Batu Batikam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-diantara +di antara , -Diantara +Di antara)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
[[FileBerkas:Batu batikam.JPG|thumb|Batu Batikam merupakan benda bersejarah bagi masyarakat [[Minangkabau]]]]
 
[[File:Batu batikam.JPG|thumb|Batu Batikam merupakan benda bersejarah bagi masyarakat [[Minangkabau]]]]
 
 
Baris 19 ⟶ 18:
| accessdate = 12 Mei 2014
}}
</ref> Jika diartikan kedalam Bahasa [[Indonesia]], Batu Batikam berarti batu yang tertusuk.<ref name=f></ref> Menurut sejarah, lubang atau tusukan yang ada di tengah batu itu merupakan bekas dari tusukan [[keris]] [[Datuak Parpatiah Nan Sabatang]].<ref name="f">{{id}} {{cite journal
| author = Antara SumBar
| year =
Baris 35 ⟶ 34:
| accessdate = 12 Mei 2014
}}
</ref> Luas situs cagar budaya Batu Batikam adalah 1.800 meter persegi, dulu berfungsi sebagai ''medan nan bapaneh'' atau tempat bermusyawarah kepala suku.<ref name=d></ref> Susunan batu disekeliling batu batikam seperti sandaran tempat duduk, berbentuk persegi panjang melingkar.<ref name=d></ref> Pada bagian tengah terdapat batu batikam dari bahan batuan [[Andesit]].<ref name=d></ref> Batu ini berukuran 55 x 20 x 40 sentimeter, dengan bentuk hampir segi tiga.<ref name="d">{{id}} {{cite journal
| author = Padang Today
| year =
Baris 86 ⟶ 85:
 
== Keunikan ==
Batu ini dinamakan batu batikam atau batu tertusuk adalah karena adanya bekas tusukan pada bagian batu tersebut.<ref name=a></ref> Secara logika, hal ini mungkin sulit diterima oleh akal mengingat batu adalah sebuah benda yang sangat keras sehingga tidak mungkin untuk ditusuk dan menyisakan sebuah lobang yang tembus.<ref name=a></ref>
 
Menurut cerita yang diyakini masyarakat setempat, Batu Batikam merupakan bekas tusukan [[keris]] milik Datuak Parpatiah Nan Sabatang yang menjadikan batu batikam sebagai simbol perdamaian antar pemimpin yang berkuasa pada masa itu.<ref name=a></ref>
 
Cerita lain menyatakan bahwa peninggalan [[sejarah]] ini dahulu kala merupakan suatu tempat [[musyawarah]] para kepala suku.<ref name=a></ref> Hal lain yang menambah keunikan Batu Batikam adalah adanya sebuah pohon [[beringin]] yang sangat besar di sekitar kawasan tersebut.<ref name=a></ref> Selain itu, lubang pada batu batikam ini dapat disentuh dan dilihat langsung oleh pengunjung.<ref name=f></ref>
 
== Sejarah ==
Datuak Parpatiah Nan Sabatang dan [[Datuak Katumanggungan]] adalah dua orang saudara yang berlainan bapak.<ref name=b></ref> Datuak Parpatiah Nan Sabatang adalah seorang sosok yang dilahirkan dari seorang bapak yang memiliki darah [[aristokrat]] (cerdik pandai), sementara Datuak Katumanggungan adalah sosok yang dilahirkan dari seorang bapak yang [[otokrat]] (raja-berpunya).<ref name=b></ref> Tetapi kedua di antara mereka lahir dari seorang rahim ibu yang sama, dimana seorang wanita biasa seperti lainnya.<ref name=b></ref>
Datuak Parpatiah menginginkan masyarakat diatur dalam semangat yang [[demokratis]], atau dalam tatanannya, "Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi".<ref name=b></ref> Namun Datuak Katumanggungan menginginkan rakyat diatur dalam tatanan yang [[hirarki]] "berjenjang sama naik, bertangga sama turun".<ref name=b></ref> Dan karena perbedaan tersebut mereka berdua bertengkar hebat.<ref name=b></ref>
Untuk menghindari pertikaian dan tidak saling melukai, Datuak Parpatiah dan Datuak Katumanggungan kemudian menikam [[batu]] tersebut dengan keris sebagai pelampiasan emosinya.<ref name=b></ref>
Maka dari itu Batu Batikam memiliki sebuah lubang yang menembus dari arah sisi depan dan belakang.<ref name="b">{{id}} {{cite journal
| author = Andy Febrian
Baris 114 ⟶ 113:
</ref>
 
Meskipun terkesan menyeramkan, namun Batu Batikam menjadi salah satu lokasi wisata yang masih menarik minat wisatawan.<ref name=a></ref> Selain memiliki keunikan yag membuat wisatawan penasaran, batu ini juga dinilai mengandung unsur pelajaran, pengetahuan dan hikmah tentang pentingnya perdamaian.<ref name=a></ref>
 
Hingga saat ini, pendapat yang berbeda antara Datuk Parpatih nan Sabatang dan Datuk Katumanggungan masih terlihat dari adanya dua keselaran di Minangkabau, yakni keselarasan [[Koto Pilang]], yang mencerminkan sistem kekuasaan ala Datuk Katumanggungan dan keselarasan [[Bodi Chaniago]] yang merupakan perwujudan sistem pemeirntah ala Datuk Parpatih Nan Sabatang.<ref name=a></ref>
 
== Lokasi ==
Baris 135 ⟶ 134:
| accessdate = 12 Mei 2014
}}
</ref> sekitar 10 menit perjalanan dari Kota Batusangkar.<ref name=a></ref> Batu Batikam termasuk salah satu lokasi cagar budaya , berada dalam pengawasan Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sum­bar, Riau dan Jambi yang ber­kantor di Pagaruyung.<ref name=c></ref>
 
== Refernsi ==