Kelenteng Sanggar Agung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 50:
}}
 
'''Kelenteng Sanggar Agung''' atau '''Klenteng Hong San Tang''' adalah sebuah [[klenteng]] di [[Kota Surabaya]]. Alamatnya berada di Jalan Sukolilo Nomor 100, Pantai Ria [[Kenjeran, Surabaya]]. Kuil ini, selain menjadi tempat ibadah bagi pemeluk [[Tridharma]], juga menjadi tempat tujuan wisata bagi para wisatawan. Klenteng ini dibuka pada tahun 1999.
 
Ciri khas dari klenteng ini adalah sebuah patung [[Kwan Im]] setinggi 20 meter yang terletak di tepi laut. Klenteng ini dipersembahkan kepada '''Nan Hai Guan Shi Yin Pu Sa''' atau '''[[Bodhisatwa]] [[Kwan Im]] [[Laut Cina Selatan|Laut Selatan]]'''. Patung ini dibangun setelah seorang karyawan Sanggar Agung melihat sesosok wanita berjubah putih berjalan di atas air pada saat ia sedang menutup Klenteng di malam hari. Penampakan tersebut dipercaya sebagai penampakan [[Kwan Im]] sendiri. Ikon lain dari Sanggar Agung adalah patung [[Phra Phrom]] raksasa berlapis emas.
Baris 64:
[[Berkas:Female Chinese Lion Statue.jpg|thumb|left|120px|Singa batu sebelah kanan melambangkan kekuatan [[Yin dan Yang|Yin]], wanita (betina), negatif, menerima, membawa seekor anak singa.]]
[[Berkas:Male Chinese Lion Statue.jpg|thumb|right|110px|Singa batu sebelah kiri melambangkan kekuatan [[Yin dan Yang|Yang]], pria (jantan), positif, memberi, membawa sebuah bola.]]
Keunikan dari lokasi Klenteng Sanggar Agung adalah klenteng ini dibangun di atas laut<ref name="eastjava"/> sehingga berbentuk seperti teluk kecil yang menjorok ke laut serta dikelilingi pepohonan [[bakau]]. Klenteng ini dibangun di atas area dengan luas sekitar 4000 meter persegi dengan bangunan berciri Bali dan kombinasi budaya Jawa.<ref name=brosur/>
 
Menurut Freddy H. Istanto, Dekan Fakultas Teknologi dan Design [[Universitas Ciputra]], kompleks peribadatan di Sanggar Agung sangat menarik untuk dikaji karena design eksteriornya memiliki muatan multi kultur yang unik. Dari atapnya, Sanggar Agung menggunakan perpaduan gaya Jawa yang cukup kuat meskipun secara umum bangunannya bercorak Bali. Menurutnya, terdapat kesan desain Sanggar Agung sengaja membawa ''image'' rumah tradisional Indonesia agar tak terjebak pada gaya klenteng, vihara, atau kuil kebanyakan, apalagi terjebak pada arsitektur negara China. Namun demikian, tradisi kuil China masih nampak di Sanggar Agung, misalnya pada bulatan di pagar. Freddy H. Istanto menekankan bahwa Sanggar Agung boleh disebut sebagai "representasi harmoni kondisi psikologi dan budaya dari masyarakat setempat dengan umat Tri Dharma".<ref name="ejt"/>