The Jakarta Post: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 22:
== Sejarah ==
 
=== Pendirian dan pengembangan ===
[[Berkas:The Jakarta Post logo.svg|thumb|200px|Mantan logo ''The Jakarta Post''. Digunakan sampai 31 Maret 2016.]]
The Jakarta Post merupakan gagasan dari Menteri InformasiPenerangan [[Ali MurtopoMoertopo]] dan politikus [[Jusuf Wanandi]]. MurtopoMoertopo dan Wanandi kecewa pada bias yang dirasakan terhadap Indonesia dalam sumber-sumber berita asing.{{sfn|Tarrant|2008|p=47}} Pada saat itu, ada dua harian berbahasa Inggris, ''Indonesia Times'' dan ''Indonesian Observer''.{{sfn|Siagian 2003, Grabbed at the creation}} Namun, karena persepsi publik yang negatif mengenai koran yang ada mereka memutuskan untuk membuat yang baru. Dalam rangka untuk memastikan kredibilitas, keduanya sepakat untuk meyakinkan sekelompok koran yang bersaing (''[[Suara Karya]]'' yang didukung [[Golkar]], ''[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]'' milik Katolik, ''[[Sinar Harapan]]'' milik Protestan, dan mingguan ''[[Tempo (majalah)|Tempo]]'') untuk menyokong koran yang baru lahir ini.{{sfn|Tarrant|2008|p=47}} Koran ini diharapkan menjadi kertas berkualitas berbahasa Inggris, mirip dengan ''[[The Straits Times]]'' di [[Singapura]], ''[[Bangkok Post]]'' di [[Thailand]], dan ''[[New Straits Times]]'' di Malaysia.{{sfn|Tarrant|2008|p=67}}
 
Setelah mendirikan PT Bina Media Tenggara untuk mendukung koran ini,{{sfn|The Jakarta Post, The Jakarta Post}} Wanandi menghabiskan beberapa bulan menghubungi tokoh-tokoh berpengaruh di koran yang ditargetkan. Untuk menerima kerja sama mereka, ''Kompas'' meminta bagian 25 persen di surat kabar baru, untuk menangani operasi bisnis sehari-hari, seperti pencetakan, sirkulasi, dan iklan. ''Tempo'' menawarkan untuk membantu dengan manajemen dengan imbalan 15 persen, sementara [[Sabam Siagian]] dari ''Sinar Harapan'' dipekerjakan sebagai pemimpin redaksi pertama, untuk itu Sinar Harapan menerima saham. Pembentukan koran selanjutnya dibantu oleh Menteri Penerangan [[Harmoko]], yang menerima bunga 5 persen untuk perannya dalam memperoleh lisensi. Secara total, biaya awal mencapai [[Rupiah|Rp]]500 juta (US$700.000 pada saat itu).{{sfn|Tarrant|2008|pp=54–56}} [[Muhammad Chudori]], ko-pendiri ''The Jakarta Post'' yang sebelumnya menjadi wartawan untuk [[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|Antara]], menjadi [[manajer umum]] pertama dari koran ini.{{sfn|The Jakarta Post 2013, Senior journalist}}
 
== Edisi dan terbitan lain ==