Kampung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arupako (bicara | kontrib)
reflist
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Arupako (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 25:
Lebih lanjut lagi, dengan menelusur sejarah asal-usul kampung sebagai bagian penting dari citra yang dimilikinya, kampung dipahami sebagai [[permukiman]] bersama yang muncul begitu saja, bukan merupakan bagian dari suatu rencana penataan jalan dan penempatan bangunan. Definisi yang mengambil persepsi dari penguasa kota ini memiliki keuntungan bahwa ia mencakup elemen-elemen yang kerap menjadi pemicu tindakan negara, yakni kesemrawutan. Penempatan lahan-lahan biasanya tidak teratur baik dalam bentuk maupun ukurannya, pola-pola antar permukiman cenderung zig-zag, dan rumah-rumah yang dibangun sendiri oleh penduduk. Pada akhir abad ke-19, Pemerintah Kolonial Hinda Belanda menjadi kampung dengan identitas terpisah, bahkan memberikan status administratif yang otonom, namun justru cara seperti ini menyingkirkan penduduk kampung dari modernitas.<ref>Johnny A. Khusyairi & La Ode Rabani, ''Kampung Perkotaan: Kajian Historis-Antropologis atas Kesenjangan Sosial dan Ruang Kota'', 2010, ISBN: 978-979-185-323-1, pp. xii</ref>
 
Sejak abad ke-20, para birokrat selalu melihat kampung dengan kacamata negara, dengan menganggap kampung sebagai ruang yang tercampur baur, melihat sesuatu yang problematis. Respon standarnya ialah dengan melakukan perbaikan kampung, sebuah kebijakan yang diperkenalkan pada tahun 1920-an dan terus dilanjutkan hingga sekarang di kota-kota besar Indonesia seperti [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], [[Kota Surabaya|Surabaya]], [[Kota Makassar|Makassar]], [[Kota Kendari|Kendari]] dan [[Kota Surakarta|Solo]]. Diawali dengan banjir besar tahun 1918, yang melanda sebagian besar kampung di kota Jakarta, [[Mohammad Husni Thamrin|Muhammad Husni Thamrin]] mendesak pemerintah kolonial untuk memperbaiki kampung dengan maksud menanggulangi banjir di permukaan.<ref>Restu Gunawan, ''Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa,'' 2010, ISBN: 978-979-7-9-483-6, pp. 128</ref> Program tersebut kemudian terkenal dengan sebutan [[Perbaikan Kampung|Kampung Verbetering]], akhirnya tak hanya berlangsung di [[Batavia]], tetapi juga di [[Kota Semarang|Semarang]] dan [[Kota Surabaya|Surabaya]].<ref>Rahil Ismail, Brian J. Shaw & Giok Ling Oi, ''Southeast Asian Culture and Heritage in a Globalising World: DIverging Identities in a Dynamic Region,'' ISBN: 978-0-7546726-6, pp.90</ref>{{Macam pembagian negara}}
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
{{Macam pembagian negara}}
 
[[Kategori:Kampung| ]]