana ini berkaitan kemerosotan wangsa Tiongkok yang lazim terjadi di masa-masa sebelumnya, dan berkaitan pula dengan peningkatan ancaman asing. Pada pertengahan abad ke-16, para perompak Jepang dan Tiongkok mulai menerjang pesisir selatan, tanpa dapat dicegah baik oleh birokrasi maupun oleh militer.{{sfn|Stearns|2011|page=510|chapter=22|quote=Salah satu tanda awal gentingnya pengeroposan kekaisaran adalah ketidakmampuan para birokrat dan kekuatan militer Tiongkok untuk mengakhiri maraknya serangan lanun Jepang (dan etnik Tiongkok) yang memporak-porandakan pesisir selatan pada pertengahan abad ke-16.}} Ancaman dari [[suku Manchu|bangsa Manchu]] di utara juga meningkat. Bangsa Manchu sudah menjadi sebuah negara besar di utara Tiongkok, tatkala pada awal abad ke-17 seorang pemimpin setempat bernama [[Nurhaci]] tiba-tiba mempersatukan mereka dalam wadah bala tentara [[Delapan Panji]] yang beranggotakan keluarga-keluarga yang saling berseteru. Bangsa Manchu mengadopsi banyak adat-istiadat bangsa Tionghoa, terutama birokrasi mereka. Meskipun demikian, bangsa Manchu masih tetap menjadi [[Vasal|negara bawahan]] Tiongkok. Pada 1644 administrasi Tiongkok menjadi sangat lemah, [[Kaisar Chongzhen]], Kaisar Tionghoa ke-16 dan yang terakhir, meremehkan kekacauan-kekacauan yang ditimbulkan para pemberontak sampai akhirnya musuh menyerang [[Kota Terlarang]] (kediaman pribadinya). Ia pun segera gantung diri di taman istana.{{sfn|Stearns|2011|page=510|chapter=22|quote=Jelang [1644], aparat administratif telah menjadi sedemikian tidak berdayanya sampai-sampai kaisar wangsa Ming yang terakhir, Chongzhen, tidak menyadari betapa seriusnya sepak terjang musuh sampai para prajurit musuh menjajaki tembok-tembok kota terlarang.&nbsp;... Chongzhen yang malang memilih undur diri ke taman istana dan menggantung diri dari pada ditangkap.}} Dalam rentang waktu yang cukup singkat, sempat dipermaklumkan berdirinya [[Dinasti Shun|wangsa Shun]], sampai seorang pejabat yang setia pada wangsa Ming meminta dukungan orang-orang Manchu untuk menumbangkan wangsa dadakan itu. Wangsa Shun berakhir dalam setahun dan bangsa Manchu kini berada dalam wilayah yang dilindungi Tembok Besar. Bangsa Manchu pun memanfaatkan situasi itu dan berbaris menuju Beijing, ibu kota Tiongkok. [[Penaklukan Qing atas Ming|Dalam dua dasawarsa]] seluruh Tiongkok jatuh ke tangan Manchu dan [[Dinasti Qing|wangsa Qing]] pun didirikan.
 
== Penghujung zaman modern ==
{{further|Zaman modern}}
=== Tiongkok di bawah Qing ===
{{utama|Dinasti Qing}}
Jelang 1644, [[suku Manchu|bangsa Manchu]] dari utara telah menaklukkan Tiongkok dan sekali lagi mendirikan sebuah wangsa asing di negeri itu, yakni [[Dinasti Qing|wangsa Qing]]. Kaisar-kaisar Manchu, terutama [[Kaisar Kangxi|Kangxi]] yang juga seorang cendekiawan Konfusianis, bersikap konservatif dalam banyak hal, seperti mempertahankan birokrasi berikut para cendekiawan di dalamnya, dan mempertahankan gagasan-gagasan mulia Konfusius yang dianut masyarakat Tionghoa. Sekalipun demikian, perubahan-perubahan di bidang ekonomi dan upaya-upaya baru dalam penyelesaian permasalahan-permasalahan tertentu juga terjadi. Di antaranya adalah meningkatnya perniagaan dengan negara-negara Barat yang mendatangkan sejumlah besar perak bagi perekonomian Tiongkok sebagai ganti teh, [[porselen]], dan tekstil sutra. Keadaan ini memungkinkan tumbuhnya sebuah golongan saudagar baru, para [[komprador]]. Selain itu, pemerintah juga memperbaiki [[Tanggul|tanggul-tanggul]], terusan-terusan, jalan-jalan, dan tatanan [[irigasi]] peninggalan wangsa-wangsa sebelumnya. Perbaikan-perbaikan ini, ditambahi penurunan pajak-pajak dan pengurangan kerja bakti untuk negara, dimaksudkan untuk mengambil hati rakyat jelata. Akan tetapi, wangsa Qing gagal mengendalikan golongan tuan tanah yang semakin marak dan mulai mengeksploitasi rakyat jelata serta menyalahgunakan kewenangan mereka.
Baris 187:
Jelang penghujung abad ke-18, permasalahan-permasalahan baik yang bersifat internal maupun eksternal mulai bermunculan di bidang politik, kemasyarakatan, dan ekonomi Tiongkok di bawah pemerintahan wangsa Qing. Sistem ujian yang digunakan untuk menentukan jabatan yang tepat bagi para cendekiawan di dalam struktur birokrasi semakin lama semakin diselewengkan; suap dan berbagai macam kecurangan dimanfaatkan para cendekiawan yang tidak berpengalaman dan yang tidak berkeahlian tinggi untuk memasuki birokrasi yang berbuntut pada penelantaran rakyat jelata, bidang militer, dan proyek-proyek prasarana yang disebutkan di atas. Kemiskinan dan penggarongan terus meningkat, khususnya di daerah-daerah pedesaan, dan migrasi besar-besaran dalam rangka mencari pekerjaan terjadi di seluruh Tiongkok. Pemerintah yang senantiasa bersikap konservatif menolak untuk melakukan perubahan-perubahan yang perlu guna menanggulangi permasalahan-permasalahan ini.
 
==== Perang Candu ====
{{utama|Perang Candu Pertama}}
Tiongkok menyaksikan sendiri betapa statusnya merosot diakibatkan oleh apa yang dianggapnya sebagai perniagaan parasitisme dengan orang-orang Barat. Mula-mula para saudagar Eropa adalah pihak yang merugi karena orang-orang Tionghoa tidak terlampau menghiraukan barang-barang dagangan mereka, sementara kebutuhan orang-orang Eropa akan komoditas-komoditas Tiongkok seperti teh dan porselen malah terus meningkat. Demi kepentingan diri sendiri, para saudagar Inggris pun berupaya memperimbang perniagaan dengan mulai menjual [[candu]] India kepada orang-orang Tionghoa. Perdagangan candu tidak saja berhasil menguras simpanan batangan emas dan perak orang-orang Tionghoa, tetapi juga mengakibatkan ketergantungan akan candu berjangkit di kalangan [[Pejabat cendekiawan|birokrasi]] dan masyarakat luas. [[Kaisar Yongzheng]] mengeluarkan larangan atas candu semenjak 1729, tetapi hanya sedikit upaya yang dikerahkan untuk menerapkannya. Jelang awal abad ke-19, di bawah kepemimpinan kaisar baru, [[Kaisar Daoguang|Daoguang]], pemerintah mulai serius berupaya memberantas keberadaan candu di dalam masyarakat Tionghoa. Yang memimpin gerakan pemerintah ini adalah para pejabat cendekiawan yang disegani orang, salah satunya adalah [[Komisioner Kekaisaran]] [[Lin Zexu]].
Baris 193:
Setelah Lin [[Pemberantasan candu di Humen|menghancurkan lebih dari 20.000 peti candu]] pada musim panas 1839, orang-orang Eropa menuntut ganti rugi untuk apa yang mereka pandang sebagai campur tangan bangsa Tionghoa yang dilakukan tanpa dasar terhadap urusan-urusan pribadi mereka. Ketika ganti rugi tidak kunjung dibayar, orang-orang Inggris pun menyatakan perang di tahun yang sama, diawali dengan [[Perang Candu Pertama]]. [[Kapal jung|Jung-jung]] Tiongkok yang sudah ketinggalan zaman bukanlah tandingan kapal-kapal penembak Inggris yang canggih, sehingga tak lama kemudian daerah sepanjang [[Sungai Panjang|Sungai Yángzǐ]] pun diliputi suasana mencekam akibat ancaman pengeboman dan serangan dari orang-orang Inggris. Kaisar tidak punya pilihan selain minta damai, yang berakibat penjatuhan hukuman buang bagi Lin serta penandatanganan [[Perjanjian Nanking]] yang memberikan kewenangan kepada Inggris untuk menguasai [[Hong Kong]] dan membuka kesempatan untuk menjalin hubungan dagang dan diplomasi dengan negara-negara Eropa lainnya, termasuk Jerman, Perancis, juga dengan Amerika Serikat.
 
== Sejarah kontemporer ==
{{further|Sejarah kontemporer}}
Bangsa-bangsa Eropa menjajah berbagai wilayah Asia menjelang awal abad ke-20, misalnya [[Kemaharajaan Britania|Hindia Inggris]], [[Indochina Perancis|Indocina Perancis]], [[Hindia Timur Spanyol]], serta [[Makau]] dan [[Goa]] Portugis. [[Permainan Besar]] antara Rusia dan Inggris adalah perebutan kekuasaan di wilayah Asia Tengah pada abad ke-19. [[Jalur kereta api Trans-Siberia]], lintas Asia dengan kereta api, rampung menjelang 1916. Beberapa wilayah Asia tetap merdeka dari kendali Eropa, meskipun tidak lepas dari pengaruhnya, misalnya [[Persia]], [[Thailand]], dan sebagian besar Tiongkok. Pada abad ke-20, [[Kekaisaran Jepang]] berekspansi ke Tiongkok dan Asia Tenggara dalam [[Perang Dunia II]]. Seusai perang, banyak negara Asia merdeka dari penjajahan bangsa-bangsa Eropa. Selama [[Perang Dingin]], bagian utara Asia yang berpaham komunis berpihak pada [[Uni Soviet]] dan Republik Rakyat Tiongkok, sementara sekutu-sekutu barat membentuk pakta-pakta seperti [[CENTO]] dan [[Pakta Pertahanan Asia Tenggara|SEATO]]. Konflik-konflik seperti [[Perang Korea]], [[Perang Vietnam]], dan [[Perang Soviet-Afganistan|Invasi Soviet atas Afganistan]] adalah pertempuran-pertempuran komunis lawan anti komunis. Dalam beberapa dasawarsa usai Perang Dunia II, sebuah program restrukturisasi besar-besaran berhasil memajukan Jepang menjadi raksasa ekonomi nomor dua di dunia, suatu fenomena yang dikenal sebagai [[Keajaiban ekonomi Jepang setelah Perang Dunia II|mukjizat ekonomi pascaperang Jepang]]. [[Konflik Arab-Israel]] mendominasi sejarah modern Timur Tengah. Seusai tumbangnya [[Uni Soviet]] pada 1991, tumbuh banyak negara merdeka baru di Asia Tengah.
 
=== Tiongkok ===
{{main|Sejarah Republik Tiongkok|Sejarah Republik Rakyat Tiongkok}}
Jelang [[Perang Dunia II]], pecah perang saudara di Tiongkok antara Partai Komunis pimpinan [[Mao Zedong]] melawan Partai Nasionalis pimpinan [[Chiang Kai-shek]]; kaum nasionalis tampak memimpin. Meskipun demikian, tatkala [[Perang Tiongkok-Jepang Kedua|Jepang menginvasi]] pada 1937, kedua belah pihak terpaksa sepakat mengadakan gencatan senjata sementara dalam rangka mempertahankan Tiongkok. Kaum nasionalis mengalami banyak kekalahan dalam pertempuran yang mengakibatkan mereka kehilangan wilayah teritorial, dan oleh karena itu juga kehilangan rasa hormat dari rakyat Tiongkok. Berbeda dari kaum nasionalis, kaum komunis menggunakan taktik perang gerilya (di bawah pimpinan [[Lin Biao]]) yang terbukti efektif melawan metode-metode perang konvensional yang digunakan Jepang sehingga menempatkan Partai Komunis di posisi puncak menjelang 1945. Mereka juga mendapatkan popularitas dari upaya-upaya perbaikan yang sudah diterapkan di wilayah-wilayah yang mereka kuasai, seperti distribusi ulang tanah, reformasi pendidikan, dan karya pemeliharaan kesehatan sampai ke pelosok-pelosok daerah. Empat tahun berikutnya digunakan untuk memukul mundur kaum nasionalis ke pulau kecil di sebelah timur Tiongkok, yang dikenal dengan nama [[Taiwan]] (sebelumnya dikenal dengan nama Formosa), tempat mereka sekarang menetap. Di daratan Tiongkok, Partai Komunis mendirikan [[Republik Rakyat Tiongkok]], dengan [[Mao Zedong]] sebagai [[Presiden Republik Rakyat Tiongkok|kepala negara]].
Baris 205:
Kini Tiongkok, India, Korea Selatan, Jepang, dan [[Rusia]] memainkan peranan penting dalam perekonomian dan perpolitikan dunia. Tiongkok sekarang ini adalah negara dengan perekononomian terbesar kedua di dunia, sekaligus negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat kedua di dunia. Perekonomian India menempati peringkat terbesar ke-7 di dunia berdasarkan [[Produk domestik bruto|PDB]] nominal, dan peringkat terbesar ke-3 di dunia berdasarkan paritas daya beli, serta merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia.
 
== Lihat pula ==
* [[Prasejarah Asia]]
* [[Sejarah Asia Tenggara]]
 
== Referensi ==
{{Reflist|colwidth=30em}}
 
== Daftar pustaka ==
{{Refbegin}}
* {{citation|last=Bowman|first=John S.|title=Columbia Chronologies of Asian History and Culture|year=2000|publisher=[[Columbia University Press]]|location=New York City|isbn=0-231-50004-1|url=https://books.google.com/books?id=cYoHOqC7Yx4C&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false}}
* Holcombe, Charles. ''A History of East Asia: From the Origins of Civilization to the Twenty-First Century'' (2010).
* Ludden, David. ''India and South Asia: A Short History'' (2013).
* Mansfield, Peter, dan Nicolas Pelham, ''A History of the Middle East'' (edisi ke-4, 2013).
* Murphey, Rhoads. ''A History of Asia'' (edisi ke-7, 2016) [https://www.amazon.com/History-Asia-Rhoads-Murphey/dp/0205168558/ kutipan]
* {{citation|last=Stearns|first=Peter N.|title=World Civilizations: The Global Experience|year=2011|publisher=[[Longman]]|location=One Lake St., Upper Saddle River, NJ 07458|isbn=978-0-13-136020-4|edition=6|coauthors=[[Michael Adas]], [[Stuart B. Schwartz]], Marc Jason Gilbert|authorlink=Peter Stearns|format=Textbook}}
{{Refend}}