Pakubuwana XIII: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
|caption = Pakubuwana XIII
|succession = [[Susuhunan Surakarta]]
|reign = 31 Agustus 2004–sekarang
|predecessor = [[Pakubuwana XII|Susuhunan Pakubuwana XII]]
|suc-type = Penerus
Baris 28:
 
== Kehidupan ==
Dalam buku ''Mas Behi: Angger-Angger dan Perubahan Zaman'' yang diterbitkan Yayasan Pawiyatan Kabudayan Keraton Surakarta tahun [[2004]] menyebutkan, dari seorang ''garwa ampil'' [[Pakubuwana XII|Susuhunan Pakubuwana XII]] bernama KRAy. Pradapaningrum, telah lahir seorang anak lelaki tertua pada Senin, [[28 Juni]] [[1948]], dengan nama GRM. Suryadi. Karena sakit-sakitan, neneknya yang permaisuri [[Pakubuwana XI|Susuhunan Pakubuwana XI]] bernama GKR. Pakubuwana, mengganti nama sang cucu menjadi GRM. Suryo Partono seperti lazimnya masyarakat kebanyakan mengikuti petuah spiritual dalam adat [[Jawa|Suku Jawa]]. Ketika sudah dewasa dan [[Pakubuwana XII]] bersama seluruh komunitas [[keraton]] berada di alam republik, pada tahun [[1979]] ''paugeran'' atau pranata adat lalu menetapkan GRM. Suryo Partono yang merupakan putra laki-laki tertua berhak menyandang nama Hangabehi dengan gelar ''Kangjeng Gusti Pangeran Haryo''. Artinya, dia adalah seorang pangeran tertua yang disiapkan menjadi calon penerus tahta di [[Keraton Surakarta]].
 
Dalam pemerintahan [[Kasunanan Surakarta]], KGPH. Hangabehi pernah menjabat sebagai ''Pangageng'' Museum Keraton dan berbagai jabatan penting lainnya. Ia juga mendapat anugerah Bintang Sri Kabadya I oleh [[Pakubuwana XII]] atas jasa-jasanya dalam mengatasi musibah kebakaran yang melanda [[Keraton Surakarta]] tahun [[1985]]. Dari seluruh putra-putri [[Pakubuwana XII]], hanya Hangabehi yang pernah memperoleh bintang kehormatan tersebut<ref>[http://www.panjebarsemangat.co.id/berita-623-lelampahane-sinuhun-pb-xiii-hangabehi-3.html Lelampahane Sinuhun PB XIII.]</ref>. Hangabehi selain menerima beberapa anugerah tertinggi dari beberapa lembaga institusi dalam negeri maupun negara asing, ia juga mendapat gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Global (GULL, [[Amerika Serikat]]). Kegemaran kesehariannya pun tak berbeda dengan orang kebanyakan di luar keraton. Hangabehi, selain hobi bermain ''keyboard'' dan mengendarai motor besar, juga aktif di [[Organisasi Amatir Radio Indonesia]].
Baris 38:
Padahal, sebelumnya dalam rapat Forum Komunikasi Putra Putri (FKPP) Pakubuwana XII yang berlangsung [[10 Juli]] [[2004]], menetapkan bahwa putra tertua Pakubuwana XII, KGPH. Hangabehi, yang berhak menjadi raja selanjutnya, dan memilih tanggal penobatan Hangabehi sebagai raja pada [[10 September]] [[2004]]<ref>[http://www.suaramerdeka.com/harian/0407/15/slo04.htm Penobatan Paku Buwono XIII, Rapat Putuskan 10 September.]</ref>. Namun pada awal [[September]] [[2004]], secara tiba-tiba [[Tejowulan|KGPH. Tejowulan]] bersama para pendukungnya menyerbu dan mendobrak pintu [[Keraton Surakarta]]. Keributan ini bahkan sempat menimbulkan beberapa orang luka-luka, termasuk para bangsawan dan abdi dalem yang saat itu berada di dalam keraton. Atas kejadian tersebut, KP. Edy Wirabumi selaku ketua Lembaga Hukum Keraton Surakarta didampingi kuasa hukum Budi Kuswanto dan Arief Sahudi bahkan melaporkan para pendukung [[Tejowulan]] ke [[Surakarta|Polresta Surakarta]] atas dasar perusakan cagar budaya di lingkungan keraton<ref>[http://www.suaramerdeka.com/harian/0509/06/slo05.htm Rekaman Penyerbuan ke Keraton Diputar Ulang.]</ref>.
 
Akhirnya pada [[10 September]] [[2004]], KGPH. Hangabehi tetap dinobatkan sebagai raja oleh para pendukungnya di [[Keraton Surakarta]]. Kehadiran tiga sesepuh keraton, yaitu Prof. KGPH. Haryo Mataram, SHS.H., BKPHKPH. Prabuwinoto, dan GRAy. Brotodiningrat, yang merestui KGPH. Hangabehi menjadi ''Pangeran Adipati Anom'' di [[Keraton Surakarta|Petanen Krobongan Dalem Ageng Prabasuyasa]], merupakan salah satu legitimasi bertahtanya Hangabehi sebagai raja baru [[Kasunanan Surakarta]]. Ketiga sesepuh keraton tersebut juga berkenan mengawal Hangabehi ketika berjalan menuju ke Bangsal Manguntur Tangkil di [[Keraton Surakarta|Kompleks Sitihinggil Lor]] untuk menyaksikan dan merestui ''jumenengan nata'' sebagai Pakubuwana XIII, berikut disaksikan oleh sejumlah ''putra-putri dalem'', para cucu Pakubuwana XII, para bangsawan (''sentana dalem''), para abdi dalem, para duta besar negara asing, utusan-utusan dari kerajaan-kerajaan di [[Indonesia]], dan masyarakat<ref>[http://www.suaramerdeka.com/harian/0409/11/nas07.htm Gusti Behi Baca Kekancingan Jumenengan.]</ref>.
 
== Rekonsiliasi dengan KGPH. Tejowulan ==