Melayu Riau: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ejaan, replaced: praktek → praktik |
k ejaan, replaced: propinsi → provinsi (2), faham → paham |
||
Baris 10:
|pop1 = 7.673.585|pop2 = 116.000|region1 = [[Riau]]|region2 = [[Malaysia]]}}
'''Melayu Riau'''(''[[Jawi]]:'' ملايو رياو) adalah salah satu dari banyak [[Suku Melayu|Rumpun Melayu]] yang ada di nusantara. Mereka berasal dari daerah Riau yang menyebar di seluruh wilayah sampai ke pulau-pulau terkecil yang termasuk dalam wilayah
Provinsi Riau, terletak di bagian tengah Pulau Sumatera. Sebelah Utara provinsi ini berbatasan dengan Provinsi [[Sumatera Utara]] dan [[Selat Malaka]], di sebelah Selatan berbatasan dengan [[Provinsi Jambi]], sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi [[Sumatera Utara]] dan [[Sumatera Barat]], dan di sebelah Timur berbatasan dengan [[Laut Cina Selatan]]. Meskipun sebagian besar penduduk Melayu Riau hidup di Pulau Sumatera, sebagian lain tinggal di kepulauan. Dua pulau yang paling berkembang dalam gugusan pulau itu adalah Pulau [[Batam]] dan Pulau [[Bintan]].
Baris 22:
Pendapat ketiga diangkat dari kata ''rioh'' atau ''riuh'' berasal dari penamaan rakyat setempat yang berarti ramai, Hiruk pikuk orang bekerja, yang mulai dikenal sejak [[Abdul Jalil Syah dari Siak|Raja kecik]] memindahkan pusat kerajaan melayu dari johor ke ulu Riau pada tahun 1719.<ref name="Kondisisosbud-setneg"/> Nama ini di pakai sebagai salah satu dari empat negeri utama yang membentuk kerajaan [[Riau]], [[Kabupaten Lingga|Lingga]], [[Johor]] dan [[Pahang, Malaysia|pahang]]. Namun, akibat dari [[Perjanjian London tahun 1824]] antara [[Belanda]] dengan [[Inggris]] berdampak pada terbelahnya kerajaan ini menjadi dua. Belahan Johor-Pahang berada di bawah pengaruh Inggris, Sedangkan belahan Riau-Lingga berada dibawah pengaruh Belanda.<ref>Mills, L. A. (2003). ''British Malaya 1824–67'' (p. 86– 87). Selangor, Malaysia: Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society. Call no.: RSEA 959.5 MIL.</ref><ref>Brown, I. (2009). ''The territories of Indonesia''. London: Routledge. ISBN 978-1857432152</ref>
Dibawah pengaruh Belanda tahun 1905-1942, nama Riau dipakai untuk sebuah [[karesidenan]] yang daerahnya meliputi kepulauan Riau serta pesisir timur Sumatera bagian tengah. Demikian juga dalam zaman Jepang relatif masih di pertahankan. Setelah
== Asal-usul ==
Baris 73:
Hubungan kekerabatan dilakukan dengan kata sapaan yang khas. Anak pertama dipanggil ''long'' atau sulung, anak kedua ''ngah''/''ongah'', dibawahnya dipanggil ''cik'', yang bungsu dipanggil ''cu''/''ucu''. Biasanya panggilan itu ditambah dengan menyebutkan ciri-ciri fisik orang yang bersangkutan, misalnya ''cik itam'' jika ''cik'' itu 'berkulit' hitam, ''ngah utih'' jika ''Ngah'' itu 'berkulit' putih, ''cu andak'' jika ''Ucu'' itu orangnya pendek, ''cik unggal'' jika si ''buyung'' itu anak tunggal dan sebagainya. Tetapi terkadang bila menyapa orang yang tidak dikenal atau yang baru mereka kenal, mereka cukup memanggil dengan sapaan [[kakak|''abang'']], ''akak'', ''dek'', atau ''nak''.
Pada masa dulu orang Melayu juga hidup mengelompok menurut asal keturunan yang mereka sebut suku. Kelompok keturunan ini memakai garis hubungan kekerabatan yang [[patrilineal]] sifatnya. Tetapi orang Melayu Riau yang tinggal di daratan Sumatera sebagian menganut
[[File: Rumah Melayu Lipat Kajang Riau.jpeg|thumb|150px|Rumah Melayu Riau, ''Lipat Kajang.'']]
|