Arya Kamandanu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- tapi + tetapi)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 70:
Arya Dwipangga akhirnya bertemu lagi dengan Kamandanu di desa Kurawan, tempat tinggal mereka dulu. Dan kedua kakak beradik itu bertarung habis-habisan. Namun Arya Dwipangga tidak mampu mengalahkan Arya Kamandanu. Ia akhirnya melarikan diri.
Arya Dwipangga bertemu dengan Mpu Lunggah. Seperti biasa nafsu membunuhnya muncul. Namun dia tidak berdaya melawan Empu Lungga, karena Empu Lunggah menggunakan ilmu Rajut Busana, yaitu sebuah ilmu yang dapat menghilangkan kesaktian seseorang. Arya Dwipangga kehilangan kesaktiannya. Jurus Pedang Kembar dan Kidung Pamungkas tidak berarti lagi.
Tak lama kemudian mata Arya Dwipangga buta. Hal itu disebabkan karena kutukan seorang pertapa yang bernama Resi Wisambudi yang telah dibunuhnya.
 
Baris 76:
Kelompok pendekar ini dipimpin oleh [[Mpu Tong bajil]], beranggotakan antara lain, [[Dewi Sambi]], [[Mpu Renteng]], [[Jaran Lejong]], dan [[Jaran Bangkal]], namun di antara mereka ilmu kanuragan yang paling mumpuni adalah Mpu Tong Bajil sendiri dan Dewi Sambi.
 
: '''[[Mpu Tong Bajil]]'''
Mpu Tong Bajil digambarkan sebagai sosok Pendekar Cebol yang berwajah bengis, yang terkenal dengan kekejamannya.<br />
Mpu Tong Bajil berasal dari Padepokan Gunung Tengger, murid dari [[Wong Agung]] ini mempunyai senjata ampuh bernama [[Tongkat Pencabut Roh]], dengan ilmu pukulan andalannya bernama [[Aji Segara Geni]]. Mpu Bajil adalah pemimpin kelompok pendekar yang membantu Pemerintah Kediri. Dalam sebuah pertarungan melawan Arya Kamandanu, Tongkat Pencabut Roh miliknya patah menjadi dua. Mpu Bajil sangat marah. Dia lalu memperdalam Aji Segara Geni di Lereng Tengger. Setelah beberapa bulan lamanya Mpu Bajil berhasil memperdalam Aji Segara Geni. Dia kembali turun Gunung. Kembali Mpu Bajil bertarung melawan Arya Kamandanu. Mereka bertarung di Lembah Kardama. Dalam pertarungan itu Arya Kamandanu kalah dan Pedang Nagapuspa dapat direbut.
Dengan Pedang Nagapuspa di tangannya Mpu Bajil menjadi semakin kuat. Dia bersama Dewi Sambi dan kelompok perampoknya membuat kekacauan di mana-mana, bahkan kan dia berani membuat kekacauan di Majapahit. Saat itu Kamandanu sudah menjadi salah satu senopati perang di Majapahit, maka, [[Raden Wijaya|Prabu Kertajasa Jaya Wardana]] mengutus Arya Kamandanu bersama Sakawuni untuk segera menumpas gerombolan penjahat itu. Setelah Kamandanu memperdalam jurus Naga Puspa sampai tingkat akhir dan kemudian tergigit oleh Ular Naga Puspa Kresna, dan dengan bantuan senjata ampuh [[Keris Mpu Gandring]], Arya Kamandanu berhasil merebut kembali Pedang Nagapuspa. Dan Mpu Bajil pun tewas setelah dadanya terhunjam Keris maut tersebut, sedangkan Dewi Sambi diampuni karena sedang mengandung. Kepala Empu Bajil pun dibawa ke Majapahit.
: '''[[Dewi Sambi]]'''
Baris 133:
Adalah putri dari Mpu Lunggah, Saudara tertua seperguruan dari ayah kamandanu Mpu Hanggarekasa ataupun Mpu Ranubhaya.
Kamanandanu mengenal Luh Jinggan ketika ia sedang mendalami dan Menyempurnakan Jurus Nagapuspa atas bimbingan Mpu Lunggah.
Luh Jinggan yang kesehariannya selalu menemaninya, lama semakin lama kemudian menaruh hati kepada kamandanu, Kedatangan Sakawuni yang saat itu melihat keadaan Kamandanu itupun sampai-sampai membuat Luh Jinggan cemburu, demikian juga sebaliknya, sakawuni yang kala itu diam-diam sudah menyimpan hati kepada Kamandanu juga sering cemburu melihat keakraban Kamandanu dengan luh Jinggan.
Tetapi kamandanu hanya menganggap Luh Jinggan sebagai adik.