Johanna Petronella Mossel: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jovan Kevin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
Jovan Kevin (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler
Baris 14:
Meskipun, dalam merintis sekolahnya itu banyak kendala dan cobaan, seperti pembakaran atau pemusnahan buku-buku yang dilakukan pemerintah Belanda, Johanna tidak patah semangat. Ia justru semakin kuat untuk mendidik para siswanya.
Dalam perjalanannya sebagai guru, ia telah mampu memberikan pelayanan pemeriksaan dokter pada siswanya secara gratis, pelajaran formal yang harus ditempuh di sekolah dan fasilitas pengobatannya itu diberikan secara cuma-cuma. Merasa tak cukup, ia dan suaminya memberikan pelajaran ekstrakurikuler pada sore harinya, dan oleh bekas murid-muridnya, guru Johanna dikenang sebagai guru yang rewel dan keras sekali dalam menegakkan disiplin serta sopan santun pada anak didiknya. Ia pun mengajar tanpa imbalan honorarium.
Sewaktu Douwes Dekker dibuang ke [[Suriname]] (1941), Johanna ditinggal dan disarankan oleh Douwes Dkker untuk berlindung pada Djafar Kartodiredjo, seorang guru Ksatrian Instituut pula, agar tidak ditangkap oleh tentara Jepang. Namun keduanya kemudian menikah 1942, kemungkinan besar tanpa sepengetahuan Douwes Dekker.[[http://m.kompasiana.com/ibuseno/nyadran-bertemu-makam-istri-douwes-dekker-di-utoro-loyo_552ff9896ea834f5798b4577]]
 
Pada masa pendudukan Jepang, Johanna tidak menjadi incaran [[Jepang]] karena namanya dekat dengan Douwes Dekker, yang dikenal baik oleh kalangan orang Jepang.