Don Bosco Selamun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
MichaelPutraJr (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
MichaelPutraJr (bicara | kontrib)
→‎Kisah Masa Kecil: Penambaham konten
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 25:
==Kisah Masa Kecil==
DBS terlahir sebagai anak kampung. Jauh, di sebuah kampung yang berhawa sejuk, Bonda, di Manggarai Flores, Nusa Tenggara Timur. Sebagai anak petani di pelosok. Sebagai anak kampung, DBS terbiasa dengan keadaan yang serba jauh dari kecukupan, jauh dari akses sekolah, tempat ibadah, apalagi tempat belanja dan hiburan. Jangankan mall, untuk pergi ke pasar saja, DBS sebagaimana orang-orang di kampung, harus berjalan kaki sejauh 9 km. Ayahnya punya usaha kecil-kecilan. Ibunya memilih mengabdikan seluruh hidupnya sebagai ibu rumah tangga. Merawat, membesarkan, dan mendidiknya bersama 3 adik-adiknya yang lain, yang kebetulan semuanya putri. Keluarga yang hidup bahagia dalam kesederhanaan. Sederhana dalam kebahagiaan. Mungkin karena tak ada pilihan lain baginya dan keluarga, kecuali sederhana dan membahagian diri sebisanya.
Sewaktu keluarganya memutuskan sayadirinya harus melanjutkan pendidikan di SMP Seminari Pius VII Manggarai yang berjarak sekitar 12 km dari kampung saya dikampungnyadi Bonda, DBS girang bukan kepalang. Tapi jangan membayangkan hal yang serba mudah tentang masa-masa sekolah bagi anak-anak di kampungnya. Perjalanan 12 km pergi dan pulang, harus ia capai dengan berjalan kaki. Menaiki dan menuruni satu bukit dengan bukit berikutnya. Bahkan harus mencopot sepatu dan baju karena harus berenang menyeberangi satu sungai. Kalau kisah ini diceritakannya ke anak-anaknya di rumah, mereka semua tak percaya, bahwa untuk bisa sampai ke sekolah, anak-anak sepertinya saat itu harus berjuang demikian panjang.<ref>http://donboscoselamun.com/blog</ref>
 
==Karir==
DBS memulai karir jurnalistiknya puluhan tahun silam dari media cetak. Karir ini ditekuninya denga tekun. Berbagai media mengujinya sebagai wartawan ulung. Perjalanannya membawanya mencapai karir jurnalistik tertinggi saat menggantikan [[Andy Noya]] sebagai Pemimpin Redaksi [[Metro TV]] selama kurang lebih 3 tahun, lalu DBS mundur untuk kemudian terjun di Komisi Penyiaran Indonesia. Lalu didapuk sebagai Pemimpin Redaksi Liputan 6 SCTV, dan di tahun 2011 diminta [[James Riady]] membidani kelahiran [[BeritaSatu TV]] di bawah [[Lippo Group]].