Mahmud Yunus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Hindia-Belanda +Hindia Belanda)
Baris 7:
|birth_name =
|birth_date = {{birth date|1899|2|10}}
|birth_place = [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|border|link=Hindia- Belanda|17px]] [[Sungayang, Sungayang, Tanah Datar|Nagari Sungayang]], [[Kabupaten Tanah Datar|Tanah Datar]], [[Minangkabau]]
|death_date = {{death date|1982|1|16}}
|death_place = [[Berkas:Flag of Indonesia.svg|border|link=Indonesia|17px]] [[Jakarta]], [[Indonesia]]
Baris 43:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee TMnr 10016675.jpg|thumb|right|243px|Potret ''[[surau]]'' di Minangkabau. Selain bermalam dan berinteraksi, anak-anak dan remaja laki-laki menghabiskan waktu mereka di surau untuk mempelajari ilmu-ilmu dasar keislaman seperti fiqih, tafsir, dan bahasa Arab.{{efn|Sistem pendidikan yang dipakai surau-surau yaitu terbuka, duduk bersila mengitari guru, tanpa kelas, diselenggarakan pagi sampai siang, siang sampai sore, atau malam setelah Maghrib sampai waktu tidur tiba.}}]]
 
Pada tahun 1917, ketika Muhammad Thaib Umar jatuh sakit, Yunus ditunjuk memimpin Madras School. Ketika berlangsung rapat besar [[ulama Minangkabau]] pada tahun 1919 di [[Surau Jembatan Besi]], [[Padang Panjang]], ia hadir mewakili Muhammad Thaib Umar.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=19}} Rapat ini meresmikan berdirinya [[Persatuan Guru Agama Islam]] (PGAI), perkumpulan ulama yang bergerak di bidang pendidikan.{{efn|PGAI didirikan pada tahun 1918 dan mendapat pengesahan dari otoritas Hindia- Belanda pada 7 Juli 1920.{{sfn|Yunus|1960|pp=82}}}} Yunus menjadi salah seorang anggota terawal PGAI sejak didirikan.{{sfn|Daya|1990|pp=84}} Pada akhir tahun 1919, Yunus bersama-sama guru Madras School mendirikan cabang perkumpulan pelajar Islam [[Sumatera Thawalib]] di Sungayang.{{sfn|Nata|1990|pp=58}} Ia menggerakkan kegiatan di bidang pendidikan melalui majalah Islam ''Al-Basyir''.{{sfn|Daya|1990|pp=137}} Majalah ini terbit perdana pada Februari 1920 di bawah asuhan Yunus.{{sfn|Abdullah|2009|pp=161}}{{sfn|Saydam|2009|pp=161}}
 
Sejak ia mengenal pemikiran [[Muhammad Abduh]] dan [[Rasyid Ridha]] lewat majalah ''[[Al-Manar]]'', muncul keinginan Yunus untuk belajar ke Mesir.{{sfn|Daya|1990|pp=28}} Meski sempat terjegal karena tidak memperoleh visa dari Inggris pada tahun 1920, ia akhirnya dapat berangkan lewat [[Penang]], [[Malaysia]] pada Maret 1923.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=21}} Ia mengurus visa bersama mamaknya, Datuk Sinaro Sati di Padang dan biaya yang diperlukan selama perjalanan ditanggung oleh mamaknya.{{sfn|Ibrahim|2008|pp=8}}
Baris 52:
[[Berkas:Masjid Baiturrahman Sungayang.JPG|thumb|left|250px|[[Masjid Baiturrahman Sungayang]] setelah selesai dibangun kembali pada 2011. Sekembali dari Mesir, Yunus sering mengadakan sejumlah kegiatan keagamaan di masjid ini.]]
 
Tiba di kampung halamannya pada awal tahun 1931, Yunus mulai memusatkan perhatian pada peningkatan mutu sekolah-sekolah agama.{{sfn|Kahin|2005|pp=122}} Tahun-tahun pertama, ia memperbarui Madras School di Sungayang dengan menerapkan sistem klasikal sebagaimana lazimnya sekolah-sekolah pemerintah. Lewat Madras School, ia mengenalkan pembagian jenjang madrasah yang dikenal di Indonesia saat ini: Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah.{{sfn|Hashim|2010|pp=181}}{{sfn|Abdullah|2009|pp=171}} Namun, sekolah ini terpaksa ditutup pada tahun 1933, setahun setelah pemerintah Hindia- Belanda mengeluarkan kebijakan pembatasan sekolah Islam atau dikenal dengan Ordonansi Sekolah Liar.
 
Pada tahun 1932, Yunus meninggalkan Sungayang dan disibukkan dengan aktivitas mengajar. Ia memimpin sekolah Normal Islam School (NIS) atau ''Kulliyyatul Muallimin Al-Islamiyyaah'' di Padang yang didirikan PGAI pada 1 April 1931.{{sfn|Riwayat Hidup...|tt|pp=46}} Sekolah ini merupakan sekolah lanjutan tingkat atas yang dimaksudkan untuk mendidik calon guru; murid yang diterima di sekolah ini adalah lulusan madrasah minimal tujuh tahun. Yunus mengajarkan bahasa Arab, masukkan mata pelajaran agama Islam ke dalam kurikulum, dan menambahkan beberapa cabang pengetahuan umum seperti ilmu alam, tata buku, dan kesehatan. Sebagian buku yang dipakai untuk keperluan pengajaran adalah tulisannya sendiri yang ia susun sewaktu belajar di Mesir.{{sfn|Abdullah|2009|pp=172}} NIS memiliki laboratorium fisika dan kimia satu-satunya di Sumatera Barat.{{sfn|Saydam|2009|pp=162}} Ia memimpin NIS sampai tahun 1938 dan kelak kembali memimpin pada tahun 1942 sampai 1946.{{sfn|Rina|tt|pp=176}} Keberhasilannya menerapkan metode-metode baru dalam pendidikan madrasah mendorongnya untuk membuka Sekolah Tinggi Islam (STI) di di Padang.