Ronggeng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Dikembalikan ke revisi 10500843 oleh Rachmat-bot (bicara): Revisi tanpa referensi. (TW)
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
[[FileBerkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een ronggeng met orkest. TMnr 60003353.jpg|thumb|Grup kesenian Ronggeng (sekitar 1870)]]
'''Ronggeng''' adalah jenis kesenian [[tari]] yang berkembang di Tatar Pasundan atau [[Suku Jawa|Jawa]] di mana pasangan saling bertukar ayat-ayat [[puisi|puitis]] saat mereka menari diiringi musik dari [[rebab]] atau [[biola]] dan [[gong]]. Ronggeng mungkin berasal dari [[Jawa]], tetapi juga dapat ditemukan di [[Sumatra]] dan [[Semenanjung Malaya]].
 
== Sejarah ==
== Ronggeng di Sunda ==
Indonesia memiliki kesenian yang sangat beragam. Di antara beragam kesenian, salah satunya yang sangat terkenal adalah tari ''Ronggeng Gunung''. Tarian ini berasal dari Sunda, Jawa Barat, dan tersebar hampir di seluruh Tanah Pasundan, termasuk di Pangandaran. Dalam sejarahnya, tari ''Ronggeng Gunung'' dikisahkan sebagai bentuk penyamaran Dewi Siti Semboja dari Kraton Galuh Pakuan Padjajaran. Dewi Siti ingin membalas dendam atas kematian kekasihnya bernama Raden Anggalarang yang tewas di tangan perampok pimpinan Kalasamudra saat tengah perjalanan menuju Pananjung, Pangandaran.<ref name="Renggong Gunung">{{cite web|url=http://citizendaily.net/tari-ronggeng-gunung-kesenian-tradisional-yang-mulai-pudar/|title=Tari Ronggeng Gunung, Kesenian Tradisional yang Mulai Pudar|authors=Fathoni|publisher=citizendaily.net|date=November 15, 2014|accessdate=18 Agustus 2015}}</ref>
 
Baris 20:
Tari Ronggeng Gunung mengalami masa keemasan pada 1970-1980, tetapi tenggelam satu dekade kemudian. Memasuki era 1990-an, sebagaimana kesenian rakyat lainnya, tari ini terancam punah karena tidak ada peminat dan sepinya tawaran untuk tampil. Satu per satu kelompok ronggeng pun pensiun hingga hanya menyisakan sedikit peronggeng.<ref name="Renggong Gunung" />
 
== Ronggeng di Jawa ==
Ronggeng mungkin telah ada di Jawa sejak zaman kuno, relief di bagian [[Karmawibhanga]] pada [[abad ke-8]] [[Borobudur]] menampilkan adegan perjalanan rombongan hiburan dengan musisi dan penari wanita. Di Jawa, penampilan ronggeng tradisional menampilkan rombongan tari perjalanan yang berjalan dari desa ke desa. Pasukan tari terdiri dari satu atau beberapa penari wanita profesional, disertai oleh sekelompok musisi memainkan alat musik: [[rebab]] dan [[gong]]. Istilah "''ronggeng''" juga diterapkan untuk penari wanita.
 
Selama penampilan ronggeng, para penari profesional perempuan diharapkan untuk mengundang beberapa penonton laki-laki atau klien untuk menari dengan mereka sebagai pasangan dengan memberi uang tips untuk penari wanita, diberikan selama atau setelah tarian. Pasangan tarian intim dan penari perempuan mungkin melakukan beberapa gerakan yang mungkin dianggap terlalu erotis dalam standar kesopanan etiket [[keraton Jawa]]. Pada masa lalu, nuansa erotis dan seksual dari tarian ronggeng memberinya reputasi buruk sebagai [[prostitusi]] yang terselubung [[seni tari]].
 
== Dalam media lain ==
''Ronggeng'' adalah tema utama dari novel ''[[Ronggeng Dukuh Paruk]]'' karya [[Ahmad Tohari]], yang menceritakan kisah seorang gadis penari ''ronggeng'' yang juga seorang [[pelacur]] di sebuah desa terpencil di [[Jawa Tengah]]. Ronggeng terkait erat dengan [[tari Jaipongan]] [[Orang Sunda|Sunda]].
 
== Referensi ==
{{reflist}}