Kerajaan Talaga Manggung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- tapi + tetapi)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
[[Berkas:Makam Sunan Wanaperih.jpg|thumb|428x428px|Makam [[Sunan Wanaperih]] terletak di [[Majalengka, Majalengka|Majalengka]], [[Kabupaten Majalengka]]]]
 
'''Kerajaan Talaga Manggung''' adalah kerajaan yang didirikan Pada kira-kira sebelum abad ke-15, oleh [[Sunan Talaga manggung]] putra Pandita [[Prabu Darmasuci]] putra [[Batara Gunung Picung]] putera [[Suryadewata]] putera bungsu dari Maharaja Sunda yang bernama [[Ajiguna Linggawisesa]] (1333-1340) di [[Galuh]] [[Kawali]], [[Ciamis]].
 
lokasinya kini di kewadanaan [[Talaga]] adalah bekas salah satu kerajaan, yang terletak di [[Kabupaten]] [[Majalengka]], bertahta bernama Sunan Talaga Manggung, asal keturunan Raja [[Prabu Siliwangi]] yang dimaksud mungkin [[Suryadewata]] putra Maharaja [[Ajiguna Linggawisesa]]. Kerajaan di Sangiang. Dia mempunyai dua orang putra, satu laki-laki dan satu perempuan, yang laki-laki bernama [[Raden Panglurah]] dan yang perempuan bernama [[Ratu Simbar Kencana]].
 
== Silsilah Kerajaan Talaga ==
Baris 11:
# Ragamulya Luhur Prabawa, atau Aki Kolot (kelak menjadi raja pengganti) Prabu [[Ajiguna Linggawisesa]];
# Dewi Kiranasari, diperisteri oleh Prabu Arya Kulon;
# [[Suryadewata]], leluhur [[Kerajaan Talaga]] di [[Majalengka]].<ref>Naskah Wangsakerta, Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara,</ref>
 
Dengan kata lain, Prabu [[Suryadewata]] adalah putra Prabu [[Ajiguna Linggawisesa]] penguasa [[Kerajaan Sunda]], yang ditempatkan di Kerajaan Talaga dan kelak akan melahirkan raja-raja di [[Kerajaan Talaga]] sebagai negara bawahan [[Kerajaan Sunda Galuh]] dimana ayahnya Prabu [[Ajiguna Linggawisesa]] dan kakaknya, Prabu [[Ragamulya Luhurprabawa]] alias Aki Kolot (1340-1350) M berkuasa di Galuh [[Kawali]] [[Ciamis]].
 
== Kebataraan Kemaharajaan Sunda ==
Baris 19:
Daerah Kabataraan adalah '''tahta suci''' yang lebih menitikberatkan pada bidang kebatinan, keagamaan atau spiritual, dengan demikian seorang Batara selain berperan sebagai Raja juga berperan sebagai Brahmana atau Resiguru. Seorang Batara di Kemaharajaan Sunda mempunyai kedudukan yang sangat tinggi dan penting karena ia mempunyai satu kekuasaan istimewa yaitu kekuasaan untuk mengabhiseka atau mentahbiskan atau menginisiasi penobatan seorang Maharaja yang naik tahta Sunda.
 
'''Kabataraan Galunggung'''.
Didirikan oleh Batara [[Semplak Waja]] putera dari Sang [[Wretikandayun]] (670-702), pendiri [[Kerajaan Galuh]]. Para Batara yang pernah bertahta di
Galunggung antara lain:
* Batara Semplak Waja,
* Batara Kuncung Putih,
* Batara Kawindu,
* Batara Wastuhayu, dan
* Batari Hyang.
 
Berdasarkan keterangan Prasasti Geger Hanjuang, Batari Hyang dinobatkan sebagai penguasa Galunggung pada tanggal 21 Agustus 1111 M atau 13 Bhadrapada 1033 Caka. Kabataraan Galunggung adalah cikal bakal [[Kerajaan Galunggung]] yang dikemudian hari menjadi Kabupaten Sukapura (Tasikmalaya).
 
'''Kebataraan Gunung Sawal'''.
Pendiri Kerajaan Panjalu adalah Batara Tesnajati yang petilasannya terdapat di Karantenan Gunung Sawal. Mengingat gelar Batara yang disandangnya, maka kemungkinan besar pada awal berdirinya Panjalu. Besar kemungkinan setelah berakhirnya periode [[Kabataraan Galunggung]] itu kekuasaan kabataraan di Kemaharajaan Sunda dipegang oleh Batara Tesnajati dari [[Karantenan Gunung Sawal]] [[Panjalu]]. Adapun para batara yang pernah bertahta di Karantenan Gunung Sawal adalah :
* Batara Tesnajati
* Batara Layah dan
* Batara Karimun Putih.
 
Pada masa kekuasaan Prabu Sanghyang Rangga Gumilang atau Sanghyang Rangga Sakti putera Batara Karimun Putih, Panjalu berubah dari kabataraan menjadi sebuah daerah [[Kerajaan Panjalu]].
 
'''Kabataraan Gunung Tembong Agung'''.
Kabataraan Sunda dilanjutkan oleh Batara Prabu Guru [[Aji Putih]] di Gunung Tembong Agung, Prabu Guru Aji Putih adalah seorang tokoh yang menjadi perintis Kerajaan [[Sumedang Larang]]. Prabu Guru Aji Putih digantikan oleh puteranya yang bernama Batara Prabu Resi Tajimalela, menurut sumber sejarah Sumedang Larang, Prabu Resi Tajimalela hidup sezaman dengan Maharaja [[Sunda Galuh]] yang bernama [[Ragamulya Luhurprabawa]] (1340-1350) di Galuh [[Kawali]]. Prabu Resi Tajimalela digantikan oleh puteranya yang bernama Prabu Resi Lembu Agung, kemudian Prabu Resi Lembu Agung digantikan oleh adiknya yang bernama Prabu Gajah Agung yang berkedudukan di Ciguling. Dibawah pemerintahan Prabu [[Gajah Agung]], Sumedang Larang bertransisi dari daerah kabataraan menjadi Kerajaan Sumedang Larang.
 
'''Kabataraan Gunung Picung'''.
Kekuasaan kabataraan di Kemaharajaan Sunda (Sunda Kingdoms) kemudian dilanjutkan oleh [[Batara Gunung Picung]] yang menjadi cikal bakal Kerajaan Talaga (Majalengka). Batara Gunung Picung adalah putera [[Suryadewata]], sedangkan Suryadewata adalah putera bungsu dari Maharaja Sunda yang bernama [[Ajiguna Linggawisesa]] (1333-1340).
 
Batara Gunung Picung digantikan oleh puteranya yang bernama Pandita Prabu [[Darmasuci]], sedangkan Pandita Prabu Darmasuci kemudian digantikan oleh puteranya yang bernama [[Begawan Garasiang]]. [[Begawan Garasiang]] digantikan oleh adiknya sebagai Raja Talaga yang bernama [[Sunan Talaga Manggung]] dan sejak itu pemerintahan Talaga digelar selaku kerajaan Talaga.
Baris 60:
Setelah gunung palembang itu mati, kerajaan belum ada yang menjabatnya maka di angkat Raden Panglurah yang baru pulang dari petapaan. Sedatangnya ke sangiang dia merasa kaget karena keadaan keraton sudah musnah hanya tampak situ saja dan setelah dia mendapat kabar dari orang yang bertemu di tempat itu bahwa keraton sudah dipindah tempatkan ke Walang Suji (Desa Kagok).
'''Ratu Simbar Kencana'''. Ketika Ratu Simbar Kencana sedang kumpulan dengan ponggawa, datanglah Raden Panglurah yang menuju kepada Ratu Simbar Kencana dan kemudian oleh ratu Simbar Kencana diterangkan atas kematian ayahandanya. Kemudian Raden Panglurah meminta agar yang melanjutkan pemerintahan adalah Ratu Simbar kencana sendri.
 
Dan dia akan menyusul ayahandanya dengan meminta empat dinas pahlawannya, setelah permintaan dikabukannya, dia menuju Situ Sangiang dan setelah tiba di Situ Sangiang tersebut dia beserta pengiringnya turun ke [[Situ Sangiang]] dan turut menghilang. Setelah Palembang Gunung meninggal dunia, Ratu Simbar kencana menikah lagi deangan Raden [[Kusumalaya Ajar Kutamangu]], keturunan Galuh dan mempunyai putra [[Sunan Parung]], dan setelah Ratu Simbar Kencana meninggal dunia, kerajaan pun diturunkannya kepada putranya Sunan Parung.
Baris 77:
 
==== Pemerintahan Batara Gunung Picung ====
Kerajaan Hindu di Talaga berdiri pada abad XIII Masehi, Raja tersebut masih keturunan Ratu [[Galuh]] bertahta di [[Ciamis]], dia adalah putera V, juga ada hubungan darah dengan raja-raja di [[Pajajaran]] atau dikenal dengan Raja Siliwangi. Daerah kekuasaannya meliputi [[Talaga, Majalengka|Talaga]], [[Cikijing, Majalengka|Cikijing]], [[Bantarujeg, Majalengka|Bantarujeg]], [[Lemahsugih, Majalengka|Lemahsugih]], [[Maja, Majalengka|Maja]] dan sebagian Selatan Majalengka. Pemerintahan Batara Gunung Picung sangat baik, agama yang dipeluk rakyat kerajaan ini adalah agama Hindu. Pada masa pemerintahaannya pembangunan prasarana jalan perekonomian telah dibuat sepanjang lebih 25 Km tepatnya Talaga - Salawangi di daerah Cakrabuana. Bidang Pembangunan lainnya, perbaikan pengairan di Cigowong yang meliputi saluran-saluran pengairan semuanya di daerah Cikijing. Tampuk pemerintahan Batara Gunung Picung berlangsung dua windu. Raja berputera enam orang yaitu :
 
* Sunan Cungkilak,
* Sunan Benda,
* Sunan Gombang,
* Ratu Panggongsong Ramahiyang,
* Prabu Darma Suci, (Pengganti Batara Gunung Picung)
* Ratu Mayang Karuna.
 
Kemudian pemerintahannya kemudian dilanjutkan oleh Prabu Darma Suci.
Baris 104:
 
==== Pemerintahan Ratu Sunyalarang ====
Sebagai puteri tunggal dia naik tahta menggantikan ayahandanya Sunan Parung dan menikah dengan turunan putera Prabu Siliwangi bernama Raden Rangga Mantri atau lebih dikenal dengan Prabu Pucuk Umum. Pada masa pemerintahannya Agama Islam sudah berkembang dengan pesat. Banyak rakyatnya yang memeluk agama tersebut hingga akhirnya baik Ratu Sunyalarang maupun Prabu Pucuk Umum memeluk Agama Islam.
Agama Islam berpengaruh besar ke daerah-daerah kekuasaannya antara lain Maja, Rajagaluh dan Majalengka. Prabu Pucuk Umum adalah Raja Talaga kedua yang memeluk Agama Islam. Hubungan pemerintahan Talaga dengan Cirebon maupun Kerajaan Pajajaran baik sekali. Sebagaimana diketahui Prabu Pucuk Umum adalah keturunan dari prabu Siliwangi karena dalam hal ini ayah dia yang bernama Raden Munding Sari Ageung merupakan putera dari Prabu Siliwangi. Jadi pernikahan Prabu Pucuk Umum dengan Ratu Sunyalarang merupakan perkawinan keluarga dalam derajat ke-IV.Hal terpenting pada masa pemerintahan Ratu Sunyalarang adalah Talaga menjadi pusat perdagangan di sebelah Selatan. Ratu Sunyalarang saudara dengan ''Ratu Pucuk Umun'' suami [[Pangeran Santri]].
 
Baris 111:
 
==== Pemerintahan Sunan Wanaperih ====
Terkenal [[Sunan Wanaperih]], di Talaga sebagai seorang Raja yang memeluk Agama Islam pun juga seluruh rakyat di negeri ini semua telah memeluk Agama Islam. Dia berputera enam orang, yaitu :
# Dalem Cageur,
# Dalem Kulanata,
# Apun Surawijaya atau Sunan Kidul,
# Ratu Radeya,
# Ratu Putri,
# [[Dalem Wangsa Goparana]].
 
Diceritakan bahwa Ratu Radeya menikah dengan Arya Saringsingan sedangkan Ratu Putri menikah dengan putra [[Syekh Abdul Muhyi]] dari Pamijahan bernama Sayid Faqih Ibrahim lebih dikenal [[Sunan Cipager]]. [[Dalem Wangsa Goparana]] pindah ke [[Sagalaherang, Subang|Sagalaherang]], kelak keturunan dia ada yang menjabat sebagai bupati seperti Bupati Wiratanudatar I di Cikundul. Sunan Wanaperih memerintah di Walangsuji, tetapi dia digantikan oleh puteranya Apun Surawijaya, maka pusat pemerintahan kembali ke Talaga.
Baris 124:
 
== Situs Dan Budaya Nunuk Baru, sejarah berdirinya Kerajaan Talaga Manggung ==
Desa<nowiki> </nowiki>[[Nunuk Baru, Maja, Majalengka|Nunuk Baru]] berada di wilayah [[Maja, Majalengka|Kecamatan Maja]] di sebelah Selatan &nbsp;Kota [[Kabupaten Majalengka]], sekaligus bisa menjadi jalur Alternatif dari Kota Majalengka Menuju Kecamatan Talaga dan Kecamatan Bantarujeg.Di Desa Nunuk Baru sendiri banyak makom keramat yang erat hubunganya&nbsp;dengan sejarah Kerajaan Talaga Manggung
(sekarang Talaga) dan untuk kekinian adalah berdirinya Kota Majalengka, adapun Makam Keramat Tersebut di antaranya :
 
=== Makam Pajaten atau Pajatian ( Makam Ibu Arya Saringsingan ) &nbsp; ===
Makam
pajaten terletak disebelah barat Blok Nunuk dipinggir kali cisuluheun
dilokasi sawah pajaten, Ibu Arya adalah asli putri lahiran Nunuk yang
menjadi Istri Kedua (Selir) Raja Talaga yaitu Prabu Pucuk Umun. Adapun
Hasil Pernikahan Prabu Pucuk Umun dengan Ibu Arya telah melahirkan
Seorang Putra yang Bernama Raden Arya Saringsingan yang makamnya
sekarang berlokasi di Desa Banjaran Girang.
Raden Arya Saringsingan diangkat Oleh
raja Talaga sebagai Senopati/Panglima tertinggi Kerajaan Talaga, yang
mempunyai kesaktian Luar biasa dengan memegang senjata Tombak Naga Kaki
Lima Centang Barang.
 
=== Makam Cileuweung ( Makam Hariyang Banga ) &nbsp; ===
Makam
cileuweung terletak di sebelah Barat Daya Blok Nunuk Desa Nunuk Baru.
Hariyang Banga adalah Putra dari ibu Dewi Pangrenyep istri Raja
Pajajaran, dicileuweung sendiri ada tiga makam keramat di antaranya makam
Mbah Hariyang Banga, Makam Ibu Langensari, Makam Mbah Haji
Kasakten.&nbsp;Dicileuweung sendiri dulunya ada sebuah sendang/kolam mata air
yang sampai sekarang air tersebut sering dikeramatkan oleh sebagian
masyarakat untuk maksud-maksud tertentu, di antaranya yang mempunyai Niat
berkecimpung di dunia Pemerintahan.
Baris 153:
=== Makam Kosambi (Makam Mbah Prabustika) ===
Makam
kosambi terletak dilokasi sawah kosambi sebelah timur Blok Nunuk, Nama
asli Mbah Prabustika adalah Mbah Jupri.&nbsp;Mbah Jupri adalah seorang kepala
pemerintahan kerajaan yang ada dilokasi Nunuk, dia adalah seorang
ulama yang dihormati dan mempunyai kesaktian sangat Tinggi.&nbsp;Singkat
cerita Mbah Jupri ditangkap oleh musuh kemudian dikampa/jepit oleh
jepitan minyak sampai dianggap telah meninggal tetapi ternyata waktu
dibuka dia malah tertawa terbahak-bahak.&nbsp;Kemudian Mbah Jupri dihanyutkan
kesungai yang sedang Banjir tetapi bukanya hanyut kehilir malah hanyut
kearah Hulu, dan akhirnya semua musuh pada ketakutan, maka Mbah Jupri
Mendapat gelar Prabustika yang dianggap dalam tubuhnya terdapat Mustika
kesaktian.
 
Baris 169:
=== Makam Panguyangan Gede (Makam Mbah Dipati Ukur) ===
Makam
ini terletak disebelah selatan Blok Nunuk yang posisinya agak
diatas/bukit dari Blok Nunuk.&nbsp;Nama asli yang dimakamkan di Panguyangan
Gede adalah Mbah Sugenda dengan gelar kehormatan Mbah Dipati Ukur yang
berpangkat Adipati, dan tugas dari Mbah Sugenda adalah sebagai
Pengukuran tanah seluruh Jawa lintas Negara, yang mempunyai keajaiban
luar biasa, di antaranya pada saat melakukan pengukuran tanah dia
tidak pernah turun dari kuda dan melakukan pengukuran dengan berjalan
Mundur.&nbsp;Di antarakelebihan dia adalah mempunyai kekayaan berlimpah
dengan banyaknya gudang-gudang padi, yang sering dipakai untuk menolong
orang banyak yang dalam kesusahan, pakir miskin, yatim piatu, dan
orang-orang jompo lainya. Maka makam tersebut diberi nama Panguyangan
Gede.&nbsp;Sampai sekarang masyarakat Nunuk selalu melakukan Ritual dimakam
ini apabila musim bercocok tanam dimulai dengan istilah '''''Guar Bumi.'''''
 
=== Makam Gunung Taneuh (Mbah Prabu Jaya) &nbsp; ===
Makam
ini terletak di sebelah timur Blok Nunuk dan sebelah selatan Blok
Babakan Desa Nunuk Baru lokasinya berada diatas Bukit yang dikelilingi
sawah. Nama asli yang dimakamkan adalah Mbah Sang Prabu Jaya dengan
gelar Kehormatan Mbah Luhung, dia adalah seorang Kiyai/Ulama yang
disegani oleh semua orang, dimana dia ini salah satu penyebar agama
islam di wilayah Nunuk dan sekitarnya.&nbsp;Mbah Sang Prabu Jaya banyak
mempunyai kesaktian dengan ilmu yang sangat tinggi, sehingga dia
mendapat gelar kehormatan Mbah Luhung.
Sampai sekarang makam ini selalu ramai
dikunjungi peziarah dari mana-mana terutama orang-orang yang mempunyai
anak yang akan menempuh pendidikan dari tingkat dasar sampai tingkat
selanjutnya.
 
Baris 236:
* E. Rokajat Asura. (September 2011). ''Harisbaya bersuami 2 raja - Kemelut cinta di antara dua kerajaan Sumedang Larang dan Cirebon''. Penerbit Edelweiss.
* Atja, Drs. (1970). ''Ratu Pakuan.'' Lembaga Bahasa dan Sedjarah Unpad. Bandung.
* Atmamihardja, Mamun, Drs. Raden. (1958). ''Sadjarah Sunda.'' Bandung. Ganaco Nv.
* Joedawikarta (1933). ''Sadjarah Soekapoera, Parakan Moencang sareng Gadjah.'' Pengharepan''.'' Bandoeng,
* Lubis, Nina Herlina., Dr. MSi, dkk. (2003). ''Sejarah Tatar Sunda jilid I dan II''. CV. Satya Historica. Bandung.
* Herman Soemantri Emuch. (1979). ''Sajarah Sukapura, sebuah telaah filologis''. Universitas Indonesia. Jakarta.
{{Col-2}}
* Zamhir, Drs. (1996). ''Mengenal Museum Prabu Geusan Ulun serta Riwayat Leluhur Sumedang.'' Yayasan Pangeran Sumedang. Sumedang.
* Sukardja, Djadja. (2003). ''Kanjeng Prebu R.A.A. Kusumadiningrat Bupati Galuh Ciamis th. 1839 s / d 1886.'' Sanggar SGB. Ciamis.
* Sulendraningrat P.S. (1975). ''Sejarah Cirebon dan Silsilah Sunan Gunung Jati Maulana Syarif Hidayatullah.'' Lembaga Kebudayaan Wilayah III Cirebon. Cirebon.
* Sunardjo, Unang, R. H., Drs. (1983). ''Kerajaan Carbon 1479-1809''. PT. Tarsito. Bandung.
* Suparman, Tjetje, R. H., (1981). ''Sajarah Sukapura''. Bandung
* Surianingrat, Bayu., Drs. (1983). ''Sajarah Kabupatian I Bhumi Sumedang 1550-1950.'' CV.Rapico. Bandung.
* Soekardi, Yuliadi. (2004). ''Kian Santang''. CV Pustaka Setia.
* Soekardi, Yuliadi. (2004). ''Prabu Siliwangi''. CV Pustaka Setia.
* Tjangker Soedradjat, Ade. (1996). ''Silsilah Wargi Pangeran Sumedang Turunan Pangeran Santri alias Pangeran Koesoemadinata I Penguasa Sumedang Larang 1530-1578''. Yayasan Pangeran Sumedang. Sumedang.
* Widjajakusuma, Djenal Asikin., Raden Dr. (1960). ''Babad Pasundan, Riwajat Kamerdikaan Bangsa Sunda Saruntagna Karadjaan Pdjadjaran Dina Taun 1580''. Kujang. Bandung.
* Winarno, F. G. (1990). ''Bogor Hari Esok Masa Lampau.'' PT. Bina Hati. Bogor.
* Olthof, W.L. (cetakan IV 2008). ''Babad Tanah Jawi - mulai dari Nabi Adam sampai tahun 1647.'' PT. Buku Kita. Yogyakarta Bagikan.
* A. Sobana Hardjasaputra, H.D. Bastaman, Edi S. Ekadjati, Ajip Rosidi, Wim van Zanten, Undang A. Darsa. (2004). ''Bupati di Priangan dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda.'' Pusat Studi Sunda.