Portal:Ilmu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hannanputra (bicara | kontrib)
muballigh, payakumbuh, Al-Azhar
Hannanputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12:
Setahun setelahnya, ustadz muda yang selalu mengaku kurang ilmu tersebut menerima tawaran [[beasiswa]] untuk melanjutkan pendidikan [[pascasarjana]] di [[UIN Sunan Kalijaga]] [[Yogyakarta]]. Sembari berkuliah, ia terus aktif berdakwah melalui tulisan dan radio. Saat itu, tulisannya kerap menyita perhatian [[cendekiawan muslim]] di media online dan cetak. Akhirnya, tahun 2011 ia diminta bergabung dengan salah satu media [[Islam]] terbesar, [[Republika]].
 
Selama lima tahun menjadi jurnalis di Koran Nasional [[Republika]], ia sudah malang melintang ke berbagai daerah di tanah air. Ustadz muda yang pernah menerbangkan pesawat ini juga pernah dikirim ke [[Papua|pedalaman Papua]]. Tulisannya tentang [[Pesantren]] Walesi yang berada di kaki gunung Jaya Wijaya<ref>http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/13/07/23/mqdb7g-kiprah-ponpes-di-papua</ref> <ref>http://www.republika.co.id/berita/ramadhan/ibrah/13/08/11/mrczad-indahnya-berlebaran-di-kaki-gunung-jaya-wijaya</ref>mendapat apresiasi banyak pihak. Hingga Menteri Pendidikan di era SBY, [[Muhammad Nuh]] pun tergerak untuk berkunjung ke [[pesantren]] tersebut.
 
Tahun 2014,Ustadz Hannan diminta kembali untuk mengurus [[Pesantren]] Terpadu Insan Cendekia [[Payakumbuh]] yang ia dirikan dulu. Tak lama setelah itu, aa pun mempersunting putri [[Minang]], Aulia Tivani dan kemudian dianugrahi seorang putri cantik bernama Hunaina Aufa Iltizama.
 
Semenjak itu, tugasnya sebagai [[jurnalis]] ia fokuskan hanya menggarap halaman Dialog Jumat yang menjadi jargon koran Republika<ref>http://khazanah.republika.co.id/indeks/hot_topic/hannan_putra</ref>. Ia memutuskan untuk menetap di Kota Payakumbuh dan hanya menulis rubrik keislaman saja, seperti; kolom [[Fatwa]], [[Fiqh|Fiqh Muslimah]], Uswah, [[Ensiklopedi]] [[Islam]], Tuntunan, dan kolom [[Wawancara]]. Sembari mengurus pesantren, tulisan-tulisannya terus mengisi lembar-lembar Dialog Jumat bersama Prof Dr KH Nasrudin Umar, Imam besar [[Masjid Istiqlal]] [[Jakarta]].
 
Para Kiai di pesantren-pesantren Jawa serta beberapa [[Guru Besar]] dari Perguruan Tinggi Islam pernah memberikan apresiasi secara khusus kepada tulisan-tulisan sang ustadz. Tulisan-tulisan beliau di Republika pun kerap menjadi objek penelitian dari [[skripsi]] para mahasiswa.