Affandi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- tapi + tetapi)
Baris 71:
Pada tahun [[1943]], Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat Serangkai—yang terdiri dari Ir. [[Soekarno]], Drs. Mohammad [[Hatta]], [[Ki Hajar Dewantara]], dan [[Kyai Haji Mas Mansyur]]—memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana dan [[S. Soedjojono]] sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan Bung Karno.
[[Berkas:Boeng, ajo, Boeng! karya Affandi (foto dokumen oleh Dgi.or.id).jpg|thumb|left|280px|Poster propaganda ''Boeng, ajo, Boeng!'' karya Affandi, 1945]]
Ketika republik ini diproklamasikan [[1945]], banyak pelukis ambil bagian. Gerbong-gerbong kereta dan tembok-tembok ditulisi antara lain "Merdeka atau mati!". Kata-kata itu diambil dari penutup pidato [[Soekarno|Bung Karno]], ''[[Lahirnya Pancasila]]'', [[1 Juni]] 1945. Saat itulah, Affandi mendapat tugas membuat poster. Poster yang merupakan ide [[Soekarno]] itu menggambarkan seseorang yang dirantai tapitetapi rantainya sudah putus. Yang dijadikan model adalah pelukis [[Dullah]]. Kata-kata yang dituliskan di poster itu ("Bung, ayo bung") merupakan usulan dari penyair [[Chairil Anwar]]. Sekelompok pelukis siang-malam memperbanyaknya dan dikirim ke daerah-daerah.
 
Bakat melukis yang menonjol pada diri Affandi pernah menorehkan cerita menarik dalam kehidupannya. Suatu saat, dia pernah mendapat beasiswa untuk kuliah melukis di [[Santiniketan]], [[India]], suatu akademi yang didirikan oleh [[Rabindranath Tagore]]. Ketika telah tiba di India, dia ditolak dengan alasan bahwa dia dipandang sudah tidak memerlukan pendidikan melukis lagi. Akhirnya biaya beasiswa yang telah diterimanya digunakan untuk mengadakan pameran keliling negeri India.
Baris 83:
Pada tahun enampuluhan, gerakan anti imperialis AS sedang mengagresi [[Vietnam]] cukup gencar. Juga anti kebudayaan AS yang disebut sebagai 'kebudayaan imperialis'. Film-film Amerika, diboikot di negeri ini. Waktu itu Affandi mendapat undangan untuk pameran di gedung USIS Jakarta. Dan Affandi pun, pameran di sana.
 
Ketika sekelompok pelukis Lekra berkumpul, ada yang mempersoalkan. Mengapa Affandi yang pimpinan Lekra kok pameran di tempat perwakilan agresor itu. Menanggapi persoalan ini, ada yang nyeletuk: "Pak Affandi memang pimpinan Lekra, tapitetapi dia tak bisa membedakan antara Lekra dengan Lepra!" kata teman itu dengan kalem. Keruan saja semua tertawa.
 
Meski sudah melanglangbuana ke berbagai negara, Affandi dikenal sebagai sosok yang sederhana dan suka merendah. Pelukis yang kesukaannya makan nasi dengan tempe bakar ini mempunyai idola yang terbilang tak lazim. Orang-orang lain bila memilih wayang untuk idola, biasanya memilih yang bagus, ganteng, gagah, bijak, seperti; Arjuna, Gatutkaca, Bima, Krisna.