Keraton Surakarta Hadiningrat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: cinderamata → cenderamata using AWB
Baris 5:
 
== Sejarah ==
{{utama|Kasunanan Surakarta}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret tijdens een bezoek van de kroonprins de sultan Hamengkoe Negoro en Prins Pakoe Alam van Jogjakarta aan Pakoe Boewono X de Susuhunan van Solo TMnr 60001422.jpg|thumb|right|[[Pakubuwana X|Susuhunan Pakubuwana X]] bersama [[Hamengkubuwana VII|Sultan Hamengkubuwana VII]] dan putra mahkota [[Kesultanan Yogyakarta]] berfoto bersama di Bangsal Maligi, Keraton Surakarta (sekitar tahun [[1910]]-[[1921]]).]]
[[Kesultanan Mataram]] yang kacau akibat pemberontakan [[Trunajaya]] tahun [[1677]] ibukotanya oleh [[Sunan Amral|Susuhunan Amangkurat II]] dipindahkan di [[Kasunanan Kartasura|Kartasura]]. Pada masa [[Pakubuwana II|Susuhunan Pakubuwana II]] memegang tampuk pemerintahan, Mataram mendapat serbuan dari pemberontakan orang-orang [[Tionghoa]] yang mendapat dukungan dari orang-orang [[Jawa]] anti [[VOC]] tahun [[1742]], dan Mataram yang berpusat di [[Kartasura]] saat itu mengalami keruntuhannya. Kota Kartasura berhasil direbut kembali berkat bantuan Adipati [[Cakraningrat IV]], penguasa Madura Barat yang merupakan sekutu VOC, namun keadaannya sudah rusak parah. [[Pakubuwana II|Susuhunan Pakubuwana II]] yang menyingkir ke [[Ponorogo]], kemudian memutuskan untukun{{utama|Kasunanan Surakarta}}
tuk membangun istana baru di Desa Sala sebagai ibukota Mataram yang baru.
 
Bangunan Keraton Kartasura yang sudah hancur dan dianggap "tercemar". [[Pakubuwana II|Susuhunan Pakubuwana II]] lalu memerintahkan Tumenggung Hanggawangsa bersama Tumenggung Mangkuyudha, serta komandan pasukan Belanda, J.A.B. van Hohendorff, untuk mencari lokasi [[ibu kota]]/[[keraton]] yang baru. Untuk itu dibangunlah keraton baru berjarak 20 km ke arah tenggara dari Kartasura, tepatnya di Desa Sala, tidak jauh dari [[Bengawan Solo]]. Untuk pembangunan keraton ini, [[Pakubuwana II|Susuhunan Pakubuwana II]] membeli tanah seharga ''selaksa'' keping emas yang diberikan kepada ''akuwu'' (lurah) Desa Sala yang dikenal sebagai Ki Gede Sala. Saat keraton dibangun, Ki Gede Sala meninggal dan dimakamkan di area keraton.
Baris 21:
 
=== Kompleks Alun-alun Lor/Utara ===
[[Berkas:Sasana sumewa.jpg|thumb|right|Pagelaran Sasana Sumewa.]]
[[Berkas:Sasana Sumewa.jpg|thumb|right|Bagian dalam Pagelaran Sasana Sumewa.]]
Kompleks ini meliputi ''Gladag'', ''Pangurakan'', ''Alun-alun Lor'', dan [[Masjid Agung Surakarta]]. ''Gladag'' yang sekarang dikenal dengan Perempatan Gladag di [[Jalan Slamet Riyadi (Surakarta)|Jalan Slamet Riyadi]] [[Surakarta]]. Pada zaman dahulu, ''space area'' di sekitar ''Gladag'' dan gapura kedua dipakai sebagai tempat menyimpan binatang hasil buruan sebelum ''digladag'' (dipaksa) dan disembelih di tempat penyembelihan. Wujud arsitektur pada kawasan ''Gladag'' ini mengandung arti simbolis ajaran langkah pertama dalam usaha seseorang untuk mencapai tujuan ke arah ''Manunggaling Kawula Gusti'' (Bersatunya Rakyat dengan Raja). Alun-alun merupakan tempat diselenggarakannya upacara-upacara kerajaan yang melibatkan rakyat. Selain itu alun-alun menjadi tempat bertemunya Sri Sunan dan rakyatnya. Di pinggir alun-alun ditanami sejumlah pohon beringin. Di tengah-tengah alun-alun terdapat dua batang pohon beringin (''Ficus benjamina''; Famili ''Moraceae'') yang diberi pagar. Kedua batang pohon ini disebut ''Waringin Sengkeran'' (harfiah = beringin yang dikurung) yang diberi nama ''Dewadaru'' dan ''Jayadaru''.[[Berkas:Sasana sumewa.jpg|thumb|right|Pagelaran Sasana Sumewa.]]Di sebelah barat alun-alun utara berdiri [[Masjid Agung Surakarta]]. Masjid raya ini merupakan masjid resmi kerajaan dan didirikan oleh [[Pakubuwana III|Susuhunan Pakubuwana III]] pada tahun [[1750]] ([[Kasunanan Surakarta]] merupakan kerajaan [[Islam]]). Bangunan utamanya terdiri dari atas serambi dan masjid induk. Di sebelah utara alun-alun terdapat bangsal kecil yang disebut ''Bale Pewatangan'' dan ''Bale Pekapalan''. Tempat ini pada zaman dahulu dipergunakan oleh prajurit dan kudanya untuk beristiahat setelah berlatih. Beberapa balai lain terdapat disekitar alun-alun yang dipergunakan untuk karyawan-karyawan keraton menempatkan kudanya. Tempat menambatkan kuda sudah tidak dapat dijumpai lagi saat ini. Bangunan-bangunan lain di sekeliling alun-alun sekarang dipergunakan sebagai kios penjual cenderamata. Di sebelah barat daya ''Alun-alun Lor'' (ke arah [[Pasar Klewer]]) dan sebelah timur laut (ke arah Pasar Beteng dan Pusat Grosir Solo) terdapat dua gapura besar yang berfungsi sebagai pintu keluar dari ''Alun-alun Lor'' yang bernama ''Gapura Batangan'' dan ''Gapura Klewer''.
 
Di sebelah barat alun-alun utara berdiri [[Masjid Agung Surakarta]]. Masjid raya ini merupakan masjid resmi kerajaan dan didirikan oleh [[Pakubuwana III|Susuhunan Pakubuwana III]] pada tahun [[1750]] ([[Kasunanan Surakarta]] merupakan kerajaan [[Islam]]). Bangunan utamanya terdiri dari atas serambi dan masjid induk. Di sebelah utara alun-alun terdapat bangsal kecil yang disebut ''Bale Pewatangan'' dan ''Bale Pekapalan''. Tempat ini pada zaman dahulu dipergunakan oleh prajurit dan kudanya untuk beristiahat setelah berlatih. Beberapa balai lain terdapat disekitar alun-alun yang dipergunakan untuk karyawan-karyawan keraton menempatkan kudanya. Tempat menambatkan kuda sudah tidak dapat dijumpai lagi saat ini. Bangunan-bangunan lain di sekeliling alun-alun sekarang dipergunakan sebagai kios penjual cenderamata. Di sebelah barat daya ''Alun-alun Lor'' (ke arah [[Pasar Klewer]]) dan sebelah timur laut (ke arah Pasar Beteng dan Pusat Grosir Solo) terdapat dua gapura besar yang berfungsi sebagai pintu keluar dari ''Alun-alun Lor'' yang bernama ''Gapura Batangan'' dan ''Gapura Klewer''.
 
=== Kompleks Sasana Sumewa dan Kompleks Siti Hinggil Lor/Utara ===