Mangkunegara VII: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
Kembangraps (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 68:
 
== Biografi ==
Mangkunegara VII, dikenal pada zamannya sebagai bangsawan modern yang berkontribusi banyak terhadap kelangsungan kebudayaan Jawa dan gerakan kebangkitan nasional Indonesia. Ia sempat mengenyam pendidikan di [[Universitas Leiden]] di Belanda selama tiga tahun, sebelum pulang ke Indonesia untuk menggantikan pamannya, Mangkunegara VI yang mengundurkan diri tahun [[1916]].
 
Semangat Mangkunegara VII untuk mencari ilmu pengetahuan sudah tampak sejak muda, ketika pamannya [[Mangkunegara VI]] melarangnya untuk masuk [[HBS]], ia memilih untuk berkelana dan menjalani hidup di luar keraton; menjadi penerjemah bahasa Belanda-Jawa dan mantri di tingkat kabupaten. Sedangkan kecintaannya terhadap budaya Jawa ditunjukkan melalui peranannya yang aktif dalam mendirikan lembaga studi ''Cultuur-Wijsgeerige Studiekring'' (Lingkar Studi Filosofi-Budaya) dan lembaga kebudayaan Jawa ''Java-Instituut'', tidak luput juga karya ilmiahnya tentang simbolisme [[wayang]] ''Over de wajang-koelit (poerwa) in het algemeen en over de daarin voorkomende symbolische en mystieke elementen'' (1920).
 
Ia juga turut menjadiadalah tokoh di dalam organisasi pergerakan nasional [[Boedi Oetomo]] dan penasihat di organisasi pelajar [[Jong Java]]. Pada tahun [[1933]], ia memprakarsai didirikannya radio pribumi pertama di Indonesia yaitu SRV (''Solosche Radio Vereniging'') yang memancarkan program-program dalam [[bahasa Jawa]].
 
Selain itu ia juga seorang perwira [[KNIL]] dengan jabatan [[Kolonel]] pada masa hidupnya, dengan jabatan ini ia juga merangkap sebagai komandan [[Legiun Mangkunegaran]], sebuah tentara kecil yang terdiri dari prajurit Mangkunegaran.
 
Atas jasa-jasanya dalam memajukan kebudayaan Jawa, khususnya di kawasan eks-Mangkunegaran, Mangkunegara VII dianugerahi [[Bintang Budaya Parama Dharma]] secara anumerta oleh Pemerintah RI melalui Keppres RI nomor 66/TK/ Tahun 2016 yang diserahkan oleh Presiden [[Joko Widodo]] kepada perwakilan kerabatnya ([[Retno Satoeti Yamin]], yang adalah cucunya).
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Prins Mangkoe Negoro VII presenteert zichzelf aan het officierenkorps TMnr 10001959.jpg|thumb|200px|Mangkunegara VII, menerima laporan dari korps perwira Legiun Mangkunegaran di pendopo [[Pura Mangkunegaran]].]]
 
MN VII wafat pada tahun 1944 dan dimakamkan di [[Astana Girilayu]], [[Kabupaten Karanganyar]].
 
== Referensi ==