Tritunggal: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
salin dari en
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
 
[[File:Švenčiausioji Trejybė.jpg|thumb|''Tritunggal Mahakudus'', dilukiskan oleh [[Szymon Czechowicz]] (1756–1758)]]
[[File:Shield-Trinity-Scutum-Fidei-English.svg|thumb|Diagram "[[Perisai Trinitas]]" atau ''Scutum Fidei'' mengenai simbolisme Kristen Barat abad pertengahan menurut tradisi, sejak abad ke-12.]]
 
[[Teologi KatolikKristen|Doktrin]] [[Kekristenan|Kristen]] atau Kristiani tentang '''Tritunggal''' atau '''Trinitas''' (kata [[bahasa Latin|Latin]] yang secara [[harfiah]] berarti "tiga serangkai", dari kata {{Lang|la|''trinus'', "rangkap tiga"}})<ref>[http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/trinity Oxford Dictionaries]</ref> menyatakan bahwa [[Allah dalam Kekristenan|Allah]] adalah tiga [[pribadi]]<ref>The Family Bible Encyclopedia, 1972 p. 3790</ref> atau ''[[Hipostasis (filsafat dan agama)|hipostasis]]''<ref name="Catholic_Encyclopedia" /> yang sehakikat (konsubstansial)—[[Allah Bapa|Bapa]], [[Allah Anak|Putra]] ([[Pandangan Kristen tentang Yesus|Yesus]] [[Kristus]]), dan [[Roh Kudus (Kekristenan)|Roh Kudus]]—sebagai "satu Allah dalam tiga Pribadi Ilahi". Ketiga pribadi ini berbeda, namun merupakan satu "substansi, esensi, atau kodrat" ([[homoousion|homoousios]]).<ref name="def-lateran"/> Dalam konteks ini, "kodrat" adalah ''apa'' Dia, sedangkan "pribadi" adalah ''siapa'' Dia.<ref name="thelogy-sanity"/><ref name="understanding-trinity"/><ref name="baltimore-catechism"/>
 
Menurut [[misteri suci|misteri]] sentral dari [[Iman dalam Kekristenan|keyakinan Kristen]] pada umumnya ini, hanya ada satu Allah dalam tiga pribadi: kendati berbeda satu sama lain dalam hubungan asal (sebagaimana dinyatakan dalam [[Konsili Lateran IV]], "adalah Allah yang memperanakkan, Putra yang diperanakkan, dan Roh Kudus yang dihembuskan") dan hubungan satu sama lain, namun ketiganya dinyatakan satu dalam semua yang lain, setara, sama kekalnya, dan [[konsubstansialitas|konsubstansial]], serta masing-masing adalah Allah, seutuhnya dan seluruhnya.<ref name="sysstudy"/> Karenanya seluruh karya penciptaan dan rahmat dipandang sebagai satu operasi tunggal secara bersama-sama pada keseluruhan tiga pribadi ilahi, dengan kekhususan masing-masing pribadi, sehingga segalanya berasal "dari Bapa", "melalui Putra", dan "dalam Roh Kudus".<ref name="ccc253"/>
Baris 75 ⟶ 74:
 
=== Satu Allah sebagai tiga pribadi === <!--Ditautkan dari [[Gereja Ortodoks Timur]]-->
{{Annotated image
[[File:Shield-Trinity-Scutum-Fidei-English.svg|thumb| caption = Diagram "[[Perisai Trinitas]]" atau ''Scutum Fidei'' mengenai simbolisme Kristen Barat abad pertengahan menurut tradisi, sejak abad ke-12.]]
| header =
| alt =
| image = Holy_Trinity_Template.jpg
| align = right
| image-width =300
| width =300
| height =269
| annot-font-size =
| annotations =
{{Annotation|18|25|<br/>'''[[Allah Bapa|Bapa]]'''}}
{{Annotation|240|35|'''[[Pandangan Kristen tentang Yesus|Putra]]'''}}
{{Annotation|128|208|'''[[Roh Kudus (Kekristenan)|Holy<br>Spirit]]'''}}
}}
 
Dalam doktrin Trinitaris, Allah hadir sebagai tiga pribadi atau hipostasis, tetapi satu hakikat, memiliki satu kodrat ilahi tunggal.<ref name="grudem-intro"/> Anggota-anggota Trinitas sama dalam kesetaraan dan kekekalan, satu dalam esensi, kodrat, kuasa, tindakan, dan kehendak. Sebagaimana dinyatakan dalam [[Kredo Athanasius]], Bapa tidak diciptakan, Putra tidak diciptakan, dan Roh Kudus tidak diciptakan, dan Ketiganya adalah kekal (abadi) tanpa awal mula.<ref name="athanasian-creed"/> "Bapa dan Putra dan Roh Kudus" bukan nama-nama bagian yang berbeda dari Allah, tetapi satu nama Allah<ref name="prolegomena"/> karena terdapat tiga pribadi di dalam Allah sebagai satu entitas.<ref name="Auto4B-36"/> Ketiganya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Masing-masing pribadi dipahami memiliki kodrat atau esensi yang identik, bukan sekadar kodrat-kodrat yang memiliki kemiripan.<ref name="de-smet"/>
 
Baris 80 ⟶ 95:
 
=== Perikoresis ===
[[File:THE_FIRST_COUNCIL_OF_NICEA.jpg|200px|thumb|Suatu penggambaran tentang [[Konsili Nicea]] pada tahun 325 M, tempat Ketuhanan Kristus dideklarasikan ortodoks dan [[Arianisme]] dikutuk.]]
{{main article|Perikoresis}}
[[File:THE_FIRST_COUNCIL_OF_NICEA.jpg|200px|thumb|Suatu penggambaran tentang [[Konsili Nicea]] pada tahun 325 M, tempat Ketuhanan Kristus dideklarasikan ortodoks dan [[Arianisme]] dikutuk.]]
 
[[Perikoresis]] (dari kata [[bahasa Yunani|Yunani]] yang berarti "berputar", "penyelubungan") adalah suatu istilah yang digunakan oleh beberapa teolog untuk mendeskripsikan hubungan antara anggota-anggota Trinitas. Kata Latin yang setara untuk istilah tersebut adalah ''circumincessio''. Konsep ini merujuk pada Yohanes 14–17 sebagai dasarnya, yang menuliskan peristiwa-peristiwa Yesus mengajar para murid perihal makna kepergian-Nya. Kata Yesus, Ia pergi kepada Bapa demi kepentingan mereka; sehingga Ia dapat datang kepada mereka ketika "Penolong yang lain" diberikan kepada mereka. Kemudian, kata Yesus, para murid akan tinggal di dalam diri-Nya, sebagaimana Dia tinggal di dalam Bapa dan Bapa tinggal di dalam Dia, serta Bapa di dalam mereka. Menurut teori perikoresis, hal seperti itu dapat terjadi karena pribadi-pribadi Trinitas "saling mengandung Satu Sama Lain, sehingga Yang Satu secara permanen menyelubungi, dan secara permanen diselubungi oleh, Yang Lain yang tetap Ia selubungi" ([[Hilarius dari Poitiers]], ''Mengenai Trinitas'' 3:1).<ref name="hilary-john"/>
Baris 101 ⟶ 116:
{{POV section|date=June 2016}}
 
Istilah "Trinitas imanen" berfokus pada siapa Allah; istilah "Trinitas ekonomis" berfokus pada apa yang Allah lakukan.
[[Ekonomi (agama)|Ekonomi]] ({{lang-gr|οἰκονομία}}, ''oikonomia'') Trinitas merujuk pada tindakan-tindakan Allah Tritunggal berkenaan dengan penciptaan, sejarah, keselamatan, pembentukan Gereja, kehidupan sehari-hari umat, dll. serta mendeskripsikan bagaimana Trinitas beroperasi di dalam sejarah dalam hal peranan ataupun fungsi yang dilakukan oleh masing-masing pribadi Trinitas—hubungan Allah dengan ciptaan. Trinitas yang ontologis (esensial atau [[imanen]]) berbicara tentang kehidupan di dalam Trinitas<sup>Yoh. 1:1–2</sup>—hubungan timbal balik, antara Bapa, Putra, dan Roh Kudus, satu sama lain tanpa mengacu pada hubungan Allah dengan ciptaan.
 
Menurut [[Katekismus Gereja Katolik]]:
<blockquote>Bapa-Bapa Gereja membedakan antara teologi (''theologia'') dan ekonomi (''oikonomia''). "Teologi" mengacu pada misteri kehidupan terdalam Allah di dalam Tritunggal Mahakudus; "ekonomi" mengacu pada semua karya yang dengannya Allah menyatakan Diri dan mengomunikasikan kehidupan-Nya. Melalui ''oikonomia'', ''theologia'' dinyatakan kepada kita; namun, sebaliknya, ''theologia'' menerangi seluruh ''oikonomia''. Karya Allah menyingkapkan siapa Dia dalam Diri-Nya sendiri; misteri keberadaan-Nya yang terdalam mencerahkan pemahaman kita atas semua karya-Nya. Hubungan antar pribadi manusia memiliki keserupaan: seorang manusia menyatakan dirinya dalam perbuatannya, dan semakin kita mengenal seseorang, semakin kita memahami perbuatannya.<ref>[http://www.vatican.va/archive/ccc_css/archive/catechism/p1s2c1p2.htm ''Catechism of the Catholic Church'', §236]</ref></blockquote>
 
Para teolog pra-Nicea berpendapat bahwa segala sesuatu yang dilakukan Trinitas dikerjakan bersama-sama oleh Bapa, Putra, dan Roh Kudus dalam satu kesatuan kehendak. Ketiga pribadi Trinitas selalu berkarya tanpa terpisahkan, karena selalu merupakan karya dari satu Allah. Kehendak Putra tidak dapat berbeda dengan kehendak Bapa karena merupakan kehendak Bapa. Ketiganya memiliki satu kehendak sebagaimana Ketiganya memiliki satu hakikat, sebab Ketiganya adalah satu Allah. Menurut [[Phillip Cary]], sama sekali tidak akan ada Trinitas seandainya terdapat hubungan komando dan kepatuhan antara Bapa dan Putra, melainkan tiga Tuhan.<ref name="priscilla20"/> Mengenai hal itu St. Basilius mengatakan, "Ketika kemudian Ia mengatakan, 'Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri', dan lagi, 'Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku', dan 'firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku', dan pada bagian lain, 'Aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan Bapa kepada-Ku', ini bukan karena Ia tidak memiliki maksud intensional ataupun kuasa inisiasi, bukan juga karena Ia harus menunggu indikasi-kunci yang telah dipastikan sebelumnya, sehingga Ia menggunakan bahasa semacam ini. Tujuan Dia adalah menyampaikan kejelasan bahwa kehendak-Nya sendiri terhubung dengan persatuan yang tak terpisahkan dengan Bapa. Jangan kemudian kita memahami apa yang disebut 'perintah' sebagai suatu mandat yang harus ditaati yang disampaikan oleh organ-organ bicara, dan memberi perintah kepada Putra, seperti kepada subordinasi, mengenai apa yang Dia harus lakukan. Sebaliknya, dalam pengertian yang tepat tentang Ketuhanan, mari kita melihat suatu transmisi kehendak, seperti pantulan sebuah objek di cermin, berlalu tanpa indikasi waktu dari Bapa kepada Putra."<ref name="despiritu"/>
Baris 107 ⟶ 125:
[[File:Hierarch panagia episcopi cropped.jpg|thumb|upright|[[Fresko]] Yunani [[Athanasius dari Aleksandria]], arsitek utama [[Kredo Nicea]] yang dirumuskan di Nicea.]]
 
Sama[[Athanasius|Atanasius sepertidari AthanasiusAleksandria]] menjelaskan bahwa Putra dan Bapa adalah satu kekekalan dalam hakikat/kodrat, Putra menjadi subordinasi Bapa secara sukarela dan temporal dalam pelayanan [[inkarnasi]]-Nya.<ref name="athanasius3"/> Menurutnya, karakteristik-karakteristik manusia tersebut tidak untuk ditelusuri kembali ke dalam Trinitas yang kekal. Demikian pula [[Bapa-bapa Kapadokia]] juga menegaskan bahwa tidak ada ketidaksamaan tindakan''oikonomi'' di dalam Trinitas. Kata Basilius, "Kita memandang operasi dari Bapa, Putra, dan Roh Kudus menjadiadalah satu dan sama, tidak dalam aspek yang menunjukkan perbedaan atau variasi; dari identitas operasi ini kita tentu menyimpulkan kesatuan kodrat."<ref name="basil"/>
Saat menjelaskan mengapa Alkitab berbicara tentang Putra sebagai subordinasi Bapa, [[Athanasius]] berpendapat bahwa kitab suci memberikan suatu "akun ganda" mengenai putra dari Allah—yang satu tentang subordinasi sukarela dan temporal dalam [[inkarnasi]], dan yang lain tentang status ilahi yang kekal.<ref name="athanasius3"/> Bagi Athanasius, Putra pada hakikatnya satu dalam kekekalan dengan Bapa, secara temporal dan sukarela menjadi subordinasi dalam karya inkarnasi-Nya. Menurutnya, karakteristik-karakteristik manusia semacam itu tidak untuk ditelusuri kembali ke dalam Trinitas yang kekal.
 
Teori tradisional "apropriasi" mencakup penghubungan sejumlah nama, kualitas, ataupun operasi pada salah satu dari Pribadi Trinitas, namun, bukan mengesampingkan yang lainnya, tetapi dalam preferensi pada yang lainnya. Teori tersebut dibentuk oleh para Bapa Latin dari abad ke-4 dan ke-5, khususnya [[Hilarius dari Poitiers]], [[Agustinus dari Hippo|Agustinus]], dan [[Leo Agung]]. Pada Abad Pertengahan, teori tersebut secara sistematis diajarkan oleh [[Skolastisisme|para akademisi]] seperti [[Bonaventura]].<ref>[http://www.newadvent.org/cathen/01658a.htm Sauvage, George. "Appropriation." The Catholic Encyclopedia] Vol. 1. New York: Robert Appleton Company, 1907. 20 October 2016</ref>
Sama seperti Athanasius, [[Bapa-bapa Kapadokia]] juga menegaskan bahwa tidak ada ketidaksamaan tindakan di dalam Trinitas. Kata Basilius, "Kita memandang operasi dari Bapa, Putra, dan Roh Kudus menjadi satu dan sama, tidak dalam aspek yang menunjukkan perbedaan atau variasi; dari identitas operasi ini kita tentu menyimpulkan kesatuan kodrat."<ref name="basil"/>
 
[[Roger E. Olson]] mengatakan kalau sejumlah teolog evangelikal memegang pandangan bahwa terdapat suatu hierarki otoritas dalam Trinitas dengan Putra sebagai subordinasi Bapa: "Injil Yohanes membuat hal ini jelas karena Yesus berulang kali menyebutkan bahwa Ia datang untuk melakukan kehendak Bapa."<ref name=Olsen>[http://www.patheos.com/blogs/rogereolson/2011/12/is-there-hierarchy-in-the-trinity-a-series-on-a-contemporary-evangelical-controversy/ Olsen, Roger E., "Is there hierarchy in the Trinity?", ''Patheos'', December 8, 2011]</ref> Namun, Olsen mengingatkan bahwa hierarki dalam "Trinitas ekonomis" perlu dibedakan dari "Trinitas imanen". Ia mengutip para Bapa Kapadokia, "Bapa adalah sumber atau 'mata air' keilahian di dalam Ketuhanan; Putra dan Roh memperoleh keilahian mereka dari Bapa dalam kekekalan (sehingga tidak ada pertanyaan tentang ketidaksetaraan kodrat). Analogi favorit mereka adalah matahari beserta panas dan cahayanya. Tidak ada yang membayangkan matahari tanpa panas dan cahayanya, namun matahari merupakan sumber dari keduanya."<ref name=Olsen/>
[[Agustinus]] juga menolak pandangan mengenai hierarki tindakan di dalam Trinitas. Ia mengklaim bahwa ketiga pribadi Trinitas "berbagi kesetaraan yang tak terpisahkan satu substansi yang hadir dalam kesatuan ilahi".<ref name="de-trinitate2"/> Karena ketiga pribadi adalah satu dalam kehidupan rohani, maka dapat diartikan bahwa bagi Agustinus karya-karya ketiga pribadi Trinitas di dunia ini adalah satu. Dengan demikian dianggap sebagai hal yang mustahil pandangan yang menyebutkan bahwa Agustinus berbicara mengenai Bapa yang memerintah dan Putra yang menaati seakan dapat terjadi pertentangan kehendak di dalam Trinitas yang kekal.
 
[[B.B. Warfield|Benjamin B. Warfield]] melihat suatu prinsip subordinasi dalam "modus operandi" Trinitas, namun juga enggan menganggap hal yang sama pada "modus subsistensi" dalam kaitan antara satu dengan yang lainnya. Sambil mengingatkan bahwa adalah wajar untuk melihat suatu subordinasi dalam fungsi sebagai cerminan suatu subordinasi serupa dalam substansi, ia mengemukakan bahwa hal ini mungkin merupakan hasil dari "...suatu kesepakatan oleh Pribadi-Pribadi Trinitas—suatu 'Perjanjian' sebagaimana itu disebut secara teknis—yang karenanya suatu fungsi berbeda dalam karya penebusan diemban oleh masing-masing."<ref>[https://books.google.com/books?id=HX4PAAAAYAAJ&pg=PA3012&hl=en#v=onepage&q&f=false Warfield, Benjamin B., "Trinity", § 20, The Question of Subordination, ''The International Standard Bible Encyclopaedia, Vol. 5, (James Orr, ed.), Howard-Severance Company, 1915, pp.3020-3021]</ref>
[[Yohanes Calvin]] juga berbicara panjang lebar mengenai doktrin Trinitas. Sebagaimana Athanasius dan Agustinus sebelumnya, ia menyimpulkan bahwa Filipi 2:4–11 menjelaskan bagaimana kitab suci harus dibaca dengan benar. Menurutnya, ketaatan Putra terbatas pada inkarnasi dan merupakan indikasi kemanusiaan sejati Putra untuk keselamatan manusia.<ref name="vanburen"/>
 
Banyak dari pokok bahasan ini yang terangkum dalam [[Kredo Athanasius]]. Kredo tersebut menekankan kesatuan Trinitas dan kesetaraan pribadi-pribadi Trinitas, mengatribusikan kesetaraan keilahian, keagungan, dan kewenangan pada ketiga pribadi. Ketiganya disebut sebagai "mahakuasa" dan "Tuhan" (tidak ada subordinasi dalam kewenangan; "tidak ada yang sebelum ataupun setelah yang lain" (tidak ada pengurutan hierarkis); dan "tidak ada yang lebih besar, ataupun lebih kecil daripada yang lain" (tidak ada subordinasi hakikat atau kodrat).
 
Teolog Katolik [[Karl Rahner]] lebih jauh mengatakan:
<blockquote>Trinitas yang "ekonomis" adalah Trinitas yang "imanen" dan Trinitas yang "imanen" adalah Trinitas yang "ekonomis".<ref name="rahner"/></blockquote>
 
=== Aspek politis ===
Baris 182 ⟶ 195:
Pada akhir abad ke-15, berbagai representasi yang lebih besar, selain Takhta Kerahiman, secara efektif dibakukan: suatu figur yang lebih tua dengan jubah polos menunjukkan Bapa, Putra dengan torso yang sebagian telanjang untuk memperlihatkan luka-luka [[Kisah Sengsara (Kekristenan)|Sengsara]]-Nya, serta Sang Merpati di atas atau di sekitar Bapa dan Putra. Dalam representasi-representasi sebelumnya, baik Bapa (khususnya) maupun Putra seringkali mengenakan mahkota dan jubah yang kompleks. Terkadang Bapa sendiri yang mengenakan mahkota, atau bahkan [[tiara kepausan]].
 
=== Galeri gambar ===
<gallery>
File:France Paris St-Denis Trinity-CROPPED.jpg|Penggambaran Trinitas dari [[Basilika St Denis]] di Paris (abad ke-12)
Baris 223 ⟶ 237:
}}</ref>}}
 
Terdapat beragam interpretasi atas ayat-ayat tersebut oleh para akademisi modern.<ref name="EoQ"/><ref name="Sirry">{{cite book|author=Mun'im Sirry|title=Scriptural Polemics: The Qur'an and Other Religions|date=1 May 2014|publisher=Oxford University Press}}</ref> Ayat 5:73 diinterpretasikan sebagai suatu kritik yang mungkin ditujukan pada literatur Siria yang menyebut Yesus sebagai "yang ketiga dari yang tiga" ("''the third of the three''" menurut terjemahan Inggris atas Surah 5:73) dan dengan demikian menolak pandangan bahwa Yesus adalah ilahi.<ref name="CC">S. Griffith: ''Christians and Christianity''.</ref> Mengenai ayat 5:116, beberapa akademisi menuliskan bahwa versi dari konsep "Trinitas" yang disampaikan Al-Qur'an sepertinya adalah Allah, Yesus, dan [[Maria]]; dan bahwa ini bukan suatu deskripsi dari keyakinan Kristen ortodoks, yang memandang Roh Kudus sebagai pribadi ketiga dari Trinitas.

Edward Hulmes menuliskan:
<blockquote>Penafsiran Al-Qur'an tentang ortodoksi trinitaris sebagai keyakinan di dalam Bapa, Putra, dan Perawan Maria, kemungkinan lebih karena suatu pengenalan akan peran yang diberikan oleh umat Kristen setempat (lih. [[Koliridianisme]]) kepada Maria sebagai ibu dalam arti khusus daripada suatu kesalahpahaman akan Perjanjian Baru itu sendiri.<ref name="oxford">Edward Hulmes: ''Qur'an and the Bible, The''; entry in the ''Oxford Companion to the Bible''.</ref></blockquote>
 
Baris 310 ⟶ 326:
<ref name="athanasius3">Athanasius, 3.29 (p. 409)</ref>
<ref name="basil">Basil "Letters", NPNF, Vol 8, 189.7 (p. 32)</ref>
<ref name="de-trinitate2">Hill, De Trinitate, 2.15</ref>
<ref name="vanburen">P. van Buren, Christ in Our Place (Grand Rapids: Eerdmans, 1957), p. 38</ref>
<ref name="rahner">K. Rahner, [https://books.google.com/books?id=HjXG4FEr_J0C ''The Trinity''] (Herder & Herder:1970) [https://books.google.com/books?id=HjXG4FEr_J0C&pg=PA22&dq=%22might+be+formulated+as+follows%22&hl=it&sa=X&ei=WMJdT-78HcaZOpK0iPcM&redir_esc=y#v=onepage&q=%22might%20be%20formulated%20as%20follows%22&f=false p.22]</ref>
<ref name="Rusch 1980 2">{{cite book|editor-last=Rusch|editor-first=William G.|chapter=Introduction|last=Rusch|first=William G.|title=The Trinitarian Controversy|year=1980|publisher=[[Fortress Press]]{{subscription required}}|location=Minneapolis|url=http://www.questia.com/library/119008634/the-trinitarian-controversy|page=2}}</ref>
<ref name="britannica-nt">"Neither the word Trinity nor the explicit doctrine appears in the New Testament ... the New Testament established the basis for the doctrine of the Trinity"[http://www.britannica.com/eb/article-9073399/Trinity (Encyclopædia Britannica Online: article ''Trinity'').]</ref>