Gereja Santo Yohanes Rasul, Kedaton: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 32:
|address=
}}
'''Paroki St. Yohanes Rasul, Kedaton''' adalah salah satu [[Gereja Katolik|gereja Katolik]] di bawah naungan [[Keuskupan Tanjungkarang]]. Gereja ini diberkati oleh [[Albert Hermelink Gentiaras|Mgr. Hermelink]] pada saat perayaan [[Kamis Putih]], tanggal [[7 April]] [[1971]] <ref>[http://www.keuskupantanjungkarang.org Website resmi Keuskupan Tanjungkarang]</ref> . Gereja ini terletak di [[Kedaton, Bandar Lampung|Kecamatan Kedaton]], [[Bandar Lampung|Kota Bandar Lampung]], [[Lampung]].
 
== Sejarah awal ==
Baris 40:
=== Penolakan beberapa pihak ===
 
Pada tanggal [[5 Agustus]] [[1970]], unjukrasa pun terjadi di depan halaman pembangunan gereja. Mereka menyatakan ketidaksetujuan atas pembangunan gereja tersebut dengan mengeluarkan Surat Pernyataan Tidak Setuju. Meskipun sebenarnya pihak panitia telah mendapat izin resmi dari Ketua RT sampai ke Camat Kedaton, bahkan juga telah mendaftar ke [[Kantor Urusan Agama]]. [[Izin Mendirikan Bangunan]] juga telah diajukan oleh Pastor Boeren pada [[Bupati]] [[Kabupaten Lampung Selatan|Lampung Selatan]] pada [[11 Juli]] [[1970]]. Maka panitia pun terpaksa memberhentikan pekerjaan tersebut untuk sementara waktu. Padahal saat itu, gereja yang saat itu diperkirakan berdaya tampung 400 jemaat, telah berbentuk. Pada [[24 Agustus]] [[1970]], Camat Kedaton, menyurati Panitia agar pekerjaan tidak dilanjutkan. Panitia boleh melanjutkan asal mendapat izin dari [[Bupati]] terlebih dahulu. Mendengar hal tersebut, Kepala Bagian Urusan Katolik saat itu, FX Soedar Adiwasito pun membantu. Bupati pun dihubungi pada [[29 September]] [[1970]]. Karena juga belum ada tanggapan, [[Albert Hermelink Gentiaras|Mgr. Hermelink]] pun mengirim surat kepada Gubernur pada [[2 November]] [[1970]]. Beberapa bulan setelah itu, Bupati Lampung Selatan menerbitkan [[Izin Mendirikan Bangunan|IMB]] per tanggal [[19 Januari]] [[1971]]. Dengan demikian tak ada lagi persoalan dalam hal legalitas gedung gereja ini. Sekitar dua minggu kemudian, datanglah penolakan yang kedua kalinya. Tepatnya pada [[31 Januari]] [[1971]], hari Minggu, sekitar jam 10 pagi. Terjadilah unjuk raga yang ditandai dengan besarnya kekerasan yang terjadi. Tetapi pihak gereja tidak melakukan reaksi melawan. Seorang ABRI beragama Katolik, Serda Latman, segera menemui para pengujuk rasa tersebut. Ia pun berhasil menghentikan kebringasan mereka. Panitia pun cepat – cepat melapor ke Putepra dan Polsek Kedaton. Setelah dilapori, para pelaku pun ditangkap dan diperiksa. Panitia akhirnya meminta jaminan keamanan terhadap pembangunan kompleks ini. Pembangunan pun dapat dilanjutkan.
 
=== Penyelesaian dan pemberkatan ===
Baris 46:
Akhirnya pembangunan dilanjutkan hingga selesai. Lalu gedung diisi dengan berbagai perlengkapan sebagai mana umumnya sebuah gereja. Halaman depan diberi pagar tralis. Selain bangunan gereja, Panitia juga membangun Pastoran, dan rumah untuk koster. Jaringan telepon pun dibangun, dan saluran tersebut merupakan saluran telepon pertama di sepanjang jalan tersebut. Pada perayaan [[Kamis Putih]], [[7 April]] [[1971]], gereja tersebut diberkati langsung oleh [[Albert Hermelink Gentiaras|Bapa Uskup Hermelink]]. Kepadatan gereja Katedral pun berkurang, karena umat Kedaton dan sekitarnya sudah bisa mengikuti misa di sebuah gereja baru. Namanya pun telah dipilih dan ditetapkan yaitu ‘’’Gereja Santo Yohanes Rasul’’’. Pada malam setelah perayaan pemberkatan gereja, para umat mengikuti Tuguran, meski saat itu hujan turun cukup lebat. Misa [[Jumat Agung]], [[Malam Paskah]] dan [[Paskah|Hari Raya Paskah]] dilangsungkan dengan sangat meriah.
 
== Pembangunan Gereja Baru ==
{{multiple image
| direction = horizontal
Baris 58:
Dengan ide desain dari RD. Ferdinando Pecoraro, dan ditangani oleh Ir. Henri Hosana, maka pada [[1993]] pekerjaan fisik pun dimulai. Para pekerja sudah mulai melakukan pekerjaannya masing-masing. Jadilah dalam suatu waktu, di sekitar awal [[1996]], terlihatlah pemandangan lucu. Ada sebuah gereja besar ingin melahap sebuah gereja kecil di depannya. Supaya urusan tak bertambah rumit, maka akhirnya gereja kecil atau gereja lama tersebut diratakan dengan tanah. Pembangunan ini pun juga diwarnai dengan beberapa unjuk rasa, tetapi semua itu bersifat kecil dan tidak radikal. Sementara masalah dari internal yaitu, membengkaknya dana pembangunan gereja ini. Tetapi ternyata semuanya itu ada penyelesaiannya. Maka pembangunan pun diteruskan, hingga akhirnya selesai pada [[1997]]. Gereja baru inilah yang sampai saat ini digunakan oleh umat Paroki Kedaton. Tetapi pembangunan pun belum usai, masih ada pastoran dan wisma gita yang harus diperbaiki. Hingga akhirnya dibangunlah sebuah pastoran baru di sebelah kiri gereja saat ini.
 
=== Gaya arsitektur gereja baru ===
[[Berkas:RD. Ferdinando L. Pecoraro.jpg|150px|jmpl|ka|RD. Ferdinando L. Pecoraro MEP, penggagas ide bentuk bangunan gereja baru]]
Gereja baru ini berbentuk seperti setengah gunung. Di depan bentuknya seperti kerucut, tetapi di belakang bentuknya rata. Jadi, bentuknya bukanlah kerucut sempurna. Gaya atapnya seperti gunung dengan tiga permukaan yang masing-masing ukuran luasnya berbeda. Bentuk gereja ini diilihami dari ide RD. Ferdinando Pecoraro yang bentuknya direalisasikan oleh Ir. Henri Hosana. Selain bagian tengah gereja yang menghadap langsung ke depan [[altar]], sebelah kiri dan sebelah kanan [[altar]] juga terdapat tempat duduk umat yaitu sayap kiri dan sayap kanan. Gereja ini dapat menampung kira-kira 500 – 750 umat yang dapat duduk di dalam gereja. Gereja ini juga mengadopsi bentuk tradisional Jawa yang terlihat dari bentuk atapnya. Pada puncak atapnya terdapat sebuah [[salib]].
Baris 71:
Pada tahun kedua setelah diberkati, Gereja juga telah berusaha untuk memperluas kompleks dengan membeli sebuah rumah di samping kiri pastoran. Pada Maret 1975, Pastor [[Andreas Henrisusanta]] dan Pastor Boeren membeli tanah, yang letaknya kebetulan berhadapan langsung dengan gereja ini. Tanah inilah yang sekarang menjadi lahan parkir, dan rumahnya dijadikan tempat pembelajaran untuk pra komuni atau disebut dengan sekolah minggu. Luas tanah tersebut 450 meter persegi. Dua tahun kemudian dibeli pula sebidang tanah di samping kiri pastoran sekitar 250 meter persegi. Pada Mei 1989, tanah dan rumah di samping kanan gereja, seeluas 1.300 meter persegi juga dibeli. Semua upaya tersebut dilakukan demi perluasan lahan gereja. Terakhir pada November 1994, dibeli pula tanah di Gang Salak, dengan luas 250 meter persegi. Pada masa sekitar awal kehadiran Romo Paul Billaud (tahun 1986) jumlah umat sekitar Kedaton dan Sukarame saja hampir 2.000 orang. Daya tampung gereja juga tak memadai lagi. Setiap kali [[misa]] mingguan saja, umat yang datang terlambat terpaksa duduk di luar gereja. Gerejapun memasang bangku – bangku darurat. Di kota [[Bandar Lampung]] juga terjadi ledakan jumlah penduduk, yang menyebabkan bertambahnya umat Katolik dimana – mana.Tentu mereka merasa perlu untuk datang ke gereja. Pada 1990, Romo Paul beserta para tokoh, mulai berbicara mengenai kemungkinan untuk merehab gereja. Lalu kepanitiaan dibentuk pada [[1 Maret]] [[1990]]. Dana untuk rehab didapatkan dari sumbangan, sumbangan kring secara rutin sesuai kemampuan kring masing-masing, dan juga kolekte yang diadakan dua kali; yang pertama bersifat rutin dan yang kedua khusus untuk dana pembangunan gereja. Pada tahun [[1993]] pekerjaan fisik pun dimulai. Namun rintangan pun terjadi lagi, yaitu bengkaknya dana dan juga unjuk rasa. Namun semuanya bisa diselesaikan. Maka pembangunannya dilanjutkan hingga akhirnya rampung, pada tahun [[1997]]. Dan diberkati oleh Uskup yang juga bekas Pastor Paroki Kedaton yaitu [[Andreas Henrisusanta|Mgr. Andreas Henrisusanta]] pada tanggal [[5 Januari]] [[1997]]. Hari pemberkatan itu juga bertepatan dengan ‘’Hari Raya Epifani’’ yaitu Hari Raya ‘’Kristus Cahaya semua Bangsa’’. [[Prasasti]] peringatan pun ditandatangani oleh Uskup sendiri dan [[Walikota]] [[Kota Bandar Lampung|Bandar Lampung]] saat itu, [[Soeharto (walikota Bandar Lampung)|Soeharto]]. <ref>''Dinamika Umat Gereja St. Yohanes Rasul Th. 1997'', Keuskupan Tanjungkarang</ref>
 
== Bangunan dan Gedung ==
Secara keseluruhan, kompleks ini terdiri dari tiga gedung utama, yaitu :
* Gereja pada bagian tengah
Baris 85:
Sementara Sakristi terdapat di sebelah kanan dalam Gereja dan menyambung dengan Wisma Sriti.
 
=== Lahan Parkir ===
Pada umumnya, umat Paroki tidak terlalu pusing dengan lahan parkir. Pada Minggu Biasa, paving block yang cukup luas di depan gereja biasanya menjadi lahan parkir untuk mobil dan sepeda moto parkir di bawah. Jika misa minggu biasa agak ramai, tanah di rumah seberang juga dapat menjadi lahan parkir. Jika, saat perayaan khusus seperti Malam Paskah, Malam Natal, dan Perayaan besar lainnya. paving block di depan gereja biasanya digunakan untuk tempat duduk umat, karena jika hanya menggunakan kursi di dalam gereja tentu tidak cukup. Maka parkir mobil dialihkan ke sebuah lapangan baru di belakang gereja yang telah dibeli oleh Gereja.
 
== Pastor ==
Berikut adalah pastor dan diakon di Paroki St. Yohanes Rasul :
{| class="wikitable"
Baris 105:
|}
 
== Stasi di bawah Naungan Paroki ==
Sebagaimana sebuah Paroki, tentu terdiri atas beberapa stasi. Berikut beberapa stasi di bawah Paroki St. Yohanes Rasul Kedaton :
* Stasi Kedaton (Gereja St. Yohanes Rasul)
Baris 115:
* Stasi Jatiharjo
 
== Stasi Kedaton ==
Dahulu Stasi ini disebut '''''Stasi Pusat Kedaton''''' karena Sekretariat Paroki terdapat di Stasi ini. Namun penamaannya kini diganti hanya menjadi Stasi Kedaton. Stasi dipimpin oleh Ketua Dewan Stasi dan Pengurus Lainnya. Di stasi ini pula, terdapat bangunan gereja yang merupakan pusat dari stasi - stasi lainnya.
=== Lingkungan ===
Sampai saat ini terdapat 26 Lingkungan ''(dulu disebut Kring)'' di Stasi Kedaton Pusat. Nama lingkungan diambil dari nama - nama orang kudus (santo/santa) pelindung :
# Lingkungan St. Agustinus
Baris 146:
# Lingkungan St. Yoseph
 
=== FIDES ===
[[Berkas:FIDES-MariBergaulKedaton.jpg|250px|jmpl|ka|'''FIDES''' (sebelah kiri) dan '''Mari Bergaul''' (sebelah kanan)]]
'''FIDES''' ''(merupakan singkatan dari '''Forum Informasi Denyut Evangelisasi Stasi''')'' merupakan sebuah kertas pengumuman yang dibagikan setiap minggunya di Stasi Kedaton. Istilah '''''FIDES''''' diambil dari tata bahasa Latin yang berarti '''Iman'''<ref>https://translate.google.com/#la/id/Fides</ref>. Biasanya FIDES terdiri dari :
Baris 167:
** Kegiatan Pembangunan Gereja
=== Mari Bergaul ===
Mari Bergaul merupakan Brosur Orang Muda Katolik (OMK) Stasi Kedaton. Biasanya terbit setiap bulan dan berisi Berbagai kegiatan OMK Stasi Kedaton dan Opini OMK.
 
=== Paduan Suara ===
Sebagaimana halnya sebuah misa pastilah dibutuhkan Paduan Suara atau yang sering disebut ''Koor''. Di Stasi Kedaton, setiap Lingkungan diwajibkan menjadi petugas liturgi, Lektor, Pemazmur, dan juga Koor. Adapun Koor Lingkungan di Stasi ialah 24 Koor Lingkungan. Meskipun demikian, banyak juga orang lain yang membuat sebuah komunitas Paduan Suara tersendiri, karena mereka merasa ingin mengisi waktu luang mereka dengan kegiatan positif seperti bernyanyi. Adapun Paduan Suara selain lingkungan di Stasi Kedaton ialah :
* PS Caritas
Baris 190:
* PS [[SMA Fransiskus Bandar Lampung]]
 
=== Jadwal Misa ===
Berikut Jadwal misa di Paroki St. Yohanes Rasul, Kedaton <ref>http://www.imankatolik.or.id/tanjung.html</ref> :
{| class="wikitable"
Baris 207:
|}
 
== Galeri ==
<gallery>
GerejaST.YohanesRasul20Sept.2015.jpg|Gereja diambil dari Gerbang Utama
Baris 213:
WismaSritiKedaton.jpg|Wisma Sriti
</gallery>
== Referensi ==
{{reflist}}