Aflatoksin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adi.akbartauhidin (bicara | kontrib)
+ ref
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 3:
'''Aflatoksin''' merupakan segolongan senyawa [[toksin|toksik]] ([[mikotoksin]], toksin yang berasal dari [[fungi]]) yang dikenal mematikan dan [[kanker|karsinogenik]] bagi [[manusia]] dan [[hewan]]. Racun ini pertama kali secara tidak sengaja ditemukan pada tahun 1960-an, di mana lebih dari seratus ribu kalkun mati oleh sebab ''Turkey X disease''. Kejadian serupa terjadi pula [[Uganda]] dan [[Kenya]]. Para ahli jamur (mikolog) menemui bahwa kacang tanah dari [[Brazilia]] tak cocok dan beracun bagi bebek. Para peneliti dari Inggris kemudian menemui penyebab matinya ternak itu oleh sebab kacang tanah yang beracun, yang dijadikan sebagai makanan ternak tersebut.<ref name=astawan>{{aut|Astawan, Made}} (2009). ''Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian''. hlm.30{{spaced ndash}}32. [[Jakarta]]:Penebar Swadaya. ISBN 979-002-366-9.</ref>
 
Spesies penghasilnya adalah segolongan [[fungi]] (jenis [[kapang]]) dari [[genus]] ''[[Aspergillus]]'', terutama ''A. flavus'' (dari sini nama "afla" diambil) dan ''A. parasiticus''<ref name=pom>Anonim (2014). ''[http://ik.pom.go.id/v2014/artikel/Waspada-thd-Cemaran-Aflatoksin-pd-Pangan_edit21.pdf Mewaspadai Cemaran Aflatoksin pada Pangan]'' [[Badan POM]]. Diakses pada 6 Maret 2016.</ref> yang berasosiasi dengan produk-produk biji-bijian berminyak atau berkarbohidrat tinggi. Kandungan aflatoksin ditemukan pada biji kacang-kacangan ([[kacang tanah]], [[kedelai]], [[pistacio]], atau [[bunga matahari]]), [[rempah-rempah]] (seperti [[ketumbar]], [[jahe]], [[lada]], serta [[kunyit]]), dan [[serealia]] (seperti [[gandum]], [[padi]], [[sorgum]], dan [[jagung]]).<ref name=astawan/> Aflatoksin juga dapat dijumpai pada [[susu]] yang dihasilkan [[hewan ternak]] yang memakan produk yang ter[[investasi]] kapang tersebut. Obat juga dapat mengandung aflatoksin bila terinfestasi kapang ini.
 
Praktis semua produk pertanian dapat mengandung aflatoksin meskipun biasanya masih pada kadar toleransi. Kapang ini biasanya tumbuh pada penyimpanan yang tidak memperhatikan faktor kelembaban (min. 7%) dan bertemperatur tinggi. Daerah tropis merupakan tempat berkembang biak paling ideal.
 
Toksin ini memiliki paling tidak 13 varian, yang terpenting adalah B<sub>1</sub>, B<sub>2</sub>, G<sub>1</sub>, G<sub>2</sub>, M<sub>1</sub>, dan M<sub>2</sub>. Aflatoksin B<sub>1</sub> dihasilkan oleh kedua spesies, sementara G<sub>1</sub> dan G<sub>2</sub> hanya dihasilkan oleh ''A. parasiticus''. Aflatoksin M<sub>1</sub>, dan M<sub>2</sub> ditemukan pada susu [[sapi]] dan merupakan [[epoksida]] yang menjadi senyawa antara.
 
Aflatoksin B1, senyawa yang paling toksik, berpotensi merangsang [[kanker]], terutama [[kanker hati]]. Serangan toksin yang paling ringan adalah lecet (iritasi) ringan akibat kematian jaringan ([[nekrosis]]). Pemaparan pada kadar tinggi dapat menyebabkan [[sirosis]], [[karsinoma]] pada hati, serta gangguan [[pencernaan]], penyerapan bahan makanan, dan [[metabolisme]] [[nutrien]]. Toksin ini di [[hati]] akan direaksi menjadi [[epoksida]] yang sangat reaktif terhadap senyawa-senyawa di dalam [[sel (biologi)|sel]]. Efek karsinogenik terjadi karena [[basa N]] [[guanin]] pada [[DNA]] akan diikat dan mengganggu kerja [[gen]].
 
Pemanasan hingga 250 [[derajat Celsius]] tidak efektif menginaktifkan senyawa ini. Akibatnya bahan pangan yang terkontaminasi biasanya tidak dapat dikonsumsi lagi.
 
== Rujukan ==