Selatpanjang (kota): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 21:
Maka bergeraklah armadanya dibawah pimpinan Panglima Besar Muda Tengku ''[[Panglima Besar Muda Tengku Bagus Saiyid Thoha|Bungsu Sayid Ahmad]]'' pada awal Muharram tahun 1805 Masehi diiringi beberapa pembesar Kerajaan Siak, ratusan laskar dan hulu balang menuju Pulau Tebing Tinggi.
Mereka tiba di tebing Hutan ''Alai''(sekarang Ibukota Kecamatan Tebingtinggi Barat). Panglima itu segera menghujam kerisnya memberi salam pada Tanah Alai.Tanah Alai tak menjawab, Ia meraup tanah sekepal, terasa panas. Ia melepasnya, ''“Menurut sepanjang pengetahuan
Panglima bertolak menyusuri pantai pulau ini. Lalu, terlihat sebuah tebing yang tinggi. ''“Inilah gerangan yang dimaksud oleh ayahanda Sultan Syarif Ali,”'' pikirnya. Armada merapat ke Tebing Tanah Tinggi bertepatan tanggal ''07 April 1805'' Masehi. Di usia masih 25 tahun itu, dengan mengucap ''bismillah'' Panglima melejit ke darat yang tinggi sambil memberi salam. ''“Alha-mdulillah tanah tinggi ini menjawab salam
Panglima itu berdiri tegak dihadapan semua pembesar kerajaan, laskar, hulu balang, dan bathin-bathin sekitar pulau. ''
Setelah menebas hutan, membuka wilayah kekuasaan, berdirilah istana panglima besar itu. Pada 1810 Masehi Sultan Syarif Ali mengangkat Panglima Besar Muda Tengku Busu Sayid Ahmad itu sebagai penguasa pulau. Kala itu, sebelah timur negeri berbatasan dengan Sungai Suir dan sebelah barat berbatasan dengan Sungai Perumbi,seiring perkembangan waktu bandar ini semakin ramai dan bertumbuh sebagai salah satu bandar perniagaan di kesultanan siak.
|