Bahasa Bali: Perbedaan antara revisi

[revisi terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mbee-wiki (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
jenis jenis bahasa bali berdasarkan sor singgih basa
Tag: VisualEditor mengosongkan halaman [ * ]
Baris 16:
'''Bahasa Bali''' adalah sebuah [[bahasa Austronesia]] dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau [[Bali]], pulau [[Lombok]] bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau [[Jawa]].
Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya, Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten [[Banyuwangi]]. Selain itu bahasa Osing, sebuah dialek Jawa khas Banyuwangi, juga menyerap banyak kata-kata Bali. Misalkan sebagai contoh kata ''osing'' yang berarti “tidak” diambil dari bahasa Bali ''tusing''. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa.
 
'''Pengertian Bahasa Bali'''
 
Bahasa Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta yang artinya “kekuatan”, jadi kata “Bali” berarti “pengorbanan” yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban. Sebagai bahasa, bahasa Bali merupakan bahasa warisan budaya Bali yang sangat penting yang harus dilestarian dan dikembangkan. Hal ini hendaknya menjdai kewajiban seluruh generasi manusia Bali untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya, serta mentransformasikan  dalam  konteks tuntutan perkembangan zaman.
 
Bahasa Bali adalah salah satu bahasa daerah di negara Indonesia yang dipeliahara dengan baik oleh masyarakat penuturnya, yaitu etnis Bali. Bahasa Bali  merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama bagi sebagian besar masyarakat Bali, dipakai secara luas sebagai alat komunikasi dalam berbagai aktivitas kehidupan sosial masyarakat Bali. oleh karena itu, bahasa Bali merupakan pendukung kebudayaan Bali yang tetap hidup dan berkembang di Bali. Dilihat dari jumlah penuturnya, bahasa Bali didukung oleh lebih kurang setengah juta jiwa dan memiliki tradisi tulis sehingga bahasa Bali termasuk bahasa daerah besar diantara beberapa bahasa daerah di Indonesia.
 
Bahasa bali merupakan suatu ilmu tata wicara / berbicara (bahasa daerah) yang memiliki systematika baik dari segi penlafalan dan aksara (mempunyai system syllabic) sebagai alat komunikasi bagi masyarakat bali pada khususnya. Dalam penerapannya, bahasa bali lebih sering digunakan dalam dibidang sosiolinguistik bahasa bali yang lebih menekankan pada penggunaan bahasa berdasarkan objek penelitian antara hubungan bahasa yang digunakan dengan faktor-faktor social dalam masyarakat hindu di bali yang mengenal system kasta (warna) / kelas penggolongan masyarakat itu sendiri.
 
Pada bahasa bali atau keterampilan berbicara (kepewaraan) dengan menggunakan bahasa bali yang harus diperhatikan adalah kaidah-kaidah yang menyangkut aturan dalam berbicara dengan menggunakan bahasa bali tersebut. Dalam artian, tidak semena-mena dalam menggunakan bahasa bali sebagai sarana komunikasi baik dengan siapa yang menjadi lawan bicara pada konteksnya agar memiliki kaidah yang patut / baik, benar dan sesuai dengan penggunaannya dalam kehidupan.
 
Peradaban masyarakat bali, sejak dari dulu hingga sekarang yang pada umumnya selalu menggunakan bahasa daerahnya sebagai sarana komunikasi yaitu bahasa bali. Jika ditinjau dari segi historis , bahasa bali mengenal tiga periodisasi yaitu :
 
1.      Bahasa Bali Kuna adalah bahasa bali yang dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman raja-raja Bali kuna sebagaimana ditemukannya prasasti-prasasti bali kuna baik itu lontar yang berisikan huruf / bahasa jawa kuna.
 
2.      Bahasa Bali tengahan , adalah bahasa bali yang dipakai untuk menuliskan karya-karya sastra seperti kidung-kidung, babad, wariga, usada, usana, niti dan sebagainya.
 
3.      Bahasa Bali Kepara atau Bahasa Bali Lumrah , adalah bahasa Bali yang masih hidup sampai sekarang yang dipakai sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengadakan suatu interaksi dengan lawan bicaranya. Bahasa bali periode yang terakhir, jika dilihat dalam pemakaiannya memiliki system tingkatan-tingkatan yang dalam bahasa itu disebut dengan '''''Sor-Singgih Basa Bali''''' .
 
Masyarakat bali , dalam etika pergaulannya selalu dilandasi dengan sonpan santun, yang terpola dalam bingkai '''''“ manyama braya”''''' ini sebagai membentuk karakter dan pola pikir termasuk sikap mental orang bali, sehingga dalam berkomunikasi pun akan selalu memilih dan memilah ketika dihadapi suatu konteks / keadaan yang merujuk pada situasi saat memakai tingakatan-tingkatan Bahasa bali yang bertujuan untuk menyesuaikan dan ketepatan / kecakapan berbicara dengan identitas / status lawan bicaranya. Setiap komunikasi dalam pergaulan, tata karma dapat dipastikan ada didalamnya. Dalam hal ini tata karma dalam pergaulan sangat diperlukan dengan adanya etika dan kesopansantunan berbahsa. Antara tata karma dan bahasa dalam pergaulan hidup bermasyarakat, keduanya tidak dapat dipisahkan, ''ibarat benang yang dijalin menghasilakn suatu tenunan yang utuh.''
 
Dalam penggunaan Sor-Singgh Bahasa Bali dalam kehidupan bermasyarakat orang Bali, menurut kamus bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Dasar Provinsi Bali menguraikan bahwa kata Sor berarti bawah, singgih berarti halus atau hormat. Sor-Singgih. '''''Jadi Sor-Singgih Basa Bali berarti aturan tentang tingkat-tingkatan atau tinggi rendah yang menyangkut rasa / perasaan yang merujuk pada rasa solidaritas dengan saling hormat menghormati dalam menggunakan bahasa Bali terhadap lawan bicara.''''' Berikut adalah pembagian terhadap tingkatan-tingkatan bahasa bali menurut Sor-Singgihnya yang terdiri dari :
 
1.        Basa Kasar ,Kasar Pisan/ Kasar Jabag
 
2.        Basa Andap
 
3.        Basa Madia
 
4.        Basa Alus, Alus Sor, Alus Mider, dan Alus Singgih
 
5.        Basa Mider
 
·         '''Pembahasan Basa Kasar'''
 
Basa kasar adalah tingkatan bahasa bali yang memiliki rasa bahasa paling bawah. Basa kasar dibedakan menjadi 2 yaitu : basa kasar pisan dan basa kasar jabag.
 
Basa kasar pisan adalah bahasa bali yang didalam penggunaannya tergolong tidak sopan dan tidak memiliki nilai etika moral, sehingga menimbulkan konotasi/ kesan yang buruk bagi penyimaknya. Bagi mereka yang terkena perkataan / bahasa ini bias mendapat ''“leteh”'' yang harus dibersihkan dengan melakukan penyucian diri (prayasita) bagi mereka yang termasuk '''''catur wangsa''.'''
 
Contoh :
 
-         ''“Cicing iba, ngenken iba mai ngleklek !”''
 
-         ''“Anjing kamu, mau apa kamu kesini !”''
 
-         ''“Iba bungut dogen, tegarang suud mapeta !”''
 
-         ''“kamu bicara saja, sudahi pembicaraan !”''
 
·         '''Pembahasan Basa Kasar Jabag'''
 
Basa Kasar Jabag adalah Bahasa Bali yang dalam penggunaannya tidak sesuai dengan situasi pembicaraan. Artinya, kata-kata dalam bahasa itu tidak mengindahkan tingkat-tingkatan yang ada dalam bahasa bali  yang kadang kala melampaui etika pembicaraan. Biasanya cenderung dipakai pada suatu konteks yang merujuk pada keadaan keakraban, kelebihan dan keangkuhan sang pembicara dengan lawan bicaranya.
 
Contoh  :
 
-         “I Bapa '''pules''' di bale asagane”
 
-         “Ayah tidur di tempat peristirahatan”
 
-         “Gusti ngurah '''mara teka''', suba ke '''ngabe gapgapan'''?”
 
-         “Gusti ngurah baru dating, sudahkah membawa oleh-oleh?”
 
·         '''Pembahasan Basa Andap'''
 
Basa Andap adalah tingkatan bahasa bali yang digunakan dalam suasana bersahaja ( dalam pergaulan akrab dan memiliki nilai kesopanan). Sehingga sering disebut dengan istilah basa kasar sopan / basa lumrah dipakai dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat / kapara. Bahasa ini sering digunakan pada masyarakat hindu di bali yang memiliki ''wangsa jaba''. Disini, bahasa bali sebagai bahasa sopan, digunakan apabila konteks bergaulnya memiliki sikap keakraban / kekeluargaan yang terjalin erat, misalnya sesama wangsa. Sama kedudukannya , sama umur, sama pendidikan, sama jabatan, kawan sederajat dan merupakan bahasa kekeluargaan.
 
Contoh  :
 
-         Percakapan antar wangsa ksatriya       :
 
-         “Beli Gus De, dija kejang jajane tuni, Mbok Dayu be kenyel pisan ngalihin”
 
-         “Kak Gus De, dimana menaruh kue, Kak Dayu sudah letih sekali mencarinya”
 
·         '''Pembahasan Basa Madia'''
 
Basa Madia adalah tingkatan bahasa bali yang tergolong menengah, yang nilai rasa bahasanya berada diantara bahasa bali andap dan bahasa bali alus. Artinya bahwa konotasi bahasa madia tidak kasar, dan juga tidak halus, karena itulah sering juga disebut dengan bahasa antara ( tidak halus dan juga tidak kasar). Basa Madia itu digunakan apa bila wangsa atau status sosialnya dalam masyarakat lebih tinggi berbicara dengan wangsa yang status sosialnya lebih rendah, tetapi lebih tua atau lebih disegani yang mendududki suatu jabatan tertentu dalam masyarakat / adat misalnya “ klian banjar dinas/ adat” maupun pejabat / instansi pemerintahan atau swasta, dalam situasi percakapan tersebut tentunya akan menggunakan Basa Madia.
 
Contoh  :
 
-         “'''Ampunang''' irika negak, ten tepukin '''tiang'''”
 
“Jangan duduk disana, saya tidak melihatmu”
 
-         “Mara suud '''ngajeng''', suba nagih '''mepamit'''”
 
“Baru saja selesai makan, sudah mau pergi”.
 
·         '''Pembahasan Basa Alus'''
 
Basa Alus adalah sebagai tingkatan bahasa bali yang mempunyai nilai rasa bahasa yang tinggi atau sangat hormat, biasanya bahasa ini digunakan dalam situasi resmi ( seperti rapat , pertemuan, seminar, percakapan adat agama dll). Pembagian basa alus terdiri dari :
 
·         '''Basa Alus Sor'''
 
Adalah tingkatan bahasa Bali alus atau hormat yang mengenai diri sendiri atau digunakan untuk merendahkan diri sendiri dan juga untuk orang lain / objek yang dibicarakan yang patut direndahkan / bias juga karena status sosialnya yang dianggap lebih rendah dari orang yang diajak bicara.
 
Contoh :
 
-           '''''Titiang''''' ''jagi grereh '''pakaryan''' sane patut anggen '''pangupa jiwa'''''
 
''Saya ingin mencari pekerjaan yang    sesuai untuk pemenuhan hidup''
 
·         '''Basa Alus Mider'''
 
Adalah tingkatan bahasa Bali alus atau hormat yang memiliki nilai rasa tinggi atau sangat hormat yang dapat digunakan untuk golongan bawah dan juga untuk golongan atas. Basa alus mider adalah bahasa bali alus dwi fungsi, bias masuk dalam basa bali alus singgih dan juga bias masuk dalam basa bali alus sor. Contoh         :
 
-         “'''Ipun makta''' asiki, '''ida makta''' kekalih”
 
“Ia membawa satu, beliau membawa dua”
 
·         '''Basa Alus Singgih'''
 
Adalah tingkatan bahasa bali alus atau hormat yang hanya dapat digunakan oleh pembicara untuk menghormati atau memuliakan orang yang patut dihormati atau dimuliakan.
 
Contoh  :
 
-         '''“ I Ratu''' kayun '''ngrayunang ulam bawi?”'''
 
-         “'''Ratu''', yening wenten karya ring geria''', nikain''' titiang”
 
·         '''Pembahasan Basa Mider'''
 
Adalah kata-kata dalam bahasa bali yang tidak memiliki tingkatan-tingkatan rasa bahasa, sehingga bahasa ini dapat digunakan untuk dan kepada siapa saja. Selain itu dalam pemakaiannya tidak terikat dengan status social dalam masyarakat, situasi / kondisi pembicaraan. Contoh : (kata sifat) '''nyongkok, kija''', '''ke kantor''' (tempat), '''televisi/''' '''radio''' (kata benda),
 
Itulah tingkatan-tingkatan bahasa bali yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat di bali pada umumnya.
 
== Fonologi ==