Rudi Taran: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Karir +Karier) |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 11:
|nationality = {{flagicon|Indonesia}} [[Indonesia]]
|allegiance = {{flag|Indonesia}}
|serviceyears = 1960 – 1990
|rank = [[Berkas:Pdu
|branch = [[Berkas:Lambang TNI AU.png|25px]] [[TNI Angkatan Udara]]
|unit = Korps Penerbang
Baris 31:
}}
'''[[Marsekal
== Kehidupan pribadi ==
Pada masa kecilnya, Rudi memiliki nama panggilan '''"''Rudi Tjong''"'''.''' '''Tahun 1958 adalah tahun paling berkesan bagi dirinya yang saat itu sudah kelas II di SMA. Sebuah saat yang nantinya mengubah jalan hidupnya menjadi penerbang tempur. Pada masa itu, [[Ambon]] sedang dilanda banyak kerusuhan akibat pemberontakan PERMESTA. AURI mengirimkan pesawat-pesawat P-51 Mustang untuk ikut dalam operasi penumpasan pemberontakan tersebut. Saat pesawat-pesawat tersebut mendarat di Kota Ambon, maka beramai-ramailah orang menonton pesawat tersebut. “Wah, huebat bisa terbang” begitu kira-kira komentar Rudi muda yang saat itu ikut berdesak-desakan menonton. Sejak saat itu, tekadnya bulat untuk menjadi penerbang tempur.
== Karier Militer==
Setelah lulus SMA pada tahun [[1959]], Rudi dengan 4 orang temannya berangkat ke [[Jawa]] dengan kapal bermaksud mengikuti ujian masuk [[Sekolah Penerbang TNI AU|Sekolah Penerbang AURI]]. Pada tanggal [[4]] [[Januari]] [[1960]], para pendaftar pun dikumpulkan di Jalan Budi Kemuliaan No.11, yang waktu itu berdiri RS Kebidanan. Dari lima orang tersebut, hanya Rudi yang lolos seleksi [[penerbang]]. Satu orang lulus ke sekolah navigator, dan yang lain gagal. Rudi dengan 75 calon siswa penerbang lainnya dikirim ke [[Margahayu]], [[Bandung]] untuk mendapatkan pendidikan dasar kemiliteran selama 10 bulan. Selesai latihan tersebut, mereka dikirim ke [[Yogyakarta]]. Di sana, mereka langsung dibagi menjadi 2 kelompok. 55 siswa, di antaranya Rudi, masuk ke dalam Angkatan Cakra III yang akan belajar di [[Cekoslovakia]], dan 20 siswa lainnya akan masuk [[Sekolah Penerbang TNI AU|Sekolah Penerbang AURI]] di [[Maguwo]], [[Yogyakarta]].
Para siswa Cakra III ini pada awalnya dididik di kota [[Trencin]]. Mereka menggunakan pesawat Z-126 untuk tingkat mula, dan Yak-11 untuk tingkat dasar. Sedangkan tingkat lanjut, mereka harus pindah ke Kota [[Pzerov]] dengan pesawat Mig-15 UTI. Karena kebutuhan Operasi Trikora, maka penerbang yang cepat menguasai pelajaran lebih cepat pulang ke [[Indonesia]]. Mereka adalah Firman Tirtokusumo, Zainudin Zikado, JJ Usmani, M. Syafii, Beni Yoseph, Isbandi Gondosuwignyo, Dibyo Purwodirodjo, Basri Hamid, Jan Ratulangi, Tasrikin, Immanuel Sudarmadi, Wofkar Usmani, dan Rudi Taran.
Dalam sejarah pendidikan konversi di pesawat [[F-5]] [[TNI AU]], Rudi Taran merupakan siswa tertua. Ia mulai belajar terbang dengan [[F-5]] ketika sudah berpangkat [[Kolonel]] ([[Penerbang|Pnb]]). Walaupun [[Skadron Udara 14]] sebenarnya tidak kekurangan [[penerbang]], Rudi Taran yang kala itu menjabat sebagai Komandan Wing 300 Kohanudnas terpanggil untuk belajar terbang dengan pesawat [[F-5]] demi merasakan perjuangan para anak buahnya. Mantan [[Penerbang]] [[Mikoyan-Gurevich MiG-21|MiG-21 Fishbed]] dan pelaku operasi ''“Ganyang Malaysia”'' ini akhirnya berhasil terbang solo dan menyandang Eagle 08 dengan [[nickname]] ''“Tarantula”''. Rudi Taran yang terakhir berpangkat [[Marsekal Muda]] (Marsda) juga merupakan keturunan [[Tionghoa]] pertama yang berhasil menjadi penerbang jet tempur Indonesia.<ref>[https://sejarahperang.wordpress.com/2011/05/16/siswa-tertua-di-f-5/ "Siswa Tertua di F-5"] ''website sejarahperang.wordpress.com''</ref>
== Riwayat jabatan ==
Baris 56:
[[Kategori:Tokoh TNI-AU]]
[[Kategori:Tokoh Maluku]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
{{tokoh-militer-stub}}
|