Mao Zedong: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
→‎Mao dan Kebijakan Politiknya: "Pada senang senangnya memberontak" merupakan frasa yang tidak baku, mungkin ada perbaikan lain yang lebih baik dari perbaikan saya.
Baris 77:
Pada tahun [[1956]] Mao memperkenalkan sebuah kebijakan politik baru di mana kaum intelektual boleh mengeluarkan pendapat mereka sebagai kompromis terhadap Partai yang menekannya karena ingin menghindari penindasan kejam disertai dengan [[motto]]: “Biarkan seratus bunga berkembang dan seratus pikiran yang berbeda-beda bersaing.” Tetapi [[ironi]]snya kebijakan politik ini gagal: kaum intelektual merasa tidak puas dan banyak mengeluarkan kritik. Mao sendiri berpendapat bahwa ia telah dikhianati oleh mereka dan ia membalas dendam. Sekitar 700.000 anggota kaum intelektual ditangkapinya dan disuruh bekerja paksa di daerah pedesaan.
 
Mao percaya akan sebuah [[revolusi]] yang kekal sifatnya. Ia juga percaya bahwa setiap revolusi pasti menghasilkan kaum kontra-revolusioner. Oleh karena itu secara teratur ia memberantas dan menangkapi apa yang ia anggap lawan-lawan politiknya dan para pengkhianat atau kaum kontra-revolusioner. Peristiwa yang paling dramatis dan mengenaskan hati ialah peristiwa [[Revolusi Kebudayaan]] yang terjadi pada tahun [[1966]]. Pada tahunTahun 1960an paramerupakan musimnya [[mahasiswa]] di seluruh [[bumi|dunia]] memang pada senang-senangnya memberontak terhadap apa yang mereka anggap ''The Establishment'' atau kaum yang memerintah. Begitu pula di [[Tiongkok]]. Bedanya di Tiongkok mereka didukung oleh para [[dosen]]-dosen mereka dan pembesar-pembesar Partai termasuk Mao sendiri. Para mahasiswa dan dosen mendirikan apa yang disebut [[Garda Merah]], yaitu sebuah unit paramiliter. Dibekali dengan [[Buku Merah]] Mao, mereka menyerang antek-antek [[kapitalisme]] dan pengaruh-pengaruh Barat serta kaum kontra-revolusioner lainnya. Sebagai contoh fanatisme mereka, mereka antara lain menolak berhenti di jalan raya apabila lampu merah menyala karena mereka berpendapat bahwa warna merah, yang merupakan simbol sosialisme tidak mungkin mengartikan sesuatu yang berhenti. Maka para anggota Garda Merah ini pada tahun 1966 sangat membabi buta dalam memberantas kaum kontra revolusioner sehingga negara Tiongkok dalam keadaan amat genting dan hampir hancur; [[ekonomi]]nyapun tak jalan. Akhirnya Mao terpaksa menurunkan [[Tentara Pembebasan Rakyat]] untuk menanggulangi mereka dan membendung fanatisme mereka. Hasilnya adalah [[perang saudara]] yang baru berakhir pada tahun [[1968]].
 
== Kegagalan Mao ==