Kota Tanjungpinang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bismillah
Bismillah
Baris 93:
Melayu merupakan penduduk asli dan kelompok suku bangsa yang dominan di Tanjungpinang. Disamping itu terdapat juga Bugis dan Tionghoa yang sudah ratusan tahun berbaur dengan Melayu, menjadi warga negara semenjak zaman [[Kesultanan Johor]] dan ''Karesidenan Riouw''.<ref>Long, Nicholas J., Being Malay in Indonesia: Histories, Hopes and Citizenship in the Riau Archipelago, National University of Singapore, 2013</ref> Bugis awalnya menetap di Kampung Bugis, Tionghoa menetap di Jalan Merdeka dan Senggarang. Jawa mulai ramai mendatangi Tanjungpinang sejak tahun 1960, pemukiman awal Jawa terletak di kampung jawa. Tanjungpinang mulai dibanjiri pendatang dari Sumatera Barat dan Sumatera Utara semenjak Kepulauan Riau dimekarkan menjadi provinsi di tahun 2002
 
[[Bahasa]] yang digunakan di Tanjung Pinang adalah [[Bahasa Melayu]] klasik. Logat dan Bahasa Melayu di kota ini sama dengan Bahasa Melayu yang digunakan di Singapura dan Johor. Sejak zaman pemerintahan Kesultanan Riau Lingga, Tanjungpinang sudah menjadi pusat budaya Melayu bersama Singapura. [[Bahasa Tiochiu]] dan [[Bahasa Hokkien|Hokkien]] juga banyak digunakan di Kota Tanjungpinang.
[[Berkas:RIAU WEB.jpg|thumb|Perkampungan nelayan di Senggarang]]