Puspa (kayu): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Namun demikian +Namun)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 22:
''Schima noronhae'' <small>Reinw. ex Blume</small>
}}
'''Puspa''', '''seru''', atau '''medang gatal''' (''Schima wallichii'') adalah sejenis pohon penghasil kayu pertukangan berkualitas sedang. Pohon ini termasuk ke dalam keluarga [[teh]] (Theaceae), dan menyebar luas mulai dari [[Nepal]], melalui [[Asia Tenggara]], hingga ke [[Papua Nugini]]. Disebut medang gatal karena pohon ini memiliki lapisan semacam [[miang]] di bawah pepagannya, yang keluar berhamburan ketika digergaji dan menimbulkan rasa gatal di kulit. Nama spesiesnya diberikan untuk menghormati [[Nathaniel Wallich|N. Wallich]] (1786 – 1854), ahli botani berkebangsaan [[Denmark]] yang telah berjasa mengembangkan Kebun Raya [[Kalkuta]].
 
Pohon ini juga dikenal dengan aneka nama daerah, seperti ''simartolu'' ([[bahasa Batak|Bat.]]); ''medang miang'' ([[bahasa Minangkabau|Mink.]]); ''mĕdang sĕru, sĕru'' ([[Bangka|Bk.]]); ''kĕmĕtru'' ([[bahasa Lampung|Lamp.]]); ''huru batu, huru manuk, puspa'' ([[bahasa Sunda|Sd.]]); ''puspa'' ([[bahasa Jawa|Jw.]])<ref name="heyne">Heyne, K. 1987. ''Tumbuhan Berguna Indonesia'', jil. '''3''': 1367-1368. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. (sebagai ''Schima bancana'' Miq. dan ''Schima Noronhae'' Reinw.)</ref>. Di [[Kabupaten Ketapang|Ketapang]], [[Kalimantan Barat]], pohon ini dikenal dengan nama ''penaga''.
 
== Pengenalan ==
[[Berkas:Schim_walli_101104-8699_Bk_lap.jpg|thumb|left|180px|Pepagan]]
[[Berkas:Schim_walli_081205-4287_F_stgd.jpg|thumb|left|180px|Bunga puspa]]
[[Pohon]] yang selalu hijau, berukuran sedang hingga besar, mencapai tinggi 47 [[meter|m]]. [[Batang]] bulat torak, gemangnya hingga 250 [[sentimeter|cm]] namun biasanya jauh kurang dari itu; batang bebas cabang hingga sekitar 25 m. [[Pepagan]] memecah dangkal sampai sedang, membentuk alur-alur memanjang, coklat kemerahan hingga abu-abu gelap; sebelah dalam berwarna merah terang, dengan lapisan ‘miang’ yang mengiritasi kulit.<ref name="icraf_1491">ICRAF Agroforestry Tree Database: [http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/Products/AFDbases/af/asp/SpeciesInfo.asp?SpID=1491 ''Schima wallichii'']</ref>
 
[[Daun]] tersebar dalam spiral, bertangkai sekitar 3 [[milimeter|mm]]; helai daun lonjong hingga jorong lebar, 6–13 × 3–5 cm, pangkal bentuk baji dan ujung runcing atau meruncing, dengan tepian bergerigi. [[Bunga]] tunggal di ketiak di ujung ranting, dengan dua daun pelindung, berbilangan-5; kelopak menetap hingga menjadi buah; mahkota putih, saling melekat di pangkalnya; benangsari banyak. [[Buah#Buah kotak|Buah kotak]] hampir bulat, diameter 2–3 cm, membuka dengan 5 katup; [[biji]] dikitari oleh sayap.<ref name="icraf_1491"/>
 
== Habitat dan penyebaran ==
[[Berkas:Makrisal (Schima wallichii) fruit at Samsing, Duars, West Bengal W IMG 5963.jpg |thumb|left|180px|Buah]]
Puspa mampu hidup pada pelbagai kondisi tanah, iklim, dan habitat. Sering ditemukan tumbuh melimpah di [[hutan hujan tropika|hutan primer dataran rendah]] hingga [[hutan pegunungan|pegunungan]], pohon ini juga umum dijumpai di hutan-hutan sekunder dan wilayah yang terganggu, bahkan juga di padang [[ilalang]]. Bisa hidup hingga ketinggian 3.900 m dpl., puspa tidak memilih-milih kondisi tekstur dan kesuburan tanah. Meski lebih menyukai tanah yang berdrainase baik, pohon puspa diketahui mampu tumbuh baik di daerah [[rawa|berawa]] dan [[riparian|tepian sungai]].<ref name="icraf_1491"/>
 
Puspa merupakan tumbuhan asli di [[India]], [[Nepal]], [[Burma]], [[Cina]], [[Vietnam]], [[Laos]], [[Thailand]], [[Malaysia]], [[Indonesia]], [[Brunei]], [[Filipina]], dan [[Papua Nugini]].<ref name="icraf_1491"/>
Baris 42:
=== Kayu pertukangan ===
[[Berkas:Schim_walli_101101-8254_W_lap.jpg|thumb|left|180px|Kayu puspa]]
Puspa terutama dihargai karena kayunya yang bermutu baik sebagai bahan ramuan rumah. Kayu ini lebih cocok dipakai sebagai balok dan tiang-tiang rumah dan jembatan daripada dibuat menjadi papan, karena papan kayu puspa cenderung bengkok atau melenting<ref name="heyne"/>. Kayu puspa sebaiknya digunakan di bawah atap, misalnya sebagai tiang dan balok penyangga, kusen-kusen pintu atau jendela, panil kayu, lantai rumah, perkakas dan perabotan rumah, peralatan pertanian, ramuan perahu (di bagian dalam dan terlindung), kotak dan peti pengemas. Kayu puspa juga baik untuk membuat kayu lapis, papan serat, dan –setelah diawetkan– untuk [[bantalan rel]] [[kereta api]].<ref name="icraf_1491"/>
 
==== Sifat-sifat kayu ====
[[Berkas:Schim_walli_101106-9001_H_lap.JPG|thumb|left|180px|Tumbuh di padang ilalang ]]
[[Kayu teras]]nya berwarna coklat kemerahan atau coklat kelabu; [[kayu gubal|gubalnya]] berwarna lebih muda dan tidak mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras. Teksturnya halus dan permukaan kayunya licin, dengan arah serat lurus atau berpadu. Kayu ini termasuk agak keras; dengan [[berat jenis]] yang berkisar antara 0,45 ([[subspesies|subsp.]] ''noronhae'') hingga 0,92 (subsp. ''oblata''), kayu puspa termasuk ke dalam kelas kuat II.<ref name="atlas kayu">{{aut|Martawijaya, A., I. Kartasujana, Y.I Mandang, S.A. Prawira, K. Kadir}}. 1989. ''Atlas Kayu Indonesia'' '''2''': 109-113. Balitbang Kehutanan Dephut. Bogor.</ref>
 
Secara umum, puspa digolongkan ke dalam kelas awet III. Ia cukup tahan terhadap serangan [[rayap kayu kering]] (kelas II), namun kurang tahan terhadap jamur pelapuk kayu (kelas III-IV). Namun, kayu ini termasuk mudah diawetkan.<ref name="atlas kayu"/>
 
Kayu puspa juga mudah dikerjakan. Dapat dibubut, diserut, dibor, diamplas, dan dipelitur dengan hasil baik. Dapat dibuat menjadi [[venir]] tanpa perlakuan pendahuluan, namun venirnya bergelombang setelah kering. Pengeringan kayu puspa memang diketahui sulit; lambat mengering dan mudah mengalami perubahan bentuk seperti pencekungan dan pemilinan serta pecah pada mata kayu. Kembang susut kayu ini termasuk besar dan mudah retak. Penyusutan kayu hingga kering tanur pada arah radial sebesar 4,7–4,8%, sedangkan pada arah tangensial berkisar antara 8,6–10,6%.<ref name="atlas kayu"/>
 
=== Lain-lain ===
Puspa menghasilkan kayu bakar yang berkualitas baik; energi yang didapat dari kayu gubalnya sekitar 19.980 [[Joule|kJ]]/[[kilogram|kg]]. Kayu puspa juga baik untuk dijadikan [[pulp]] dan [[kertas]].<ref name="icraf_1491"/>
 
Pepagannya menghasilkan zat pewarna, [[tanin]] yang terkandung di dalamnya digunakan untuk menyamak [[kulit]]<ref name="icraf_1491"/>. Dipakai untuk [[tuba|menuba]] [[ikan]] di [[Jawa Barat]]; dilaporkan bahwa pepagan puspa mengandung semacam glikosida seperti [[saponin]]<ref name="heyne"/>.
 
Daunnya, di [[Nepal]], dimanfaatkan sebagai pakan ternak<ref name="icraf_1491"/>. Mahkota bunganya dan buahnya, setelah dikeringkan, dimanfaatkan sebagai jamu dan dijual di pasar sebagai ''cangkok'' atau ''buah cangkok''<ref name="heyne"/>. Ramuan yang bersifat [[astringensia]] ini digunakan untuk mengobati penyakit rahim dan [[histeria]]<ref name="icraf_1491"/>.
 
Di timur-laut [[India]], penanaman puspa dikombinasikan dengan [[kapulaga sabrang|kapulaga]] dalam suatu sistem [[wanatani]] untuk melindungi tanah dan air. Di negara ini, puspa juga digunakan sebagai pohon penaung di perkebunan [[kopi]]. Di [[Indonesia]], puspa digunakan sebagai pelindung di hutan tanaman [[tusam]] dan [[damar (pohon)|damar]]. Selain itu, puspa juga baik untuk reklamasi lahan dan [[reboisasi]] daerah tangkapan air.<ref name="icraf_1491"/>
 
== Catatan kaki ==