Pertempuran Badar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Naval Scene (bicara | kontrib)
Menolak 9 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 10337795 oleh Naval Scene: batalkan perubahan, penambahan gelar tersebut tidak perlu/tidak sesuai standar Wikipedia
Baris 16:
|casualties1=14 tewas
|casualties2=50-70 tewas<br />43-70 tertawan}}
{{Pertempuran Muhammad}}
'''Pertempuran Badar''' ([[bahasa Arab]]: <font size=4>'''غزوة بدر'''</font>, ''ghazwāt badr''), adalah pertempuran besar pertama antara umat [[Islam]] melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 [[Maret]] [[624]] Masehi atau 17 [[Ramadan]] 2 Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan [[Quraisy]]<ref>Quraisy adalah suku bangsa Arab yang menguasai kota Mekkah. Istilah "Quraisy" dan "penduduk Mekkah" secara umum dapat digunakan saling menggantikan, yaitu pada masa antara peristiwa [[Hijrah]] pada tahun 622 dan [[Pembebasan Mekkah]] oleh kaum Muslim pada tahun 630.</ref> dari [[Mekkah]] yang berjumlah 1.000 orang. Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.
 
Sebelum pertempuran ini, kaum [[Muslim]] dan penduduk Mekkah telah terlibat dalam beberapa kali konflik bersenjata skala kecil antara akhir 623 sampai dengan awal 624, dan konflik bersenjata tersebut semakin lama semakin sering terjadi. Meskipun demikian, Pertempuran Badar adalah pertempuran skala besar pertama yang terjadi antara kedua kekuatan itu. Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallamsaatsaat itu sedang memimpin pasukan kecil dalam usahanya melakukan pencegatan terhadap [[kafilah]] Quraisy yang baru saja pulang dari [[Syam]], ketika ia dikejutkan oleh keberadaan pasukan Quraisy yang jauh lebih besar. Pasukan Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam yang sangat berdisiplin bergerak maju terhadap posisi pertahanan lawan yang kuat, dan berhasil menghancurkan barisan pertahanan Mekkah sekaligus menewaskan beberapa pemimpin penting Quraisy, antara lain ialah Abu Jahal alias [[Amr bin Hisyam]].
 
Bagi kaum Muslim awal, pertempuran ini sangatlah berarti karena merupakan bukti pertama bahwa mereka sesungguhnya berpeluang untuk mengalahkan musuh mereka di Mekkah. Mekkah saat itu merupakan salah satu kota terkaya dan terkuat di Arabia zaman [[jahiliyah]]. Kemenangan kaum Muslim juga memperlihatkan kepada suku-suku Arab lainnya bahwa suatu kekuatan baru telah bangkit di Arabia, serta memperkokoh otoritas Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam sebagai pemimpin atas berbagai golongan masyarakat Madinah yang sebelumnya sering bertikai. Berbagai suku Arab mulai memeluk agama Islam dan membangun persekutuan dengan kaum Muslim di Madinah; dengan demikian, ekspansi agama Islam pun dimulai.
 
Kekalahan Quraisy dalam Pertempuran Badar menyebabkan mereka bersumpah untuk membalas dendam, dan hal ini terjadi sekitar setahun kemudian dalam [[Pertempuran Uhud]].
Baris 26 ⟶ 27:
== Latar belakang ==
{{Islam}}
=== Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam ===
Pada awal peperangan, Jazirah Arab dihuni oleh suku-suku yang berbicara dalam [[bahasa Arab]]. Beberapa diantaranya adalah suku [[Suku Badui (Arab)|Badui]]; bangsa [[nomad]] penggembala yang terdiri dari berbagai macam suku; beberapa adalah suku petani yang tinggal di [[oasis]] daerah [[utara]] atau daerah yang lebih subur di bagian selatan (sekarang [[Yaman]] dan [[Oman]]). Mayoritas bangsa Arab menganut kepercayaan [[politeisme]]. Beberapa suku juga memeluk agama [[Yahudi]], [[Kristen]] (termasuk paham [[Nestorian]]), dan [[Zoroastrianisme]].
Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam lahir di [[Mekkah]] sekitar tahun 570 dari keluarga [[Bani Hasyim]] dari suku [[Quraisy]]. Ketika berumur 40 tahun, ia mengalami pengalaman spiritual yaitu menerima wahyu ketika sedang menyepi di suatu [[gua]], yakni [[Gua Hira]] di luar kota Mekkah. Ia mulai berdakwah kepada keluarganya dan setelah itu baru berdakwah kepada umum. Dakwahnya ada yang diterima dengan baik tapi lebih banyak yang menentangnya. Pada periode ini, Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam dilindungi oleh pamannya [[Abu Thalib]]. Ketika pamannya meninggal dunia sekitar tahun 619, kepemimpinan Bani Hasyim diteruskan kepada salah seorang musuh Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam, yaitu Amr bin Hisyam,<ref>Kebencian banyak muslim terhadap Hisyam dapat dilihat dari julukan yang diberikan, "[[Abu Jahal]]" (Bapak Kejahilan), yaitu nama yang lebih umum dikenal oleh kaum Muslim saat ini.</ref> yang menghilangkan perlindungan kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallamsertaserta meningkatkan penganiayaan terhadap komunitas [[Muslim]].
 
Pada tahun 622, dengan semakin meningkatnya kekerasan terbuka yang dilakukan kaum Quraisy kepada kaum Muslim di Mekkah, Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam dan banyak pengikutnya [[hijrah]] ke [[Madinah]]. Hal ini menandai dimulainya kedudukan Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam sebagai pemimpin suatu kelompok dan agama.
 
=== ''Ghazawāt'' ===
Setelah kejadian hijrah, ketegangan antara kelompok masyarakat di Mekkah dan Madinah semakin memuncak dan pertikaian terjadi pada tahun 623 ketika kaum Muslim memulai beberapa serangan (sering disebut ''[[ghazawāt]]'' dalam bahasa Arab) pada rombongan dagang kaum Quraisy Mekkah. Madinah terletak di antara [[rute]] utama [[perdagangan]] Mekkah. Meskipun kebanyakan kaum Muslim berasal dari kaum Quraisy juga, mereka yakin akan haknya untuk mengambil harta para pedagang Quraisy Mekkah tersebut; karena sebelumnya telah menjarah harta dan rumah kaum muslimin yang ditinggalkan di Mekkah (karena hijrah) dan telah mengeluarkan mereka dari suku dan kaumnya sendiri, sebuah penghinaan dalam kebudayaan Arab yang sangat menjunjung tinggi kehormatan.<ref>Al-Qur'an Surah 22: 39-40. 'Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata, "Tuhan kami hanyalah Allah". Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi, dan mesjid-mesjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa'. ''Al-Quran & Terjemahnya''. Revisi Terjemah oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al Qur'an Departemen Agama RI. Bandung: CV Penerbit Diponegoro, Cet. ke-10. 2005.</ref> Kaum Quraisy Mekkah jelas-jelas mempunyai pandangan lain terhadap hal tersebut, karena mereka melihat kaum Muslim sebagai [[kriminal|penjahat]] dan juga ancaman terhadap lingkungan dan kewibawaan mereka<ref name="hogson1">Hodgson, hal. 174-175.</ref>.
 
Pada akhir tahun 623 dan awal tahun 624, aksi ''ghazawāt'' semakin sering dan terjadi di mana-mana. Pada bulan September 623, Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam memimpin sendiri 200 orang kaum Muslim melakukan serangan yang gagal terhadap rombongan besar kafilah Mekkah. Tak lama setelah itu, kaum Quraisy Mekkah melakukan "serangan balasan" ke Madinah, meskipun tujuan sebenarnya hanyalah untuk mencuri ternak kaum Muslim.<ref>http://www.quraan.com/index.aspx?tabindex=4&tabid=11&bid=7&cid=24.</ref> Pada bulan January 624, kaum Muslim menyerang kafilah dagang Mekkah di dekat daerah [[Nakhlah]], hanya 40 kilometer di luar kota Mekkah, membunuh seorang penjaga dan akhirnya benar-benar membangkitkan [[dendam]] di kalangan kaum Quraisy Mekkah.<ref>Meskipun kaum Muslim di sisi lain menyatakan bahwa semuanya bermula ketika mereka pertama kali dikeluarkan dari kota Mekkah.</ref> Terlebih lagi dari sudut pandang kaum Quraisy Mekkah, penyerangan itu terjadi pada bulan [[Rajab]]; bulan yang dianggap suci oleh penduduk Mekkah. Menurut tradisi mereka, dalam bulan ini peperangan dilarang dan [[gencatan senjata]] seharusnya dijalankan.<ref name="hogson1"/> Berdasarkan latar-belakang inilah akhirnya Pertempuran Badar terjadi.
 
== Pertempuran ==
[[Berkas:Badr Campaign.gif|thumb|left|300px|Pergerakan pasukan menuju Badar.]]
Di musim semi tahun 624, Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam mendapatkan informasi dari mata-matanya bahwa salah satu kafilah dagang yang paling banyak membawa harta pada tahun itu, dipimpin oleh [[Abu Sufyan]] dan dijaga oleh tiga puluh sampai empat puluh pengawal, sedang dalam perjalanan dari [[Suriah]] menuju Mekkah. Mengingat besarnya kafilah tersebut, atau karena beberapa kegagalan dalam penghadangan kafilah sebelumnya, Nabi Muhammad Salallahu 'alaihi Wasallam mengumpulkan pasukan sejumlah lebih dari 300 orang, yang sampai saat itu merupakan jumlah terbesar pasukan Muslim yang pernah diterjunkan ke medan perang.<ref>[http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/bukhari/059.sbt.html#005.059.293 Sahih al-Bukhari: Volume 5, Book 59, Number 293]. Sumber-sumber yang ada berbeda mengenai jumlah pasukan yang tepat.</ref>
 
=== Pergerakan menuju Badar ===
 
Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam memimpin pasukannya sendiri dan membawa banyak panglima utamanya, termasuk pamannya [[Hamzah bin Abdul-Muththalib|Hamzah]] dan para calon [[Kalifah]] pada masa depan, yaitu [[Abu Bakar|Abu Bakar ash-Shiddiq]], [[Umar bin Khattab]], dan [[Ali bin Abi Thalib]]. Kaum Muslim juga membawa 70 [[unta]] dan 3 kuda, yang berarti bahwa mereka harus berjalan, atau tiga sampai empat orang duduk di atas satu unta<ref>Lings, hal. 138-139</ref> Namun, banyak sumber-sumber kalangan Muslim pada awal masa itu, termasuk dalam Al-Qur'an sendiri, tidak mengindikasikan akan terjadinya suatu peperangan yang serius,<ref>[http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/bukhari/059.sbt.html#005.059.287 Sahih al-Bukhari: Volume 5, Book 59, Number 287]</ref> dan calon khalifah ketiga [[Utsman bin Affan]] juga tidak ikut karena istrinya sakit.<ref>[http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/bukhari/053.sbt.html#004.053.359 Sahih al-Bukhari: Volume 4, Book 53, Number 359]</ref>
 
Ketika kafilah dagang Quraisy Mekkah mendekati Madinah, [[Abu Sufyan]] mulai mendengar mengenai rencana Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam untuk menyerangnya. Ia mengirim utusan yang bernama Damdam ke Mekkah untuk memperingatkan kaumnya dan mendapatkan bala bantuan. Segera saja kaum Quraisy Mekkah mempersiapkan pasukan sejumlah 900-1.000 orang untuk melindungi kelompok dagang tersebut. Banyak bangsawan kaum Quraisy Mekkah yang turut bergabung, termasuk di antaranya [[Amr bin Hisyam]], [[Walid bin Utbah]], [[Syaibah bin Rabi'ah]], dan [[Umayyah bin Khalaf]]. Alasan keikut-sertaan mereka masing-masing berbeda. Beberapa ikut karena mempunyai bagian dari barang-barang dagangan pada kafilah dagang tersebut, yang lain ikut untuk membalas dendam atas Ibnu al-Hadrami, penjaga yang tewas di Nakhlah, dan sebagian kecil ikut karena berharap untuk mendapatkan kemenangan yang mudah atas kaum Muslim.<ref>Martin Lings, hal. 139-140.</ref> Amr bin Hisyam juga disebutkan menyindir setidak-tidaknya seorang bangsawan, yaitu Umayyah ibn Khalaf, agar ikut serta dalam penyerangan ini.
<ref>[http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/bukhari/059.sbt.html#005.059.286 Sahih al-Bukhari: Volume 5, Book 59, Number 286]</ref>
 
Di saat itu pasukan Nabi Muhammad Shlallahu 'alaihi Wasallam sudah mendekati tempat penyergapan yang telah direncanakannya, yaitu di sumur Badar, suatu lokasi yang biasanya menjadi tempat persinggahan bagi semua kafilah yang sedang dalam rute perdagangan dari Suriah. Akan tetapi, beberapa orang petugas pengintai kaum Muslim berhasil diketahui keberadaannya oleh para pengintai kafilah dagang Quraisy tersebut<ref>[[Ibnu Ishaq]] mengatakan bahwa Abu Sufyan sendiri yang melihat-lihat keadaan dan menemukan tanda-tanda bahwa para pengintai Muslim telah tiba terlebih dahulu, yaitu [[kurma]] ransum mereka yang terjatuh dari kantung-kantung di punggung unta-unta mereka</ref> dan Abu Sufyan kemudian langsung membelokkan arah kafilah menuju [[Yanbu]].<ref>Martin Lings, hal. 140</ref>
 
=== Rencana pasukan Muslim ===
Baris 56 ⟶ 57:
<blockquote>''"Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu,<ref>Maksudnya kafilah Abu Sufyan yang membawa barang dagangan dari Syiria (''peny.'': Suriah). Sedangkan kelompok yang berkekuatan senjata adalah kelompok yang datang dari Mekah dibawah pimpinan Utbah bin Rabi'ah bersama Abu Jahl. ''Al-Quran & Terjemahnya''. Revisi Terjemah oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al Qur'an Departemen Agama RI. Bandung: CV Penerbit Diponegoro, Cet. ke-10. 2005.</ref> dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir"''. '''[[Surah Al-Anfal|Al-Anfal]]: 7'''</blockquote>
 
Pada saat itu telah sampai kabar kepada pasukan Muslim mengenai keberangkatan pasukan dari Mekkah. Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam segera menggelar rapat [[dewan peperangan]], disebabkan karena masih adanya kesempatan untuk mundur dan di antara para pejuang Muslim banyak yang baru saja masuk Islam (disebut kaum ''[[Anshar]]'' atau "Penolong", untuk membedakannya dengan kaum Muslim Quraisy), yang sebelumnya hanya berjanji untuk membela Madinah. Berdasarkan pasal-pasal dalam [[Piagam Madinah]], mereka berhak untuk menolak berperang serta dapat meninggalkan pasukan. Meskipun demikian berdasarkan tradisi Islam (''sirah''), dinyatakan bahwa mereka pun berjanji untuk berperang. Sa'ad bin Ubadah, salah seorang kaum Anshar, bahkan berkata "Seandainya engkau (Muhammad) membawa kami ke laut itu, kemudian engkau benar-benar mengarunginya, niscaya kami pun akan mengikutimu."<ref name="book19">[http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/muslim/019.smt.html#019.4394 Sahih Muslim: Book 19, Number 4394]</ref> Akan tetapi, kaum Muslim masih berharap dapat terhindar dari suatu pertempuran terbuka, dan terus melanjutkan pergerakannya menuju Badar.
 
Pada tanggal 15 Maret, kedua pasukan telah berada kira-kira satu hari perjalanan dari Badar. Beberapa pejuang Muslim (menurut beberapa sumber, termasuk Ali bin Abi Thalib) yang telah berkuda di depan barisan utama, berhasil menangkap dua orang pembawa persedian air dari pasukan Mekkah di sumur Badar. Pasukan Muslim sangat terkejut ketika mendengar para tawanan berkata bahwa mereka bukan berasal dari kafilah dagang, melainkan berasal dari pasukan utama Quraisy. Karena menduga bahwa mereka berbohong, para penyelidik memukuli kedua tawanan tersebut sampai mereka berkata bahwa mereka berasal dari kafilah dagang. Akan tetapi berdasarkan catatan tradisi, Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam kemudian menghentikan tindakan tersebut.<ref name="book19" /> Beberapa catatan tradisi juga menyatakan bahwa ketika mendengar nama-nama para bangsawan Quraisy yang menyertai pasukan tersebut, ia berkata "Itulah Mekkah. Ia telah melemparkan kepada kalian potongan-potongan hatinya."<ref>Martin Lings, hal. 142</ref> Hari berikutnya Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam memerintahkan melanjutkan pergerakan pasukan ke wadi Badar dan tiba di sana sebelum pasukan Mekkah.
 
Sumur Badar terletak di lereng yang landai di bagian timur suatu lembah yang bernama "Yalyal". Bagian barat lembah dipagari oleh sebuah bukit besar bernama "'Aqanqal". Ketika pasukan Muslim tiba dari arah timur, Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam pertama-tama memilih menempatkan pasukannya pada sumur pertama yang dicapainya. Tetapi, ia kemudian tampaknya berhasil diyakinkan oleh salah seorang pejuangnya, al-Habâb bin Mundzir Radhiyallahu anhu, untuk memindahkan pasukan ke arah barat dan menduduki sumur yang terdekat dengan posisi pasukan Quraisy. Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam kemudian memerintahkan agar sumur-sumur yang lain ditimbuni, sehingga pasukan Mekkah terpaksa harus berperang melawan pasukan Muslim untuk dapat memperoleh satu-satunya sumber air yang tersisa.
 
=== Rencana pasukan Mekkah ===
Baris 73 ⟶ 74:
[[Berkas:Battle of Badr.jpg|300px|thumb|right|Peta pertempuran. Pasukan Mekkah (Hitam) mendekati dari arah barat, sedangkan pasukan Muslim (Merah) mengambil posisi-posisi di depan sumur-sumur Badar.]]
 
Di saat fajar tanggal 17 Maret, pasukan Quraisy membongkar kemahnya dan bergerak menuju lembah Badar. Telah turun hujan pada hari sebelumnya, sehingga mereka mereka harus berjuang ketika membawa kuda-kuda dan unta-unta mereka mendaki bukit 'Aqanqal (beberapa sumber menyatakan bahwa matahari telah tinggi ketika mereka berhasil mencapai puncak bukit).<ref>Armstrong, hal. 175.</ref> Setelah menuruni bukit 'Aqanqal, pasukan Mekkah mendirikan kemah baru di dalam lembah. Saat beristirahat, mereka mengirimkan seorang pengintai, yaitu [[Umair bin Wahab]], untuk mengetahui letak barisan-barisan Muslim. Umair melaporkan bahwa pasukan Muhammad berjumlah kecil, dan tidak ada pasukan pendukung Muslim lainnya yang akan bergabung dalam peperangan.<ref>Lings, hal. 143-144.</ref> Akan tetapi ia juga memperkirakan akan ada banyak korban dari kaum Quraisy bila terjadi penyerangan (salah satu hadits menyampaikan bahwa ia melihat "unta-unta (Madinah) yang penuh dengan hawa kematian").<ref>Armstrong, hal. 174-175.</ref> Hal tersebut semakin menurunkan moral kaum Quraisy, karena adanya kebiasaan peperangan suku-suku Arab yang umumnya sedikit memakan korban, dan menimbulkan perdebatan baru di antara para pemimpin Quraisy. Meskipun demikian, menurut catatan tradisi Islam, Amr bin Hisyam membungkam semua ketidak-puasan dengan membangkitkan rasa harga diri kaum Quraisy dan menuntut mereka agar menuntaskan hutang darah mereka.<ref>Lings, hal. 144-146.</ref>
 
Pertempuran diawali dengan majunya pemimpin-pemimpin kedua pasukan untuk berperang tanding. Tiga orang Anshar maju dari barisan Muslim, akan tetapi diteriaki agar mundur oleh pasukan Mekkah, yang tidak ingin menciptakan dendam yang tidak perlu dan menyatakan bahwa mereka hanya ingin bertarung melawan Muslim Quraisy. Karena itu, kaum Muslim kemudian mengirimkan Ali, [[Ubaidah bin al-Harits]], dan Hamzah. Para pemimpin Muslim berhasil menewaskan pemimpin-pemimpin Mekkah dalam pertarungan tiga lawan tiga, meskipun Ubaidah mendapat luka parah yang menyebabkan ia wafat.<ref>[http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/abudawud/014.sat.html#014.2659 Sunan Abu Dawud: Book 14, Number 2659]</ref>
 
Selanjutnya kedua pasukan mulai melepaskan anak panah ke arah lawannya. Dua orang Muslim dan beberapa orang Quraisy yang tidak jelas jumlahnya tewas. Sebelum pertempuran berlangsung, Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam telah memberikan perintah kepada kaum Muslim agar menyerang dengan senjata-senjata jarak jauh mereka, dan bertarung melawan kaum Quraisy dengan senjata-senjata jarak pendek hanya setelah mereka mendekat.<ref>[http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/abudawud/014.sat.html#014.2658 Sunan Abu Dawud: Book 14, Number 2658]</ref> Segera setelah itu ia memberikan perintah untuk maju menyerbu, sambil melemparkan segenggam kerikil ke arah pasukan Mekkah; suatu tindakan yang mungkin merupakan suatu kebiasaan masyarakat Arab, dan berseru "Kebingungan melanda mereka!"<ref>"Defaced be those faces!", Armstrong, hal. 176.</ref><ref name="lings148">Lings, hal. 148.</ref> Pasukan Muslim berseru ''"Ya manshur, amit!!"''<ref>"Untuk kemenangan, matilah!" (arti harafiah "Oh yang menang, matilah!")</ref> dan mendesak barisan-barisan pasukan Quraisy. Besarnya kekuatan serbuan kaum Muslim dapat dilihat pada beberapa ayat-ayat al-Qur'an, yang menyebutkan bahwa ribuan malaikat turun dari Surga pada Pertempuran Badar untuk membinasakan kaum Quraisy.<ref name="lings148"/><ref>Al-Qur'an Surah 3: 123-125. "Sungguh Allah telah menolong kamu dalam Peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya". "(Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang Mukmin, 'Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?'". "Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda". ''Al-Quran & Terjemahnya''. Revisi Terjemah oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al Qur'an Departemen Agama RI. Bandung: CV Penerbit Diponegoro, Cet. ke-10. 2005.</ref> Haruslah dicatat bahwa sumber-sumber Muslim awal memahami kejadian ini secara harfiahharafiah, dan terdapat beberapa hadits mengenai Muhammad yang membahas mengenai Malaikat [[Jibril]] dan peranannya di dalam pertempuran tersebut. Apapun penyebabnya, pasukan Mekkah yang kalah kekuatan dan tidak bersemangat dalam berperang segera saja tercerai-berai dan melarikan diri. Pertempuran itu sendiri berlangsung hanya beberapa jam dan selesai sedikit lewat tengah hari.<ref name="armstrong176">Armstrong, hal. 176.</ref>
 
== Setelah pertempuran ==
Baris 85 ⟶ 86:
[[Imam Bukhari]] memberikan keterangan bahwa dari pihak Mekkah tujuh puluh orang tewas dan tujuh puluh orang tertawan.<ref>[http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/bukhari/052.sbt.html#004.052.276 Sahih al-Bukhari: Volume 4, Book 52, Number 276]</ref> Hal ini berarti 15%-16% pasukan Quraisy telah menjadi korban. Kecuali bila ternyata jumlah pasukan Mekkah yang terlibat di Badr jauh lebih sedikit, maka persentase pasukan yang tewas akan lebih tinggi lagi. Korban pasukan Muslim umumnya dinyatakan sebanyak empat belas orang tewas, yaitu sekitar 4% dari jumlah mereka yang terlibat peperangan.<ref name="lings148"/> Sumber-sumber tidak menceritakan mengenai jumlah korban luka-luka dari kedua belah pihak, dan besarnya selisih jumlah korban keseluruhan antara kedua belah pihak menimbulkan dugaan bahwa pertempuran berlangsung dengan sangat singkat dan sebagian besar pasukan Mekkah terbunuh ketika sedang bergerak mundur.
 
Selama terjadinya pertempuran, pasukan Muslim berhasil menawan beberapa orang Quraisy Mekkah. Perbedaan pendapat segera terjadi di antara pasukan Muslim mengenai nasib bagi para tawanan tersebut.<ref>al-Qur'an: Surah 8: 67-69. "Tidak patut bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil. Maka makanlah dari sebagian rampasan perang yang telah kamu ambil itu, sebagai makanan yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." ''Al-Quran & Terjemahnya''. Revisi Terjemah oleh Lajnah Pentashih Mushaf Al Qur'an Departemen Agama RI. Bandung: CV Penerbit Diponegoro, Cet. ke-10. 2005.</ref><ref>Kejadian serupa terdapat pada [[Bible]], misalnya pada [[Alkitab Versi Raja James]] 1 Samuel: 15, ketika Tuhan menghukum Saul karena membiarkan hidup para tawanan yang diperintahkan Tuhan untuk dibunuh.</ref> Kekhawatiran awal ialah pasukan Mekkah akan menyerbu kembali dan kaum Muslim tidak memiliki orang-orang untuk menjaga para tawanan. Sa'ad dan Umar berpendapat agar tawanan dibunuh, sedangkan Abu Bakar mengusulkan pengampunan. Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam akhirnya menyetujui usulan Abu Bakar, dan sebagian besar tawanan dibiarkan hidup, sebagian karena alasan hubungan kekerabatan (salah seorang adalah menantu Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam), keinginan untuk menerima tebusan, atau dengan harapan bahwa suatu saat mereka akan masuk Islam (dan memang kemudian sebagian melakukannya).<ref>Lings, hal. 149-151</ref> Setidak-tidaknya dua orang penting Mekkah, [[Amr bin Hisyam]] dan Umayyah, tewas pada saat atau setelah Pertempuran Badar. Demikian pula dua orang Quraisy lainnya yang pernah menumpahkan keranjang kotoran kambing kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam saat ia masih berdakwah di Mekkah, dibunuh dalam perjalanan kembali ke Madinah.<ref>Lings, hal. 149-152</ref> [[Bilal bin Rabah|Bilal]], bekas budak Umayyah, begitu berkeinginan membunuhnya sehingga bersama sekumpulan orang yang membantunya bahkan sampai melukai seorang Muslim yang ketika itu sedang mengawal Umayyah.<ref>[http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/bukhari/038.sbt.html#003.038.498 Sahih Al-Bukhari: Volume 3, Book 38, Number 498].</ref>
 
Beberapa saat sebelum meninggalkan Badar, Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam memberikan perintah agar mengubur sekitar dua puluh orang Quraisy yang tewas ke dalam sumur Badar.<ref>[http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/muslim/040.smt.html#040.6870 Al Muslim: Book 040, Number 6870].</ref> Beberapa hadits menyatakan kejadian ini, yang tampaknya menjadi penyebabkan kemarahan besar pada kaum Quraisy Mekkah. Segera setelah itu, beberapa orang Muslim yang baru saja ditangkap sekutu-sekutu Mekkah dibawa ke kota itu dan dibunuh sebagai pembalasan atas kekalahan yang terjadi.<ref>[http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/hadithsunnah/bukhari/059.sbt.html#005.059.325 Sahih al-Bukhari: Volume 5, Book 59, Number 325]</ref>
 
Berdasarkan tradisi Mekkah mengenai hutang darah, siapa saja yang memiliki hubungan darah dengan mereka yang tewas di Badar, haruslah merasa terpanggil untuk melakukan pembalasan terhadap orang-orang dari suku-suku yang telah membunuh kerabat mereka tersebut. Pihak Muslim juga mempunyai keinginan yang besar untuk melakukan pembalasan, karena telah mengalami penyiksaan dan penganiayaan oleh kaum Quraisy Mekkah selama bertahun-tahun. Akan tetapi selain pembunuhan awal yang telah terjadi, para tawanan lainnya yang masih hidup kemudian ditempatkan pada beberapa keluarga Muslim di Madinah dan mendapat perlakuan yang baik; yaitu sebagai kerabat atau sebagai sumber potensial untuk mendapatkan uang tebusan.
Baris 94 ⟶ 95:
[[Berkas:Badr battlefield.jpg|300px|thumb|right|Keadaan medan pertempuran saat ini. Tembok putih kemungkinan besar batas makam Muslim yang tewas.]]<!-- FAIR USE of BADR BATTLEFIELD.jpg: see image description page at http://en.wikipedia.org/wiki/Berkas:Badr battlefield.jpg for rationale -->
 
Pertempuran Badar sangatlah berpengaruh atas munculnya dua orang tokoh yang akan menentukan arah masa depan Jazirah Arabia pada abad selanjutnya. Tokoh pertama adalah Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam, yang dalam semalam statusnya berubah dari seorang buangan dari Mekkah, menjadi salah seorang pemimpin utama. Menurut Karen Armstrong, "selama bertahun-tahun Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam telah menjadi sasaran pencemoohan dan penghinaan; tetapi setelah keberhasilan yang hebat dan tak terduga itu, semua orang di Arabia mau tak mau harus menanggapinya secara serius."<ref name="armstrong176" /> Marshall Hodgson menambahkan bahwa peristiwa di Badar memaksa suku-suku Arab lainnya untuk "menganggap umat Muslim sebagai salah satu penantang dan pewaris potensial terhadap kewibawaan dan peranan politik yang dimiliki oleh kaum Quraisy." Kemenangan di Badar juga membuat Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam dapat memperkuat posisinya sendiri di Madinah. Segera setelah itu, ia mengeluarkan [[Bani Qainuqa']] dari Madinah, yaitu salah satu suku Yahudi yang sering mengancam kedudukan politiknya. Pada saat yang sama, [[Abdullah bin Ubay]], seorang Muslim pemimpin [[Bani Khazraj]] dan penentang Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam, menemukan bahwa posisi politiknya di Madinah benar-benar melemah. Selanjutnya, ia hanya mampu memberikan penentangan dengan pengaruh terbatas kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi Wasallam.<ref>Hodgson, hal. 176-178.</ref>
 
Tokoh lain yang mendapat keberuntungan besar atas terjadinya Pertempuran Badar adalah [[Abu Sufyan]]. Kematian Amr bin Hisyam, serta banyak bangsawan Quraisy lainnya<ref>Termasuk [[Abu Lahab]] yang sudah tua, yang tidak ikut ke Badar tetapi meninggal di Mekkah dalam beberapa hari setelah pasukan kembali.</ref> telah memberikan Abu Sufyan peluang, yang hampir seperti direncanakan, untuk menjadi pemimpin bagi kaum [[Quraisy]]. Sebagai akibatnya, saat pasukan Muhammad bergerak memasuki Mekkah enam tahun kemudian, Abu Sufyan menjadi tokoh yang membantu merundingkan penyerahannya secara damai. Abu Sufyan pada akhirnya menjadi pejabat berpangkat tinggi dalam Kekhalifahan Islam, dan anaknya [[Muawiyah bin Abu Sufyan|Muawiyah]] kemudian melanjutkannya dengan mendirikan [[Bani Umayyah|Kekhalifahan Umayyah]].
Baris 106 ⟶ 107:
 
Pertempuran Badar adalah salah satu dari sedikit pertempuran yang secara eksplisit dibicarakan dalam [[al-Qur'an]]. Nama pertempuran ini bahkan disebutkan pada [[Surah]] [[Surah Ali 'Imran|Ali 'Imran]]: 123, sebagai bagian dari perbandingan terhadap Pertempuran Uhud.<ref name="Qutb155">{{cite book
|title=Tafsir Fi Zhilalil Qur`an Jilid 2
|author=Sayyid Quthb
|authorlink=Sayyid Qutb
|edition=Super Lux
|url=https://books.google.co.id/books?id=d_HpVGKafToC&pg=PA155&dq=ali+imran+123+perang+badar&hl=en&sa=X&ved=0CCUQuwUwAWoVChMI-bfp_tDwxgIVJDGmCh1FyQ2A#v=onepage&q=ali%20imran%20123%20perang%20badar&f=false
|publisher=Gema Insani
|id= ISBN 9795616110, 9789795616115
|page=155-158
}}</ref>
 
Baris 119 ⟶ 120:
 
Menurut Yusuf Ali, istilah "syukur" dapat merujuk kepada disiplin. Di Badar, barisan-barisan Muslim diperkirakan telah menjaga disiplin secara ketat; sementara di Uhud mereka keluar barisan untuk memburu orang-orang Mekkah, sehingga membuat pasukan berkuda Mekkah dapat menyerang dari samping dan menghancurkan pasukan Muslim. Gagasan bahwa Badar merupakan "pembeda" (''furqan''), yaitu menjadi kejadian mukjizat dalam Islam, disebutkan lagi dalam surah yang sama ayat 13.<ref name="Qutb30">{{cite book
|title=Tafsir Fi Zhilalil Qur`an Jilid 2
|author=Sayyid Quthb
|authorlink=Sayyid Qutb
|edition=Super Lux
|url=https://books.google.co.id/books?id=d_HpVGKafToC&pg=PA30&dq=ali+imran+13+perang+badar&hl=en&sa=X&ved=0CCAQuwUwAGoVChMIhp-CgdLwxgIVpiGmCh3KUAT0#v=onepage&q=ali%20imran%2013%20perang%20badar&f=false
|publisher=Gema Insani
|id= ISBN 9795616110, 9789795616115
|page=30
}}</ref>
 
Baris 132 ⟶ 133:
 
Badar juga merupakan pokok pembahasan Surah kedelapan ''[[Surah Al-Anfal|Al-Anfal]]'', yang membahas mengenai berbagai tingkah laku dan kegiatan militer.<ref name="Qutb97"/> "Al-Anfal" berarti "rampasan perang" dan merujuk pada pembahasan pasca pertempuran dalam pasukan Muslim mengenai bagaimana membagi barang rampasan dari pasukan Quraisy. Meskipun surah tersebut tidak menyebut Badar, isinya menggambarkan pertempuran tersebut, serta beberapa ayat yang umumnya dianggap diturunkan pada saat atau segera setelah pertempuran tersebut terjadi.<ref name="Qutb97">{{cite book
|title=Tafsir Fi Zhilalil Qur`an Jilid 5
|author=Sayyid Quthb
|authorlink=Sayyid Qutb
|edition=Super Lux
|url=https://books.google.co.id/books?id=MA-OxeHj5WIC&pg=PA97&dq=perang+badar+dalam+al+quran&hl=en&sa=X&ved=0CCcQuwUwAWoVChMIspOnuc_wxgIV4q-mCh2ICgAm#v=onepage&q=perang%20badar%20dalam%20al%20quran&f=false
|publisher=Gema Insani
|id= ISBN 9795616145, 9789795616146
|page=97
}}</ref>
 
Baris 146 ⟶ 147:
 
{{main|Historiografi Islam awal}}
Sesungguhnya seluruh pengetahuan mengenai Pertempuran Badar berasal dari catatan-catatan tradisi Islam, baik berupa [[hadits]] maupun biografi Muhammad, yang dituliskan beberapa puluh tahun setelah kejadiannya. Ada beberapa alasan mengapa hal ini terjadi. Pertama, banyak suku-suku Arab yang hidup di jazirah Arabia [[buta huruf]] dan tradisi oral merupakan cara mereka untuk menyampaikan informasi. Pada saat Balatentara Islam dapat menaklukkan suku-suku Arab yang lebih berpendidikan di [[Suriah]] dan [[Irak]], dapat dikatakan seluruh kaum Quraisy telah masuk Islam, sehingga menghilangkan peluang adanya catatan-catatan non-Muslim mengenai pertempuran tersebut. Kedua, dengan tersusunnya berbagai kompilasi hadits, maka naskah-naskah catatan aslinya menjadi tidak dibutuhkan lagi, dan menurut Hugh Kennedy kemudian dimusnahkan dengan "kecepatan yang menyedihkan".<ref>{{cite book|author=Kennedy, Hugh |title=The Prophet and the Age of the Caliphate|publisher=[[Longman]]|year=1985|id=ISBN 0-582-40525-4}}, hal. 355.</ref> Terakhir, umumnya umat Muslim yang taat beranggapan bahwa para Muslim yang tewas di Badar adalah para [[syahid]] yang mulia, sehingga besar kemungkinan menjadi kendala bagi usaha yang sungguh-sungguh untuk melakukan penggalian arkeologis di Badar.
 
== Referensi modern ==
=== Militer ===
Mengingat posisi pertempuran ini dalam sejarah Islam dan makna tersiratnya berupa kemenangan atas suatu penghalang yang sangat besar, maka pemakaian nama "Badar" menjadi populer di kalangan tentara atau kelompok paramiliter Islam. "[[Operasi Badar]]" adalah nama yang digunakan oleh [[Mesir]] untuk perannya dalam [[Perang Yom Kippur]] pada tahun 1973,<ref>{{cite book
|title=Operation Badr
|authors=Jesse Russel, Ronald Cohn
|url=https://books.google.co.id/books?id=DDRzMAEACAAJ&dq=Operation+Badr+Egypt&hl=en&sa=X&ved=0CDUQ6AEwBWoVChMIs_KvvdjwxgIVAqymCh2TNwBT
|publisher= Tbilisi State University
|year= 2013
|id = ISBN 5510649860, 9785510649864
}}</ref> dan [[Pakistan]] menggunakannya dalam [[Perang Kargil]] pada tahun 1999.<ref>{{cite book
|title=Kargil
|author= V. P. Malik
|url=https://books.google.co.id/books?id=VQqulQ9BvNQC&pg=RA1-PT103&dq=Operation+Badr+Pakistan&hl=en&sa=X&ved=0CCMQuwUwAWoVChMI6JrAkNnwxgIVRiOmCh1htwxv#v=onepage&q=Operation%20Badr%20Pakistan&f=false
|page=13
|publisher=HarperCollins Publishers
|year= 2012
|id=ISBN 9350293137, 9789350293133
}}</ref> Di Irak, sayap militer dari [[Dewan Tertinggi Revolusi Islam di Irak]] (SCIRI) menamakan diri sebagai [[Organisasi Badar]].<ref>{{cite book
|title=Occupying Iraq: A History of the Coalition Provisional Authority
|author= James Dobbins
|url=https://books.google.co.id/books?id=nQehX3TzYJYC&pg=PA317&dq=SCIRI+Badr&hl=en&sa=X&ved=0CDMQuwUwA2oVChMI17mG39fwxgIVIRymCh29sQd4#v=onepage&q=SCIRI%20Badr&f=false
|page=317
|edition=illustrated
|publisher=Rand Corporation
|year= 2009
|id=ISBN 0833046659, 9780833046659
}}</ref>
 
Baris 197 ⟶ 198:
=== Buku dan artikel ===
{{refbegin}}
* {{cite book|author=[[Abdullah Yusuf Ali|Ali, Abdullah Yusuf]] |title=The Holy Qur'an: Text, Translation & Commentary|publisher=Tahrike Tarsile Qur'an; Reissue edition|year=1987|id=ISBN 0-940368-32-3}}
 
* {{cite book|author=[[Karen Armstrong|Armstrong, Karen]] | title=[[Muhammad: a Biography of the Prophet (book)|Muhammad: Biography of the Prophet]]|publisher=HarperCollins|year=1992|id=ISBN 0-06-250886-5}}
 
* {{cite book|author=[[Patricia Crone|Crone, Patricia]]|title = Meccan Trade and the Rise of Islam|publisher=Blackwell|year=1987}}
Baris 207 ⟶ 208:
* {{cite book|author=[[Martin Lings|Lings, Martin]]|title=Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources|publisher=Inner Traditions International|year=1983|id=ISBN 0-89281-170-6}}
 
* {{cite book|author=Nicolle, David |title=Armies of the Muslim Conquest|publisher=[[Osprey Publishing]]|year=1993|id=ISBN 1-85532-279-X}}
 
* {{cite book|author=[[William Montgomery Watt|Watt, W. Montgomery]]|title=[[Muhammad at Medina (book)|Muhammad at Medina]]|publisher=Oxford University Press|year=1956}}