Kabupaten Biak Numfor: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k agar bisa dibedakan bot
BeeyanBot (bicara | kontrib)
k ejaan, replaced: obyek → objek (2)
Baris 48:
 
== Letak Geografis ==
[[Berkas:Pantai bosnik.jpg|left|thumb|Pantai Bosnik di Biak Timur, Kabupaten Biak Numfor ]]
Kabupaten Biak Numfor terletak di [[Teluk Cenderawasih]] pada titik 0°21'-1°31' LS, 134°47'-136°48' BT dengan ketinggian 0 - 1.000 meter di atas permukaan laut.
 
Baris 56:
 
Berdasarkan hasil pencatatan Stasiun Meteorologi Kelas I Frans Kaisiepo Biak pada tahun 2011 dilaporkan bahwa suhu udara rata‐rata di wilayah Kabupaten Biak Numfor adalah 27,1 C dengan kelembaban udara rata‐rata 86,3%, sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah Kabupaten Biak Numfor termasuk kategori panas.
Hal ini juga dapat dilihat dari suhu udara minimum sekitar 24,5oC sementara suhu maksimum mencapai 30 C. Di sisi lain, curah hujan rata‐rata yang terjadi sepanjang tahun 2011 adalah 287,5  mm, di mana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Agustus yaitu 456,1  mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan November yaitu 123,1  mm.
Sementara itu, banyaknya hari hujan rata‐rata dalam satu bulan di Kabupaten Biak Numfor adalah 24 hari. Bahkan pada bulan September banyaknya hari hujan hampir mencapai satu bulan, yaitu 28 hari. Sedangkan banyaknya hari hujan paling kecil terjadi pada bulan Mei,
yaitu 19 hari.
Baris 63:
 
== Sejarah ==
[[Berkas:8_Biak_1958_KLM_Hotel.jpg|left|thumb|Hotel Aerotel (dulu Hotel KLM) tahun 1958 ]]
[[Berkas:Biak 1958.png|thumb|Biak 1958 ]]
[[Berkas:Biakpulau.png|thumb|peta Biak (1955) ]]
Pada waktu pemerintah Belanda berkuasa di daerah Papua hingga awal tahun 1960-an nama yang dipakai untuk menamakan Kepulauan Biak-Numfor adalah Schouten Eilanden, menurut nama orang Eropa pertama berkebangsaan Belanda, yang mengunjungi daerah ini pada awal abad ke 17. Nama-nama lain yang sering dijumpai dalam laporan-laporan tua untuk penduduk dan daerah kepuluan ini adalah Numfor atau Wiak. Fonem w pada kata wiak sebenarnya berasal dari fonem v yang kemudian berubah menjadi b sehingga muncullah kata biak seperti yang digunakan sekarang. Dua nama terakhir itulah kemudian digabungkan menjadi satu nama yaitu Biak-Numfor, dengan tanda garis mendatar di antara dua kata itu sebagai tanda penghubung antara dua kata tersebut, yang dipakai secara resmi untuk menamakan daerah dan penduduk yang mendiami pulau-pulau yang terletak di sebelah utara Teluk Cenderawasih itu. Dalam percakapan sehari-hari orang hanya menggunakan nama Biak saja yang mengandung pengertian yang sama juga dengan yang disebutkan di atas.
 
Tentang asal usul nama serta arti kata tersebut ada beberapa pendapat. Pertama ialah bahwa nama Biak yang berasal dari kata v`iak itu yang pada mulanya merupakan suatu kata yang dipakai untuk menamakan penduduk yang bertempat tinggal di daerah pedalaman pulau-pulau tersebut. Kata tersebut mengandung pengertian orang-orang yang tinggal di dalam hutan`,`orang-orang yang tidak pandai kelautan`, seperti misalnya tidak cakap menangkap ikan di laut, tidak pandai berlayar di laut dan menyeberangi lautan yang luas dan lain-lain. Nama tersebut diberikan oleh penduduk pesisir pulau-pulau itu yang memang mempunyai kemahiran tinggi dalam hal-hal kelautan. Sungguhpun nama tersebut pada mulanya mengandung pengertian menghina golongan penduduk tertentu, nama itulah kemudian diterima dan dipakai sebagai nama resmi untuk penduduk dan daerah tersebut.
 
Pendapat lain, berasal dari keterangan ceritera lisan rakyat berupa mite, yang menceritakan bahwa nama itu berasal dari warga klen Burdam yang meninggalkan Pulau Biak akibat pertengkaran mereka dengan warga klen Mandowen. Menurut mite itu, warga klen Burdam memutuskan berangkat meninggalkan Pulau Warmambo (nama asli Pulau Biak) untuk menetap di suatu tempat yang letaknya jauh sehingga Pulau Warmambo hilang dari pandangan mata. Demikianlah mereka berangkat, tetapi setiap kali mereka menoleh ke belakang mereka melihat Pulau Warmambo nampaktampak di atas permukaan laut. Keadaan ini menyebabkan mereka berkata, v`iak wer`, atau `v`iak`, artinya ia muncul lagi. Kata v`iak inilah yang kemudian dipakai oleh mereka yang pergi untuk menamakan Pulau Warmambo dan hingga sekarang nama itulah yang tetap dipakai.
 
== Batas Wilayah ==
Baris 83:
[[Berkas:Nusi Padaido.png|thumb|Kepulauan Padaido, Keindahan Bawah Laut]]
{{col|2}}
* Kameri: 83  km
* Yemburwo: 80  km
* Korido: 42  km
* Sabar Miokre: 45  km
* Yomdori: 54  km
* Warsa: 47  km
* Korem: 36  km
* Bosnik: 20  km
* Yendidori: 8  km
* Samofa: 2  km
{{EndDiv}}
<!-- (Sumber : Kabupaten Biak Numfor Dalam Angka, 2003) -->
 
== Distrik/Ibukota ==
[[Berkas:Petabiaknumfor.png|jmpl|center|700px|Peta Kecamatan/Distrik di Kabupaten Biak Numfor ]]
{| {{prettytable}}
|- style="background-color:#ccccff; text-align:center;"
Baris 187:
 
== Transportasi==
[[Berkas:kaisiepo.png|right|thumb|Bandara Frans Kaisiepo Biak ]]
Transportasi utama Kabupaten Biak Numfor adalah Bandar Udara. [[Bandar Udara Frans Kaisiepo]] merupakan bandar udara Internasional pertama di wilayah Papua dengan panjang landasan pacu hampir 3,6 &nbsp;km. Dimasa tahun 1990 an pernah melayani rute penerbangan Internasional ke Los Angeles USA melalui Honolulu.
Untuk transportasi darat panjang jalan di Kabupaten Biak Numfor mencapai 703,74 Km yang terdiri dari Jalan Nasional (65,66 Km), Jalan
Provinsi (193,51 Km), dan Jalan Kabupaten (444,56 Km). Dari total panjang jalan tersebut, 96,9 persen Jalan Provinsi sudah diaspal, dan 92,13 persen Jalan Kabupaten sudah diaspal.
 
== Olahraga ==
[[Berkas:psbsbiak.png|thumb|Logo PSBS Biak ]]
Klub [[sepak bola]] wilayah ini adalah [[PSBS Biak Numfor]] yang bermarkas di [[Stadion Cenderawasih]] dan bermain di [[Divisi Utama Liga Indonesia]]. Klub ini dikenal dengan nama julukan " Napi Bongkar"
 
== Kependudukan ==
 
Berdasarkan proyeksi penduduk pertengahan tahun dengan dasar data hasil Sensus Penduduk Tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Biak Numfor Tahun 2011 adalah 130.593 jiwa yang terdiri dari 67.194 laki‐laki dan 63.399 perempuan. Jumlah penduduk paling besar berada di Distrik Biak Kota sebesar 43.134 jiwa dengan kepadatan penduduk 1.005,69 jiwa per km2.
 
 
== Pendidikan ==
Baris 214 ⟶ 213:
 
== Industri ==
[[Berkas:marau_ruins.jpg|jmpl|center|700px|Reruntuhan Hotel Marau akibat dijarah ]]
Pertumbuhan Industri di Kabupaten Biak Numfor dalam beberapa dekade ini terasa stagnan, bahkan mengalami penurunan. Hal ini dirasakan semenjak tutupnya Hotel Bintang Lima pertama di Papua, yaitu Hotel Marauw, dan terhentinya pabrik pengalengan ikan Biak Mina Jaya. Yang lebih memprihatinkan Hotel Marauw hancur akibat penjarahan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Dekade tahun awal 1990-an, Kota Biak pernah melayani rute penerbangan Internasional Bali - Biak - Honolulu - Los Angeles. Disayangkan rute penerbangan Internasional ini tutup.
 
Industri Pariwisata yang diharapkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah belum membuahkan hasil. Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah daerah Biak Numfor untuk memajukan industri pariwisata. Pembenahan infrastruktur di bidang pariwisata mutlak di lakukan agar wisatawan mancanegara/ lokal merasa nyaman dalam melakukan kunjungan ke obyekobjek-obyekobjek wisata.
 
Perkembangan investasi dirasakan sangat lambat, kendala yang utama dirasakan investor adalah masalah kepastian hukum atas tanah. Seringkali terjadi gugatan masyarakat adat terhadap tanah mengakibatkan mundurnya minat investor dalam berinvestasi.
Baris 244 ⟶ 243:
{{Kabupaten Biak Numfor}}
{{papua}}
 
{{indo-geo-stub}}
 
[[Kategori:Kabupaten di Papua|Biak Numfor]]
[[Kategori:Kabupaten di Indonesia|Biak Numfor]]
[[Kategori:Kabupaten Biak Numfor| ]]
 
 
{{indo-geo-stub}}