Perbandingan antara Buddhisme dan Kekristenan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Berkas Franciscus_de_Xabier_statue_cropped.jpg dibuang karena dihapus dari Commons oleh Green Giant
Wagino Bot (bicara | kontrib)
Baris 37:
Ada perbedaan inheren dan fundamental antara agama Buddha dan Kristen; salah satu perbedaan yang signifikan adalah [[monoteisme]] sebagai kepercayaan dasar agama Kristen dan ketergantungan terhadap [[Tuhan|Tuhan personal]], sedangkan agama Buddha pada umumnya bersifat [[nonteisme]] dan menolak adanya Tuhan personal sehingga nilai-nilai ketuhanan sudah terkandung dalam dunia itu sendiri.<ref name=Numrich10>{{citation| title=The Boundaries of Knowledge in Buddhism, Christianity, and Science | first=Paul D. | last=Numrich | year=2008 | isbn=3525569874 | pages = 10}}</ref>
 
[[Doa Syahadat Nicea]], yaitu kredo Kekristenan yang sering ditemui di seluruh dunia, menyatakan bahwa "Aku percaya akan satu Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan".<ref name=Bromo515>{{citation| title=International Standard Bible Encyclopedia: E-J | first=Geoffrey W. | last=Bromiley | year=1982 | isbn=0802837824 | pages=515-516}}</ref> Akan tetapi, gagasan penciptaan yang teistis pada umumnya terasa asing dalam filsafat Buddhis, dan perdebatan mengenai keberadaan Tuhan barangkali merupakan 'dinding penghalang' tak terelakkan antara ajaran Kristen dan Buddha.<ref name=Numrich10/><ref name=Lim34>{{citation| title = Communicating Christ in the Buddhist World | first1=Paul | last1=De Neui | first2=David | last2=Lim | year=2006 | isbn=0878085106 | pages=34}}</ref> Meskipun ajaran mazhab Buddha [[Mahayana]] menyiratkan kepercayaan akan [[Bodisatwa]], hal ini sangatlah berbeda dengan gagasan Tuhan Sang Pencipta dalam ajaran Kristen.<ref name=Lim34/><ref name=Norman149/> Sungguhpun beberapa aliran Buddhisme meyakini keberadaan [[Buddha abadi]] yang impersonal atau [[trikaya|kekuatan daya cipta]], pada umumnya ajaran Buddha memandang alam semesta sebagai sesuatu yang tak pernah dimulai dan tak akan berakhir.<ref>{{citation| first=Guang |last=Xing | title=The Concept of the Buddha | publisher=RoutledgeCurzon | place=London | year=2005 | pages=89}}</ref><ref>{{cite book | last = Hattori | first = Sho-on | title = A Raft from the Other Shore: Honen and the Way of Pure Land Buddhism | publisher = Jodo Shu Press | year = 2001 | isbn = 4-88363-329-2 | pages=25–27}}</ref>
 
Ada perbedaan inheren antara kepercayaan Kristen dan Buddha tentang [[akhir zaman]] dan [[eskatologi]].<ref name=Walls552>{{citation| title=The Oxford Handbook of Eschatology | first=Jerry L. | last=Walls | year=2010 |isbn=0199735883}}</ref> Jan Nattier menyatakan bahwa kendati Buddhisme memiliki gagasan "eskatologi relatif" yang mengacu kepada siklus kehidupan yang spesifik, istilah "eskatologi Buddha" tidak mengajarkan adanya akhir zaman, atau kepercayaan bahwa dunia akan hancur dalam satu hari; kitab Buddhis berkali-kali menekankan bahwa "[[Saṃsāra|reinkarnasi]] yang terus berputar" merupakan siklus kelahiran-kematian yang tidak pernah berawal.<ref name=Walls552/> Di sisi lain, eskatologi Kristen secara langsung mengajarkan konsep "musnahnya seluruh ciptaan" pada [[Pengadilan Terakhir|Hari Pengadilan Terakhir]], ketika dunia sudah mencapai batas umurnya.<ref>{{citation| title=The Oxford Companion to Christian Thought | first=Adrian | last=Hastings | first2=Alistair | last2=Mason | first3=Hugh | last3=Pyper | year=2000 | isbn=0198600240 | pages=206}}</ref> Ditinjau secara umum, pandangan Buddhis dan Kristen tentang akhir zaman benar-benar sama sekali berbeda.<ref name=Walls552/>