Mahasthawira Vajragiri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎top: minor cosmetic change
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 13:
Dia dikenal sebagai bhiksu yang sangat tepat waktu. Siapapun yang sudah membuat janji dengannya tidak akan berani datang terlambat karena akan ia tinggalkan.<ref name="Buddhayana">Buddhayana.or.id. Unduh=16 Maret 2013. [http://www.buddhayana.or.id/berita.php?Lang=lnd&ID=94 Riwayat Singkat Mahasthavira Vajragiri]</ref>
 
== Biografi ==
[[Bhiksu]] YM Mahasthawira Vajragiri terlahir dengan nama '''The Tjing San''' atau '''Thedja Santosa''', pada tanggal 28 Oktober 1931 di [[Ogan Komering Ulu Timur]], [[Sumatera Selatan]]. Ayahnya bernama ''The Tjai Guan'' dan ibunya ''Lim Kiat Nio''. Ia adalah anak pertama dari empat bersaudara.
 
=== Masa kecil hingga berkeluarga ===
Keluarga Tjing San adalah keluarga miskin sehingga Nyonya Lim memberikan putera ketiganya kepada seorang penjaja bakpao keliling yang tidak memiliki anak. Kondisi perekonomian keluarganya itu membuat Tjing San tumbuh menjadi anak yang mandiri dan turut membantu menanggung beban biaya keluarganya. Ia berjualan ikan, ubi dan sayuran, serta nasi uduk dan ketan sebelum berangkat ke sekolah. Namun setelah [[Sejarah Nusantara (1942-1945)|Jepang masuk ke Indonesia]], ia terpaksa berhenti sekolah sampai kelas tiga SD saja.
 
Baris 23:
Tjing San menikah dengan Ratna Santoso (Tjia Giok Nio) betepatan dengan perayaan [[Waisak]] pada tanggal 17 Mei 1956 di [[Palembang]]. Mereka dikaruniai sepasang putri kembar dan dua orang putra. Di Palembang, dia mulai aktif di [[Klenteng]] '''Sam Goeat Kong''' dan menjabat sebagai ketua, sekretaris, sekaligus bendaharanya.
 
=== Peran ibu dalam kehidupan Bhante Vajragiri ===
Ibu dari Bhante Vajragiri berperan sangat penting dalam membentuk karakter dan kehidupannya. Ia merupakan tulang punggung keluarga. Bahkan semasa mengandung putera kedua, ia sering terkena hujan sehingga menderita sakit tulang dan sering menangis siang-malam karena menahan nyeri. Kenangan akan rematik yang diderita oleh ibunya menginspirasi dan menumbuhkan semangat Bhante Vajragiri untuk selalu membagikan obat. Di saat Nyonya Lim sakit, minyak tanah untuk lampu yang saat itu seharga 11 sen tidak mampu mereka beli sehingga mereka hanya mengandalkan nyala api dari karet ban mobil yang dibakar.
 
Semasa remaja, Tjing San merantau ke Tulung Buyut ([[Lampung]]) meskipun tidak diizinkan oleh orang tuanya. Ia membeli tanah bersama Haji Usman untuk ditanami pohon [[dadap]] sebagai rambatan tanaman [[lada]]. Setelah tiga bulan, ia pulang ke rumah dan mendapati Nyonya Lim kurus dan sayu karena selalu memikirkan dirinya. Ia berkata, ''"Biar kita miskin, disinilah anak-anak berkumpul bersama,"'' sehingga membuat Tjing San memutuskan untuk meninggalkan usahanya di Lampung. Nyonya Lim juga sangat berperan memberikan dorongan semangat kepada puteranya semasa ia gagal saat berdagang kain.
 
=== Pelepasan keluarga dan penahbisan ===
Setelah menjabat sebagai ketua wihara selama 10 tahun, [[Ashin Jinarakkhita|Su Kong]] menganjurkannya untuk melepaskan jabatan tersebut untuk menjadi [[sangha]] monastik. Ia diperkenalkan kepada Bhante Dewadharmaputra yang menjadi guru pembimbing dia. Sebelumnya, Bhante Vajragiri mewariskan sebuah usaha kepada istrinya agar dapat hidup mandiri.
 
Baris 35:
Ia menerima ''upasampada'' (penahbisan penuh) sebagai seorang [[bhiksu]] di Wihara Sakyawarman, [[Pacet, Cianjur]] pada tanggal 8 Desember 1987, pukul 08.00 WIB, dengan ''upajjhaya'' Maha Nayaka Sthavira [[Ashin Jinarakkhita]].
 
=== Sakit fisik hingga akhir hayat ===
Pada masa tuanya, Bhante Vajragiri selalu memikirkan kepentingan umat dan selalu berbagi bahkan kepada orang yang tidak ia kenal. Dalam kondisi lelah dan gula darah tidak seimbang, ia memaksakan diri berangkat ke [[Jambi]] pada tanggal 13 Februari 2009, dua hari menjelang peresmian klinik Sakyakirti di Jambi. Menjelang siang, ia terkena [[stroke]] ringan sehingga akhirnya diterbangkan ke [[Jakarta]] untuk memperoleh pengobatan lebih lanjut. Ia kembali menjalankan aktivitas begitu sembuh dari stroke, meskipun tidak bisa seperti dulu lagi.
 
Baris 44:
Saat berkeliling Jawa Tengah, ia pernah menyampaikan pesan kepada umat di [[Jepara]] bahwa, ''"jika saya nanti meninggal dunia jangan sedih dan menangis, lebih baik sambutlah dengan bahagia dengan menanggap wayang kulit semalam suntuk."'' Pesan tersebut diwujudkan dalam peringatan 49 hari wafatnya Bhante Vajragiri di Palembang.
 
== Perjalanan spiritual ==
Semasa masih kecil, Tjing San menderita demam yang sangat tinggi saat ibu dia pulang ke [[Palembang]]. Nyonya Lim segera ciamsi kepada [[Bodhisatwa]] [[Kwan Im]] dan memperoleh jawaban, ''"Seperti halnya kambing yang terbiasa makan rumput basah namun semenjak ditinggal ibu hanya makan rumput kering."'' Ternyata selama kepergian Nyonya Lim, Tjing San sering makan masakan khas [[Padang]] yang pedas sehingga membuatnya panas dalam. Inilah awal mula Bhante Vajragiri sangat meyakini [[Bodhisatwa]] [[Awalokiteswara]].
 
Baris 57:
Setelah menjadi seorang bhiksu, Bhante Vajragiri sempat bertemu muka dengan Yang Mulia [[Dalai Lama XIV]] di India. Setiap tahunnya ia mengikuti retret sebanyak dua sampai tiga kali dan melatih diri hanya mengonsumsi makanan tawar tanpa garam. Ia juga banyak menghasilkan karya yang sangat membantu umat Buddhis maupun masyarakat secara umum hingga di akhir hayatnya. Suatu ketika ia terjatuh akibat terpeleset, saat mencari tempat berteduh dari hujan bersama dengan salah seorang anak asuhnya. Saat itu ia sedang membagi-bagikan obat kepada penduduk Lampung yang membutuhkan. Awalnya Bhante Vajragiri bersama anak asuhnya hendak berteduh pada suatu pondok di seberang parit kecil; tetapi saat melompati parit, pijakannya kurang jauh sehingga tumitnya terluka. Luka tersebut diperparah penyakit [[diabetes]] yang ia idap sehingga mengharuskannya beristirahat cukup lama dari aktivitas kemanusiaan.
 
== Buah karya ==
=== Membagikan obat ===
Awal mula karya Bhiksu Vajragiri adalah semasanya masih menjadi ''dayaka'' (pendamping) Bhante Dewadharmaputra di [[Lampung]]. Mereka sering masuk ke desa-desa untuk membagi-bagikan obat dengan menggunakan ojek. Lebih dari 100 [[wihara]] dan cetya di Lampung yang pernah disinggahi. Aktivitas tersebut terus ia lakukan semasa hidupnya hingga ia menerima julukan ''Bhante Obat''.
 
Baris 65:
Ia menjadi donatur tetap di Poliklinik Sai Widhayaka Palembang yang memberikan pengobatan gratis. Ia juga berhasil memprakarsai pembangunan tiga poliklinik bagi masyarakat tidak mampu tanpa dipungut biaya apapun. Ketiga poliklinik tersebut adalah Poliklinik Bojjhanga di Palembang (diresmikan Minggu 13 Januari 2003), Poliklinik Cahaya Cinta Kasih Sai di Lampung (diresmikan Minggu 22 April 2007), dan Poliklinik Sakyakirti di Jambi (diresmikan Minggu 15 Februari 2009).
 
=== Pembangunan wihara ===
Bhante Vajragiri ikut serta dalam penuntasan berbagai wihara di daerah [[Bengkulu]], Musi Ruwas Sumatera Selatan, OKI, [[OKU]]. Ia juga ikut menuntaskan pembangunan wihara-wihara di luar wilayah pembinaan dia (Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu), yaitu di Lampung dan Jawa Tengah.
 
=== Pendidikan dan anak asuh ===
Bhante Vajragiri berupaya agar anak-anak yang sulit terjangkau pendidikan dapat menempuh pendidikan seperti yang lainnya. Ia banyak menganjurkan beasiswa dan mengangkat anak asuh; banyak yang telah tuntas dalam pendidikan mereka, bahkan beberapa diantaranya menjadi orang penting dalam pemerintahan. Beberapa perguruan tinggi yang menjadi tempat menempuh pendidikan bagi para anak asuhnya antara lain STIAB Smaratungga di Boyolali Jawa Tengah, STAB Maha Prajna di Cilincing Jakarta, PTAB Nalanda di Jakarta, PTAB Jinnarakhita di Lampung, dan perguruan tinggi umum di Palembang.
 
Baris 75:
Selain itu, Bhante Vajragiri sering memberikan buku kepada orang-orang yang memiliki minat baca sambil disertai pesan: "silahkan membaca". Ia selalu berdana untuk mencetak dan membagikan buku-buku dharma saat ia berkeliling ke daerah-daerah. Atas dasar kecintaan dan keinginan agar banyak orang mendapatkan manfaat melalui buku membuatnya mendirikan yayasan penerbitan '''Svarnadipa Sriwijaya'''. Yayasan tersebut akhirnya digantikan oleh Yayasan Serlingpa Dharmakirti setelah tidak aktif lagi; keduanya menerbitkan buku-buku dharma untuk dibagikan. Ia selalu tersenyum bahagia, bahkan disaat ia sakit, setiap ada satu buku yang telah diterbitkan.
 
=== Pembangunan jembatan dan saluran irigasi ===
Beberapa jembatan yang pembangunannya diprakarsai oleh Bhante Vajragiri adalah jembatan di lampung Tengah yang mampu dilewati truk seberat 8 ton dan jembatan gantung sepanjang 34,5 meter di [[Sungai Tuntang]], Prigi, Jawa Tengah. Jembatan lain yang pembangunannya diprakarsai olehnya adalah jembatan di Makerti [[Banyuasin]].
 
Baris 82:
Bhante Vajrakirti juga rutin menyumbang air bagi warga [[Gunung Kidul]] [[Yogyakarta]] yang selalu mengalami kekeringan pada saat kemarau datang. Ia juga menyumbang pembangunan saluran air di Wihara Avalokiteswara, [[Lombok]], yang belum sempat terselesaikan, berikut kamar mandi dan WC.
 
=== Teladan hidup ===
Bhante selalu memberikan nasihat untuk hidup sederhana serta berbakti kepada orang tua. Ia selalu berusaha mencari cara hidup hemat; di saat usia tua mengharuskannya untuk mandi air hangat, ia menjerang air dalam cerek kemudian merendam cerek itu dalam bak berisi air hingga hangat, sementara air dalam cerek bisa digunakan untuk minum. Ia juga selalu memberikan wejangan berupa jasa-jasa orang tua dalam setiap ceramahnya.
 
Baris 90:
Di mata para umat awam (perumah tangga), ia dikenal sebagai sosok yang: memegang teguh sila, ramah, welas asih kepada sesama, rendah hati, motivator untuk berbuat kebajikan, sangat mandiri dan sederhana, tidak pernah mau merepotkan orang lain, bagaikan ayah sendiri yang sangat memperhatikan orang, sangat dermawan, mudah dilayani dan selalu menggunakan transportasi termurah, menjadi perantara untuk menyampaikan dana, disiplin dan aktif di segala kegiatan, supel, tegas, mudah dihubungi umat, bisa harmonis dengan semua, suka tertawa, disegani sekaligus disayangi, mempraktikkan apa yang ia wejangkan.
 
== Kata-kata bijak ==
 
* "Semoga saya menjadi manusia yang berbudi luhur, semoga saya menjadi orang yang rendah hati dan pemaaf, semoga saya dapat menolong orang sakit, semoga saya bisa memberi makan dan minum kepada yang kelaparan."
Baris 100:
* "Jangan makan makanan yang 'lemak' di mulut tapi 'idak lemak' di badan, makanlah makanan yang 'idak lemak' di mulut tetapi 'lemak' di badan."
 
== Daftar [[siswa]] ==
Murid-murid Mahasthavira Vajragiri<ref name="Buddhayana"/>:
* Bhiksu Girivirya
Baris 110:
* Samanera Sunnata Dhamma
 
== Lihat pula ==
 
* [[Ashin Jinarakkhita]]
Baris 116:
== Referensi ==
 
* Girinanda, D. Issalim, dan M. Lim. Juni 2012. ''"Bhante Obat" - Perjalanan Spiritual Bhante Vajragiri'', Cetakan Pertama. Penerbit: Yayasan Serlingpa Dharmakirti. ISBN 9789791917759978-979-19177-5-9.
 
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
 
Baris 124:
 
* [http://sekbersumsel.blogspot.com/2013/02/in-memoriam-alm-mahasthavira-vajragiri.html?m=1 (Alm) Mahasthavira Vajragiri] Satu tahun peringatan wafat Bhante Vajragiri.
{{Buddha-bio-stub}}
 
[[Kategori:Bhikkhu Indonesia]]
Baris 130 ⟶ 131:
[[Kategori:Tokoh Buddhis]]
[[Kategori:Tokoh Indonesia]]
 
 
{{Buddha-bio-stub}}